Sebabkan Rasa Sakit secara Psikologis, Jepang Minta China Hentikan Anal Swab Test pada Warganya
Anal swab test sebabkan rasa sakit secara psikologis, Jepang minta China hentikan test swab untuk mendeteksi Covid-19 ini pada warganya.
Penulis: Rica Agustina
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Pemerintah Jepang meminta China berhenti melakukan tes usap dubur atau anal swab test untuk mendeteksi virus corona (Covid-19) pada warganya.
Hal itu karena prosedur anal swab test telah menyebabkan rasa sakit secara psikologis bagi warga Jepang yang sudah menjalani tes tersebut.
"Beberapa orang Jepang melaporkan ke kedutaan kami di China bahwa mereka menerima anal swab test yang menyebabkan rasa sakit psikologis yang hebat," kata Kepala Sekretaris Kabinet Katsunobu Kato, dikutip dari Channel News Asia.
Kato mengatakan, hingga kini Pemerintah Jepang belum menerima tanggapan dari China.
Selama belum ditanggapi, Jepang akan terus mendesak China agar mengubah cara pengujan.
Dikutip dari Kontan.co.id, tak hanya Jepang, warga China dilaporkan juga sangat menentang metode baru itu.
Platform media sosial Tiongkok, Weibo awal Januari 2021 lalu melakukan survei tentang anal swab test.
Hasil dari survei tersebut menunjukkan bahwa 80 persen responden 'tidak dapat menerima' teknik tersebut.
Baca juga: Pakai Vaksin Sinovac Buatan China, Thailand Mulai Vaksinasi Covid-19 Hari Ini
Baca juga: Penerapan GeNose C19 di Bandara Tidak Menghilangkan Layanan Rapid Test Antigen dan PCR
Untuk diketahui, anal swab test dilakukan sejak China meningkatkan skrining untuk memastikan tidak ada pembawa potensial dari virus corona baru yang terlewat.
Adapun metode test swab itu disebut dapat meningkatkan tingkat deteksi orang yang telah terkonfirmasi positif Covid-19.
Hal itu disampaikan oleh Wakil Direktur Departemen Penyakit Pernapasan dan Infeksi Rumah Sakit You Aan Beijing, Li Tongzeng.
"Metode swab lewat lubang anus dapat meningkatkan tingkat deteksi orang yang terkonfirmasi positif Covid-19, karena jejak virus bertahan lebih lama di anus daripada di saluran pernapasan," ungkap Li Tongzeng dikutip dari Theguardian.com.
Lebih lanjut, Li Tongzeng mengatakan anal swab test diperkenalkan setelah penelitian menunjukkan bahwa jejak Covid-19 dapat ditemukan lebih lama di anus daripada di saluran pernapasan.
Namun demikian, karena test swab ini tidak senyaman rapid test antigen maka hanya orang-orang tertentu saja yang dikenakan anal swab test.
Di antaranya mereka yang berada di wilayah-wilayah dengan kasus tinggi atau orang-orang yang datang dari wilayah di luar China.
"Tapi tentu saja mengingat mengumpulkan usap anal tidak senyaman usap tenggorokan, saat ini hanya kelompok utama saja yang melakukan pengujian ini, seperti mereka yang berada di karantina," kata Li Tongzeng.
(Tribunnews.com/Rica Agustina, Kontan.co.id/Barratut Taqiyyah Rafie)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.