WHO: untuk Saat Ini, Negara Harus Lanjutkan Vaksinasi AstraZeneca
Ini tentunya mengindikasikan 'keamanan' vaksin AstraZeneca untuk digunakan pada saat ini.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Malvyandie Haryadi
"Sejauh ini kami tidak menemukan hubungan antara kejadian ini dengan vaksin, karena tingkat kejadian ini terjadi pada kelompok yang divaksinasi. Pada kenyataannya, kejadiannya kurang dari yang diharapkan pada populasi umum di saat yang sama," tegas Swaminathan.
Sementara Asisten Direktur Jenderal WHO untuk Akses ke Obat-obatan dan Produk Kesehatan, Mariangela Simao pun setuju dengan pernyataan Swaminathan.
Simao mencatat bahwa hingga saat ini jutaan dosis vaksin AstraZeneca telah diberikan di Eropa, namun tidak terlihat adanya peningkatan kejadian pembekuan darah.
"Sejauh ini sepertinya tidak terjadi lebih banyak kasus dari yang diharapkan untuk periode pada populasi umum," kata Simao.
Perlu diketahui, penghentian sementara yang dilakukan sejumlah negara pada program vaksinasi mereka yang menggunakan AstraZeneca merupakan pukulan besar bagi kampanye imunisasi global.
Karena para ahli berharap program vaksinasi ini akan membantu mengakhiri pandemi yang telah terjadi selama setahun dan telah menewaskan lebih dari 2,6 juta orang dan menghancurkan ekonomi global.
Meskipun penghentian sementara penggunaan vaksin dapat dimaklumi sebagai 'tindakan pencegahan'.
Namun para ahli WHO menekankan bahwa pemerintah negara yang menghentikan program vaksinasi ini harus mempertimbangkan pula jumlah kasus yang meningkat di seluruh Eropa tentu akan ada harganya.
"Manfaat dari vaksinasi menggunakan vaksin AstraZeneca dan vaksin lainnya jauh lebih besar dibandingkan risiko terkena infeksi Covid-19," tegas Simao.
Masalah 'gelombang penghentian vaksinasi' yang dilakukan banyak negara ini dianggap sangat mengkhawatirkan.
Hal itu karena hampir semua dosis yang didistribusikan pada gelombang pertama skema berbagi vaksin global COVAX yang diinisiasi WHO menggunakan vaksin AstraZeneca.
Skema COVAX bertujuan untuk memastikan agar negara-negara miskin memiliki akses untuk mendapatkan vaksin.
Simao menekankan bahwa sejauh ini hanya vaksin AstraZeneca yang dibuat di Eropa yang sedang dilakukan penyelidikan terkait insiden pembekuan darah ini.
"Bukan vaksin yang disediakan melalui fasilitas Covax yang dibuat di Korea dan India," pungkas Simao.