Virus Corona Varian Baru Disebut Tetap Bisa Terdeteksi dengan Tes PCR
Ketua Satgas Covid-19 PB IDI Zubairi Djoerban menyebut Virus corona varian baru B117 tetap bisa terdeteksi melalui tes Polymerase Chain Reaction (PCR)
Penulis: Wahyu Gilang Putranto
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Virus corona varian baru B117 tetap bisa terdeteksi melalui tes Polymerase Chain Reaction (PCR).
Hal tersebut diungkapkan Ketua Satgas Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Zubairi Djoerban.
"Tes PCR tetap mampu mendeteksi varian baru virus corona ini," ungkap Zubairi, Selasa (29/12/2020) dalam talkshow BNPB Indonesia.
Maka dari itu Zubairi menyebut tidak perlu khawatir mengenai diagnosis virus corona varian baru ini.
Zubairi menyebut tes PCR tidak hanya dapat mendeteksi satu bagian virus corona, melainkan tiga.
"PCR bisa mendeteksi tiga bagian dari virus, gampangnya kalau virus diibaratkan orang, bisa mendeteksi kepala, bajunya, dan kakinya."
"Nah virusnya ini ganti baju, tapi PCR tetep bisa mendeteksi kepala dan kakinya," ungkap Zubairi.
Baca juga: Virus Corona Varian Baru Muncul, Indonesia Tutup Pintu bagi Warga Asing 1-14 Januari 2021
Adapun Zubairi sebelumnya juga mengaku terkejut adanya kabar varian baru virus corona B117 yang naik pesat di Inggris.
"Yang tadinya sedikit sekarang sudah naik, kira-kira 2 minggu lagi 90 persen varian ini akan ada di Inggris, dan yang 10 persen varian lama," ungkapnya.
Zubairi mengungkapkan seluruh pihak harus total dalam melakukan pencegahan.
"Tidak cukup kita hanya mengerjakan satu hal saja, harus all out, total football, dan tetap harus ketat," ungkap Zubairi.
Baca juga: Korea Selatan Laporkan Temuan Varian Baru Virus Corona dari Inggris, Menimpa Satu Keluarga
Kemkes Bentuk Tim untuk Pelajari
Sebelumnya diberitakan Tribunnews.com, varian baru virus corona yang lebih cepat menular ditemukan di Inggris dan sejumlah negara Eropa.
Untuk mendalami temuan ini, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin langsung membentuk tim khusus.
"Kami meminta para ahli di Kemenkes untuk mempelajari strain (virus corona) tersebut, karena ini kajian yang harus dilakukan secara scientific," ujar Budi dalam konferensi pers virtual Kemenkes, Jumat (25/12/2020).
Budi pun meminta semua pihak tidak terburu-buru menyimpulkan temuan tersebut. Sebab, kajian soal virus corona dan variannya harus betul-betul didalami secara ilmiah.
"Jangan terlalu terburu-buru kita menolak kebenaran berita ini, atau kita menerima kebenaran berita ini. Karena ini adalah hal yang sangat teknis, biologis, kedokteran sifatnya. Kita harus konsultasikan segera ke para ahli," tutur Budi.
Baca juga: UPDATE 29 Desember: Total 2.447 WNI Positif Virus Corona di Luar Negeri, 600 Orang Dalam Perawatan
"Saya sudah minta ke teman-teman untuk segera berkonsultasi dengan ahli mikrobiologi kedokteran untuk bisa memastikan, apa sebenarnya yang terjadi," kata dia.
Senada dengan Budi, Wakil Menteri Kesehatan, dr Dante Saksono Harbuwono juga meminta masyarakat tetap tenang dan terus membangun komunikasi yang positif.
Selagi varian virus dikaji, Dante meminta semua orang tidak mengabaikan protokol 3M: mencuci tangan, menjaga jarak, memakai masker.
"Komunikasi positif dengan tidak menakut-nakuti orang, tapi membuat orang itu menjadi care terhadap 3M, itu jauh lebih penting dan lebih baik dibandingkan kita mengangkat issue ini," kata Dante.
"Tadi sudah disampaikan Pak Menteri, bahwa memang ada varian baru, sedang kita pelajari, dan kita akan membentuk tim untuk mempelajari kajian ini," ujarnya.
Baca juga: Setelah Inggris dan Afrika Selatan, Varian Strain Virus Corona Ketiga Ditemukan di Nigeria
Varian baru virus corona yang diberi nama VUI-202012/01 pertama kali ditemukan di Inggris.
Jenis varian baru itu kemudian juga ditemukan di Denmark, Italia, Afrika Selatan dan Belanda.
Akibat temuan itu, lebih dari 20 negara telah melarang penerbangan ke dan dari Inggris.
Menristek Bambang Brodjonegoro menyebut varian baru ini lebih cepat menular. Namun, belum ada bukti varian baru ini mengakibatkan tingkat keparahan lebih tinggi pada Covid-19.
"Belum ada bukti varian ini menimbulkan tingkat keparahan lebih, jadi tidak membuat penyakit lebih berat dan tidak menambah tingkat kematian," kata Bambang dalam diskusi virtual pada Kamis (24/12/2020).
Bambang mengatakan para peneliti masih fokus terhadap kemudahan virus menyebar. Kendati demikian, Bambang mengimbau masyarakat tetap harus waspada terhadap mutasi ini.
Jangan sampai tertular kemudian menjadi orang tanpa gejala dan lalu malah menularkan kelompok rentan.
Baca juga: Cegah Varian Baru Covid-19, Pemerintah Perketat Kedatangan Internasional
Lebih lanjut, Bambang mengatakan sejauh ini belum ada laporan yang menyebutkan mutasi virus corona ini ditemukan di Indonesia.
"Tapi saat ini kalau kami simpulkan belum ada bukti yang menunjukkan varian ini sudah ada di Indonesia atau sudah menyebar di Indonesia meski harus diakui genomic dan molecular surveillance kita tak secanggih Inggris," kata Bambang.
Juru bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menambahkan masyarakat dalam menyikapi varian baru ini harus tetap tenang dan tetap mengedepankan protokol kesehatan penularan wabah.
"Itu cara paling murah dan efektif. Kita cuci tangan, pakai masker, dan jaga jarak," ucap Wiku.
(Tribunnews.com/Gilang Putranto/Rina Ayu Panca Rini)