Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Epidemiolog Sebut Covid-19 Tidak Bisa Berkembang Biak Pada Makanan Beku

China memiliki teori bahwa virus ini ditularkan melalui makanan beku (frozen food) yang bisa saja masuk dari negara lain. Epidemiolog sebut tak mungki

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Anita K Wardhani
zoom-in Epidemiolog Sebut Covid-19 Tidak Bisa Berkembang Biak Pada Makanan Beku
net
makanan beku ok 

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) akan memperluas cakupan wilayah dugaan asal mula tersebarnya virus corona (Covid-19) hingga ke kawasan Asia Tenggara.

Sebelumnya, organisasi global ini telah melakukan investigasi di Wuhan, China selama dua pekan untuk mengetahui apakah virus ini berasal dari kota tersebut.

Namun dalam konferensi pers yang dilakukan WHO pada Selasa lalu menyimpulkan bahwa tidak ada indikasi virus ini tersebar melalui kebocoran di laboratorium di Institut Virologi Wuhan.

Namun WHO masih memiliki keyakinan bahwa virus ini tertular melalui hewan ke manusia di kota itu.

Sementara China memiliki teori bahwa virus ini ditularkan melalui makanan beku (frozen food) yang bisa saja masuk dari negara lain.

Baca juga: China Kembali Klaim Virus Corona Berasal dari Makanan Beku, Ahli: Risiko Tertular Sangat Kecil

Baca juga: WHO Perluas Investigasi Asal Usul Covid-19 Hingga ke Asia Tenggara

Lalu seperti apa pendapat Epidemiolog terkait kelanjutan investigasi WHO mengenai asal usul Covid-19 ?

Berita Rekomendasi

Epidemiolog Universitas Griffith Australia Dicky Budiman meyakini bahwa virus SARS-CoV-2 tidak bisa berkembang biak dalam makanan beku.

makanan beku
makanan beku (net)

Sehingga menurutnya, jika memang makanan beku itu terdeteksi positif Covid-19, ini tidak bisa menjadi landasan bahwa makanan beku ini bisa menularkan pada manusia.

"Ya agak sulit (menularkan) ya kalau masalah makanan beku. Karena apa ? Makanan beku ini terdeteksi iya, tapi bahwa virus itu kan nggak bisa berkembang biak di dalam makanan beku," ujar Dicky, kepada Tribunnews, Senin (15/2/2021) pagi.

Ia kemudian menegaskan bahwa Covid-19 ini bukan merupakan jenis penyakit yang berasal dari makanan (food borne disease).

Baca juga: Dokter Sarankan Konsumsi Frozen Food Kalau Keadaan Terpaksa Saja

"Covid ini bukan penyakit Food Borne Disease, atau bukan penyakit yang ditularkan melalui makanan, bukan," tegas Dicky.

Dicky pun mengaku skeptis dengan teori bahwa penularan virus ini awalnya berasal dari makanan beku yang diimpor China.

Karena sejumlah negara selain China, yang juga berada di kawasan Asia Timur, tidak menunjukkan temuan yang menguatkan teori tersebut.

"Dan yang menjadi pertanyaan berikutnya adalah data menunjukkan bahwa paparan di makanan beku ini banyaknya terjadi di China. Sedangkan Taiwan, ataupun Korea, Jepang, atau Hong Kong itu tidak mendapatkan atau menemukan hal itu," kata Dicky.

Ia justru menilai virus yang ada dalam makanan beku itu sebelumnya ditularkan oleh orang yang mengemas produk tersebut, baik saat produk itu masuk ke China maupun saat pengiriman dari negara lain.

"Sehingga pertanyaan berikutnya adalah ini seperti telur dan ayam, apakah ketika mengemas itu di China memang banyak yang tidak terdeteksi, atau dari orang yang mengirimnya juga ada tidak terdeteksi, negara pengirimnya, sehingga itu mengkontaminasi makanan beku itu," jelas Dicky.

Epidemiolog Griffith University Australia, Dicky Budiman
Epidemiolog Griffith University Australia, Dicky Budiman (Tangkapan Layar YouTube Kompas TV)

Namun jika virus itu dinyatakan berasal dari makanan beku, ia menilai bahwa kemungkinannya sangat kecil.

"Tapi bahwa dari situ terus terinfeksi, saya kira kecil sekali kemungkinannya, amat sangat kecil," papar Dicky.

Lebih lanjut ia memaparkan bahwa hal yang mungkin saja bisa terjadi dan dianggap masuk akal adalah makanan beku itu terpapar Covid-19 karena ada petugas kemas kategori Orang Tanpa Gejala (OTG) yang menularkannya secara tidak sengaja.

"Yang bisa terjadi adalah makanan beku itu terdeteksi karena ada pegawai yang memang terinfeksi, tidak bergejala, bersin di situ, menulari temannya. Nah paparannya menempa makanan beku itu, nah itu yang lebih logis menurut saya," pungkas Dicky

Investigasi WHO, Virus Corona Bukan karena Kebocoran Laboratorium di Wuhan

Anggota tim Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang menyelidiki asal-usul virus corona Covid-19, mengenakan alat pelindung terlihat selama kunjungan mereka ke Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Hewan Hubei di Wuhan, Provinsi Hubei tengah China pada 2 Februari 2021 .
Anggota tim Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang menyelidiki asal-usul virus corona Covid-19, mengenakan alat pelindung terlihat selama kunjungan mereka ke Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Hewan Hubei di Wuhan, Provinsi Hubei tengah China pada 2 Februari 2021 . (Hector RETAMAL / AFP)

Sebelumnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa 'sangat tidak mungkin' virus corona (Covid-19) tersebar melalui kebocoran di laboratorium Institut Virologi Wuhan, China.

Ini merupakan temuan utama dari investigasi yang dilakukan WHO selama dua pekan di China, untuk mencoba memecahkan misteri asal usul pandemi Covid-19.

Dikutip dari laman Fortune.com, Senin (15/2/2021), kesimpulan yang diumumkan oleh pejabat WHO dalam konferensi pers pada Selasa lalu, semuanya mengesampingkan teori yang disampaikan beberapa pejabat AS, bahwa Covid-19 bocor secara sengaja maupun tidak disengaja dari laboratorium di Wuhan.

Sebaliknya, para Ahli dari WHO ini mengatakan bahwa kemungkinan besar kemunculan Covid-19 bermula dari kelelawar dan ditularkan ke manusia melalui hewan lain, seperti cerpelai.

Ketua tim investigasi dari WHO Peter Ben Embarek mengatakan dalam konferensi pers tersebut, terkait kemungkinan adanya penularan melalui hewan ke manusia.

"Spesies inang perantara adalah jalur yang paling mungkin," kata Embarek.

Namun, para Ahli WHO ini masih memiliki banyak pertanyaan lainnya yang belum terjawab.

Mereka mengatakan bahwa tim tidak dapat menentukan secara tepat bagaimana atau kapan virus ini kali pertama ditularkan ke manusia atau bahkan apakah Covid-19 ini memang berasal dari China.

Embarek mengkonfirmasi bahwa Pasar Makanan Laut Grosir Huanan di Wuhan, tetap menjadi sumber yang paling mungkin dari dugaan kemunculan wabah awal.

Namun penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui apakah virus itu masuk melalui hewan hidup di sana atau diimpor melalui produk makanan beku (frozen food) dari luar China daratan.

Sementara anggota tim investigasi lainnya dari WHO, Peter Daszak mengatakan bahwa pelacakan rantai pasokan pasar harus diperluas ke negara lainnya di luar China, terutama ke tempat lain di kawasan Asia Tenggara.

Banyak dari temuan WHO yang tidak meyakinkan, namun mereka memiliki satu hasil yang jelas, yakni secara tidak langsung mendukung asumsi yang digulirkan China.

Perlu diketahui, media pemerintah negara itu telah lama mendukung gagasan bahwa Covid-19 tidak berasal dari China.

Pada konferensi pers yang digelar hari Selasa lalu, tim Ilmuwan China 'mempromosikan' teori bahwa virus ini tidak dimulai di China dan mereka menyatakan diakhirinya penelitian pelacakan asal-usul virus tersebut di negara itu.

Selama berbulan-bulan hingga saat ini, pejabat China telah melontarkan teori bahwa virus tersebut mungkin telah diimpor melalui kemasan makanan beku, itu menghubungkan wabah di Beijing dengan penyimpanan rantai dingin.

Seperti yang disampaikan pakar di Komisi Kesehatan Nasional China, Dr. Liang Wannian pada Selasa lalu.

"Tugas tim internasional gabungan akan menetapkan dasar untuk tugas penelusuran asal di tempat lain, oleh karena itu tidak akan terikat ke lokasi manapun," kata Wannian.

Terkait investigasi ini, WHO dan Badan Tata Kelola Kesehatan Global Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) mengeluarkan resolusi awal untuk memulai penyelidikan terhadap asal-usul Covid-19 pada Mei 2020.

Namun, memilah rincian kunjungan investigasi itu tentunya akan membutuhkan waktu berbulan-bulan, dan China pun menuai kritikan global karena menunda akses tim WHO ke Wuhan.

Pada 6 Januari 2021, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengeluarkan kritik paling kerasnya terkait partisipasi China dalam penyelidikan tersebut.

Ia mengaku 'sangat kecewa', karena para Ilmuwan WHO ini diketahui telah berjuang untuk mendapatkan izin yang diperlukan untuk memasuki negara itu.

Kendati demikian, begitu para Ilmuwan yang tergabung dalam tim investigasi WHO ini memasuki China pada pertengahan Januari lalu dan menjalani masa karantina selama 14 hari, mereka justru memuji China karena memberikan akses ke setiap situs yang mereka minta untuk dikunjungi.

Satu diantara serangkaian kunjungan pertama mereka ke lokasi itu adalah ke fasilitas penyimpanan rantai dingin, ini berdasar pada asumsi bahwa virus bisa saja dibawa ke China dari tempat lain.

Pada 30 Januari 2021, pejabat China memimpin kunjungan para peneliti ini ke pameran yang memperingati pertempuran awal Wuhan melawan Covid-19 dan penguncian (lockdown) kota itu selama 76 hari untuk menahan laju penyebaran virus.

Tim investigasi WHO juga mengunjungi Pasar Makanan Laut Grosir Huanan, tempat di mana Covid-19 kali pertama terdeteksi.

Kemudian turut mengunjungi Institut Virologi Wuhan, sebuah laboratorium yang selama ini menjadi pusat teori konspirasi.

Teori yang mengklaim bahwa Ilmuwan di laboratorium itulah yang memproduksi virus tersebut, hingga akhirnya bocor dari fasilitas itu.

Seorang profesor dalam Badan Tata Kelola Kesehatan Global di City University of Hong Kong, Nicholas Thomas mengatakan bahwa penyelidikan WHO memang berhasil karena mengesampingkan teori tentang 'puncak yang lebih gila dari spektrum konspirasi'.

Namun penyelidikan tersebut masih mengalami masalah mendasar karena terkesan dipaksakan oleh China.

"Penundaan untuk memulai investigasi di China mengindikasikan bahwa kami mungkin tidak akan pernah tahu cerita lengkapnya, itu akan selalu dikaburkan. Tanda tanya yang akan menggantung pada misi ini adalah misi ini bisa sukses, jika tim masuk lebih awal, karena akan ada lebih banyak data yang dikeluarkan," tegas Thomas.

China pun merespons, media pemerintah China menangkap kesimpulan tim investigasi WHO bahwa virus itu kemungkinan tidak berasal dari China, setelah konferensi pers disampaikan WHO pada Selasa lalu.

The Global Times, sebuah tabloid nasionalis di China mengatakan, temuan WHO mengindikasikan bahwa lebih banyak upaya penelusuran harus dimulai di Asia Tenggara.

Begitu pula pemberitaan di surat kabar berbahasa Inggris 'The China Daily' yang didukung pemerintah.

Media itu 'membingkai' ceritanya tentang konferensi pers itu dan menarik kesimpulan bahwa penyelidikan asal-usul Covid-19 tidak boleh terikat secara geografis ke China.

Dua media ini pun menyinggung komentar salah satu anggota tim investigasi WHO, Marion Koopmans yang mengatakan WHO harus terus melacak produk yang dijual di pasar Wuhan pada Desember 2019 ke sumber mereka, seperti ke pertanian di wilayah lain di China atau bahkan ke luar negeri.

Thomas mengatakan teori China bahwa Covid-19 diimpor dari makanan, secara teknis memang masuk akal.

Namun ia terkejut dengan seberapa besar kepercayaan yang diberikan oleh tim investigasi WHO terhadap teori tersebut.

"Itu mengejutkan, karena ini pertama kalinya kami mempertimbangkan dari jarak jauh cerita asal Asia Tenggara untuk kasus ini. Teori bahwa virus itu mungkin berasal dari Asia Tenggara mendekati narasi negara China, dibandingkan dengan apa yang kita lihat dari WHO sejauh ini," tegas Thomas.

Sedangkan Ilmuwan lainnya, telah menolak teori impor ala China ini sepenuhnya.

Mereka berpendapat, asumsi WHO bahwa virus itu masuk melalui interaksi dengan hewan hidup jauh lebih masuk akal.

Karena penularan melalui makanan, jika memang ada, kemungkinan hanya akan menyebabkan sedikit wabah lokal di seluruh dunia.

Sementara itu, pemerintah Amerika Serikat (AS) pun telah mengindikasikan bahwa mereka tidak akan begitu saja 'meyakini 100 persen' hasil investigasi yang dilaporkan WHO.

Seperti yang disampaikan Sekretaris pers Gedung Putih Jen Psaki dalam jumpa pers pada hari Selasa lalu.

"Kami ingin melihat sendiri datanya, kami telah menyatakan keprihatinan kami mengenai perlunya transparansi penuh dan akses dari China dan WHO ke semua informasi mengenai hari-hari awal pandemi," kata Psaki.

Perlu diketahui, sejak awal masa pandemi, WHO telah mendapat kecaman di sejumlah negara termasuk AS karena organisasi itu dituding meyakini asumsi China terkait Covid-19.

Thomas mengatakan temuan WHO mencerminkan perjuangan lembaga tersebut untuk menyeimbangkan antara kepentingan salah satu negara anggotanya yang paling penting dan misinya untuk menemukan bagaimana pandemi ini dimulai.

"WHO terjebak di antara batu dan tempat yang keras. Di satu sisi, WHO bertanggung jawab kepada negara-negara anggotanya, dan dalam hal ini mereka harus mempertimbangkan keinginan China. Tapi di sisi lain, mereka juga mencoba untuk mengungkap kebenaran," pungkas Thomas.

Sumber: https://fortune-com.cdn.ampproject.org/v/s/fortune.com/2021/02/10/who-wuhan-lab-china-covid-origin/amp/?amp_js_v=a6&amp_gsa=1&usqp=mq331AQHKAFQArABIA==#aoh=16133426217775&referrer=https://www.google.com&amp_tf=From %1$s&ampshare=https://fortune.com/2021/02/10/who-wuhan-lab-china-covid-origin/

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas