Cerita Aisyah Bocah Sebatang Kara, Ibu Meninggal karena Covid-19, Artis dan Pejabat TNI Antre Adopsi
Kisah Aisyah Allisa (10) menguras air mata. Ia dan ibunya terpapar covid-19, sang ibu sampai meninggal hingga membuatnya hiduo sebatang kara.
Editor: Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM, TANGERANG SELATAN - Kisah Aisyah Allisa (10) menguras air mata. Ia dan ibunya terpapar covid-19, sang ibu sampai meninggal hingga membuatnya hiduo sebatangkara.
Aisyah akhirnya sembuh dan diperbolehkan pulang dari Rumah Lawan Covid-19 (RLC) Tangerang Selatan (Tangsel), Sabtu (30/1/2021).
Aisyah Allisa merupakan anak sebatang kara karena sang ibu, Rina (44), meninggal akibat terpapar Covid-19 pada Sabtu (16/1/2021).
Sedangkan, sang ayah, sudah sejak delapan tahun lalu meninggal dunia.
Baca juga: Jenazah Pasien Covid-19 Tertukar, Ketahuan Keluarga Saat Hendak Dikubur, Petugas Akui Khilaf
Baca juga: Menkes Sebut Vaksinasi Covid-19 untuk Masyarakat Dijadwalkan April 2021
Kini, Aisyah dirawat oleh negara, dalam hal ini, Dinas Sosial (Dinsos) Tangsel.
Secara administrasi anak kelas IV SD itu dinyatakan terlantar oleh pihak kepolisian berdasarkan keterangan Ketua RT dan RW di Kelurahan Benda Baru, Pamulang, tempat Aisyah tinggal dulu.
Selama delapan tahun Aisyah dan ibunya tinggal di rumah kontrakan di Benda Baru.
Kartu Keluarga hanya mencatatkan nama Aisyah dan ibunya, Rina (44).
Baca juga: Menkes: Anggota TNI dan Polisi Dapat Vaksin Covid-19 Maret 2021
Baca juga: Bocah 13 Tahun Tabrak 8 Motor hingga 1 Orang Tewas, Ternyata Gantikan Ayah yang Tak Enak Badan
Sang ayah menungga dunia sebelum keduanya pindah ke Benda Baru.
Sedangkan Rina meninggal dunia pada Sabtu (16/1/2021) karena serangan Covid-19.
Setelah pihak lingkungan, Ketua RT dan RW melapor, pihak kepolisian menerbitkan surat keterangan bahwa Aisyah berstatus terlantar.
"Status Aisyah ini sebagai anak yatim piatu dengan latar belakang dan kronologis yang diberitaukan oleh pihak kepolisian, kepolisian sudah menerbitkan surat keterangan Aisyah sebagai anak terlantar maka berdasarkan surat tersebut Dinsos berkewajiban untuk menangani Aisyah," ujar Kepala Dinsos, Wahyunoto Lukman, di lokasi yang sama.
Wahyu, panggilan karibnya, mengatakan, Aisyah memang memiliki keluarga tiri, namun tetap saja, statusnya saat ini sebatang kara.
Jika pihak keluarga ingin kembali mengasuh Aisyah, harus mengurusnya ke Dinsos.
Persyaratan adopsi pun harus dipenuhi, tidak bisa hanya berdasarkan hubungan keluarga tiri.
"Enggak (diserahkan ke keluarga tiri), karena Aisyah sebagai anak terlantar, itu berdasarkan surat keterangan kepolisian, jadi surat tersebut berdasarkan dari pihak lingkungan tempat Aisyah tinggal seperti RT, RW, kelurahan, jadi mereka semua tau latar belakang dari almarhumah ibunya Aisyah," papar Wahyu.
Berbeda dengan anak terlantar lain, Aisyah tidak ditampung di rumah singgah, Aisyah langsung diurus oleh Wahyu selaku kepala dinas. Wahyu menjadi orang tua angkat sementara Aisyah.
"Aisyah kita bawa ke Dinas Sosial, Dinas Sosial kan rjmah singgah, di rumah singgah nanti khawatir dia belum hilang traumanya, melihat di rumah singgah ada orang gangguan jiwa, ada yang terlantar ada disabilitas, jadi untuk sementara ke rumah seorang pegawai Dinsos. Salah seorang pegawai Dinsos, saya kan pegawai Dinsos," jelas Wahyu.
Koordinator RLC, Suhara Manullang, mengatakan, Aisyah tergolong tanpa gejala (OTG).
Anak yang duduk di kelas IV SD itu dinyatakan sembuh berdasarkan pedoman ke-V Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Kendati hasil swab test terakhirnya belum keluar, namun Aisyah sudah dinyatakan sembuh.
"13 hari karantina dan sebenarnya dia tanpa gejala ya termasuk OTG dia. Swab belum ada hasilnya, kita lagi tanya Labkesda."
"Tapi pedoman kelima kesembuhan itu tidak ditentukan hasil swab. Yang penting selama masa isolasi, OTG 10 hari, kalau gejala ringan 10 hari gejala, setelah itu tambah 3 hari lagi. Sembuh, sembuh," ujar Suhara di RLC, Ciater, Tangsel.
Aisyah terlihat mengenakan celana dan baju hitam serta kerudung biru dongker saat keluar dari RLC.
Ia tidak berkata-kata. Ekspresinya pun tidak terlihat terhalang masker yang digunakannya.
Matanya sempat memperhatikan awak media yang meliput datang ke lokasi.
Setelah seremoni penyerahan Aisyah dari RLC ke Dinsos, Aisyah pun pamit melambaikan tangan dari dalam mobil.
Artis Ikut Antre Ingin Adopsi
Kepala Dinas Sosial (Dinsos), Wahyunoto Lukman, mengatakan sudah ada 10 orang, dari mulai artis hingga pejabat tinggi TNI Angkatan Darat (AD) yang ingin mengadopsi Aisyah.
"Ada yang mantan pejabat Kementerian Sosial, ada yang Pejabat Tinggi di TNI Angkatan Darat, ada yang di media juga yang ngetop, artis ada, dan itu bukan sekali dua kali, memang dulu karena rumah singgah kita dekat markas artis itu, lihat berita gitu langsung komunikasi," ujar Wahyunoto saat kepulangan Aisyah, di RLC Ciater, Serpong.
Selain kepada dirinya, banyak juga orang-orang yang ingin mengadopsi Aisyah melalui pejabat Dinsos Tangsel lainnya.
Hanya saja, pihaknya belum membuka secara resmi kesempatan mengadopsi Aisyah.
"Secara resmi kita belum buka, kita menjaga ini dulu, ketenangan Aisyah. Kalau nanti diumumkan bisa 50-100 karena yang menghubungi kita sudah lebih dari 10."
"Kita kan belum membuka, belum membuat daftar, kalau ke saya pribadi sudah 10 orang, kalau dari Kabid, Kasi, Sekdis enggak nyebut jumlah, Pak kemarin menghubungi, Pak kemarin menghubungi," kata Wahyunoto.
Wahyunoto menekankan, bagi yang ingin mengadopsi Aisyah harus memenuhi syarat sesuai Peraturan Pemerintah nomor 54 tahun 2007 tentang pengangkatan anak.
"Ya nanti saja secara resmi kita daftar, buka kesempatan, kita asesmen," ujarnya.
Sepulang dari RLC, Aisyah kini ditampung sementara oleh Dinsos Tangsel.
Wahyunoto sendiri yang menampung di rumahnya karena khawatir dengan trauma Aisyah jika ditempatkan di rumah singgah.
"Aisyah kita bawa ke Dinas Sosial, Dinas Sosial kan rumah singgah, di rumah singgah nanti khawatir dia belum hilang traumanya, melihat di rumah singgah ada orang gangguan jiwa, ada yang terlantar ada disabilitas, jadi untuk sementara ke rumah seorang pegawai Dinsos. Salah seorang pegawai Dinsos, saya kan pegawai Dinsos," jelas Wahyunoto."
Tangis Aisyah Pecah
Aisyah Allisa diam seribu bahasa kala keluar dari Rumah Lawan Covid-19 (RLC) Tangerang Selatan (Tangsel) didampingi suster dan psikolog, Sabtu (30/1/2021).
Aisyah mengenakan baju dan celana serba hitam, serta kerudung biru dongker. Setengah wajahnya tertutupi masker medis berwarna ping. Anak usia 10 tahun itu hampir tanpa ekspresi.
Aisyah dinyatakan sembuh Covid-19 usai 13 hari karantina di RLC.
Ia didudukkan di antara Koordinator RLC Suhara Manullang, Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Wahyunoto Lukman dan Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Perlindungan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DPMP3AKB) Khairati.
Kepulangan Aisyah dibuatkan seremoni sederhana, sebagai tanda penyerahan pihak RLC kepada Dinsos.
Aisyah sebatang kara. Secara administrasi anak kelas IV SD itu dinyatakan terlantar oleh pihak kepolisian berdasarkan keterangan Ketua RT dan RW di Kelurahan Benda Baru, Pamulang, tempat Aisyah tinggal dulu.
Selama delapan tahun Aisyah dan ibunya tinggal di rumah kontrakan di Benda Baru.
Kartu Keluarga hanya mencatatkan nama Aisyah dan ibunya, Rina (44).
Sang ayah menungga dunia sebelum keduanya pindah ke Benda Baru.
Sedangkan Rina meninggal dunia pada Sabtu (16/1/2021) karena serangan Covid-19.
Tangis Bisu Aisyah
Saat Suhara memaparkan proses pemulangan dan penyerahan ke Dinsos, Aisyah membisu.
Bola matanya bergerak ke kanan kiri memandang awak media yang sibuk mengabadikan proses kepulangannya.
Tidak ada ayah, tidak ada ibu, Aisyah dijemput Dinsos.
Surat tanda sembuh dan catatan pemeriksaan kesehatan Aisyah diserahkan ke Wahyunoto.
Aisyah sempat menerima buku tabungan dan ATM berisi bantuan dari Pewarta Foto Indonesia (PFI) dan Kementerian Perhubungan, namun lagi-lagi ia tak berucap sepatah kata.
Terlihat sedikit anggukan tanda terima Aisyah.
Menuju mobil Dinsos, Aisyah dipeluk para suster dan psikolog yang sudah menemaninya selama karantina.
Saat itu air mata Aisyah menetes. Tangis bisunya menyiratkan kesedihan yang dalam.
"Nanti omah hubungi ya," ujar Endang, salah seorang psikolog RLC yang memeluk Aisyah.
Endang juga mencium kening Aisyah tanda perpisahan.
Sampai di mobil Dinsos, dengan ketegarannya, Aisyah melambaikan tangan.
"Status Aisyah ini sebagai anak yatim piatu dengan latar belakang dan kronologis yang diberitaukan oleh pihak kepolisian, kepolisian sudah menerbitkan surat keterangan Aisyah sebagai anak terlantar maka berdasarkan surat tersebut Dinsos berkewajiban untuk menangani Aisyah," ujar Kepala Dinsos, Wahyunoto Lukman, di lokasi yang sama.
Wahyu, panggilan karibnya, mengatakan, Aisyah memang memiliki keluarga tiri, namun tetap saja, statusnya saat ini sebatang kara.
Jika pihak keluarga ingin kembali mengasuh Aisyah, harus mengurusnya ke Dinsos.
Persyaratan adopsi pun harus dipenuhi, tidak bisa hanya berdasarkan hubungan keluarga tiri.
"Enggak (diserahkan ke keluarga tiri), karena Aisyah sebagai anak terlantar, itu berdasarkan surat keterangan kepolisian, jadi surat tersebut berdasarkan dari pihak lingkungan tempat Aisyah tinggal seperti RT, RW, kelurahan, jadi mereka semua tau latar belakang dari almarhumah ibunya Aisyah," papar Wahyu.
Berbeda dengan anak terlantar lain, Aisyah tidak ditampung di rumah singgah, Aisyah langsung diurus oleh Wahyu selaku kepala dinas. Wahyu menjadi orang tua angkat sementara Aisyah.
"Aisyah kita bawa ke Dinas Sosial, Dinas Sosial kan rumah singgah, di rumah singgah nanti khawatir dia belum hilang traumanya, melihat di rumah singgah ada orang gangguan jiwa, ada yang terlantar ada disabilitas, jadi untuk sementara ke rumah seorang pegawai Dinsos. Salah seorang pegawai Dinsos, saya kan pegawai Dinsos," jelas Wahyu.
(TbunJakarta/Jaisy Rahman Tohir/Wahyu Septiana)
Artikel ini telah tayang di Tribunjakarta.com dengan judul Aisyah, Anak Sebatang Kara Sembuh dari Covid-19: Pulang ke Rumah Kepala Dinas Sosial Tangsel ,
dan Sembuh dari Covid-19, Tangis Anak Sebatang Kara Aisyah Pecah:Artis dan Pejabat TNI Antre Siap Adopsi,