Rumah Sakit Hampir Penuh, Keterisian Tempat Tidur Pasien Covid-19 Menipis Satgas :Alarm Darurat
Sejumlah daerah mengalami lonjakan keterisian tempat tidur di rumah sakit rujukan Covid-19 pascalibur panjang akhir tahun. Ini alarm darurat.
Editor: Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sejumlah daerah mengalami lonjakan keterisian tempat tidur di rumah sakit
rujukan Covid-19 pascalibur panjang akhir tahun.
Bahkan, tak sedikit yang keterisiannya sudah di atas 70 persen.
Juru Bicara Satgas Covid-19, Wiku Adisasmito menyebut Indonesia kini dalam kondisi darurat setelah keterisian tempat tidur di ruang ICU dan ruang isolasi rumah sakit hampir penuh selama pandemi virus corona.
Wiku mengatakan jumlah tempat tidur yang tersisa di rumah sakit terus menipis karena kasus Covid-19 kian bertambah.
Pekan ini Satgas mencatat 67,61 persen tempat tidur ICU dan ruang isolasi di seluruh rumah sakit di Indonesia telah terisi.
Baca juga: Beredar Kabar Syekh Ali Jaber Kritis, Masuk ICU karena Covid-19, Begini Kondisinya Pagi Ini
Baca juga: Tingkat Keterisian Tempat Tidur RS di Sejumlah Daerah Lebih dari 70 Persen
"Hal ini dapat jadi alarm bagi kita bahwa kita sedang dalam keadaan darurat yang ditandai dengan ketersediaan tempat tidur yang semakin menipis," kata Wiku dalam jumpa pers di Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (5/1/2021).
Wiku menyampaikan ada sembilan provinsi yang memiliki tingkat keterisian tempat tidur di atas rata-rata nasional.
DKI Jakarta jadi yang tertinggi dengan tingkat keterisian 84,74 persen.
Kemudian Banten (84,52 persen), Daerah Istimewa Yogyakarta (83,36 persen).
Jawa Barat (79,77 persen), Sulawesi Barat (79,31 persen), Jawa Timur (78,41 persen).
Jawa Tengah (76,27 persen), Sulawesi Selatan (72,40 persen), dan Sulawesi Tengah (70,59 persen).
Wiku mengingatkan jumlah ketersediaan tempat tidur hanya salah satu faktor pendukung layanan kesehatan.
Di saat yang sama, tenaga kesehatan Indonesia juga terus berkurang karena terpapar Covid-19.
"Perlu dipahami, bahwa masih tersisanya sedikit tempat tidur untuk pasien Covid-19 ini belum tentu bisa digunakan karena terbatasnya tenaga kesehatan, apalagi sampai saat ini telah ada 237 dokter yang meninggal dan trennya terus meningkat," ujar dia.