Membandingkan Vaksin Sinovac dan AstraZeneca yang Dipakai Indonesia untuk Vaksinasi Covid-19
Sejauh ini vaksin yang ada di Tanah Air adalah vaksin Covid-19 dari Sinovac dan AstraZeneca. Apa perbedaan kedua vaksin ini?
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Vaksinasi Covid-19 di Indonesia telah dimulai pada Januari lalu.
Dalam memenuhi kebutuhan vaksin pemerintah mengupayakannya melalui jalur bilateral maupun multilateral.
Baca juga: 16 Juta Vaksin Covid-19 dari Sinovac Hari Ini Tiba Lagi di Indonesia
Baca juga: Tinjau Vaksinasi di Kediaman Raja Hitu, Jokowi: Kalau Covid Datang Bisa Mental
Sejauh ini vaksin yang ada di Tanah Air adalah vaksin Covid-19 dari Sinovac dan AstraZeneca.
Dibanding Sinovac, vaksin AstraZenrca menuai pro kontra, lantaran MUI menemukan memanfaatkan bahan haram yakni tripsin babi dalam proses pembibitan vaksinnya.
Meski demikian dengan sejumlah alasan, salah satunya kedaruratan kesehatan maka MUI memperbolehkan penggunaan vaksin AstraZeneca di Indonesia.
Berikut perbedaan vaksin Sinovac dan AstraZeneca yang dikutip dari berbagai sumber :
*Bahan Baku*
Dikutip dari keterangan Kementerian Kesehatan, vaksin Covid-19 buatan Sinovac mengandung bahan antara lain virus yang sudah dimatikan (atau inactivated virus) dan tidak mengandung sama sekali virus hidup atau yang dilemahkan. Ini merupakan metode paling umum dalam pembuatan vaksin.
Sementara itu, vaksin AstraZeneca memiliki teknologi pembuatan virus yang modern.
Berdasarkan rilis resmi dari AstraZeneca, Vaksin ini menggunakan vektor virus simpanse yang tidak bereplikasi berdasarkan versi yang dilemahkan dari virus flu biasa (adenovirus) yang menyebabkan infeksi pada simpanse dan mengandung materi genetik dari protein spike virus SARS-CoV-2.
Baca juga: Sinovac Katakan Vaksin Covid-19 Miliknya Aman untuk Anak-anak Berusia 3-17 Tahun
Baca juga: Penjelasan LPPOM MUI terkait Pemanfaatan Tripsin Asal Babi di Vaksin AstraZeneca
AstraZeneca menegaskan, vaksin vektor virus itu tidak mengandung produk berasal dari hewan, seperti yang telah dikonfirmasikan oleh Badan Otoritas Produk Obat dan Kesehatan Inggris.
Semua tahapan proses produksinya, vaksin vektor virus ini tidak menggunakan dan bersentuhan dengan produk turunan babi atau produk hewani lainnya.
*Efikasi*
Diketahui, vaksinasi tahap pertama menggunakan vaksin Covid-19 Sinovac.
Vaksin tersebut diizinkan penggunaanya setelah BPOM menerima hasil uji klinik dengan efikasi 65,3 persen serta memiliki label halal dan suci dari MUI.
Sementara, efikasi vaksin AstraZeneca sebesar 62,1 persen.
AstraZeneca memastikan vaksin buatannya aman dan efektif dalam mencegah Covid-19.
Disampaikan, dalam uji klinis vaksin Covid-19 AstraZeneca 100% dapat melindungi dari penyakit yang parah, rawat inap dan kematian, lebih dari 22 hari setelah dosis pertama diberikan.
Penelitian vaksinasi yang telah dilakukan berdasarkan model penelitian dunia nyata (real-world) menemukan, satu dosis vaksin mengurangi risiko rawat inap hingga 94% di semua kelompok umur, termasuk bagi mereka yang berusia 80 tahun ke atas.
Penelitian lain juga menunjukkan bahwa vaksin dapat mengurangi tingkat penularan penyakit hingga dua pertiga.
*Efek Samping*
Kepala BPOM Penny K. Lukito mengatakan, selain memiliki kemanjuran atau efikasi di atas 50 persen. Vaksin asal Tiongkok, China tersebut aman karena memberikan efek samping ringan.
Adapun efek samping sistemiknya berupa nyeri otot, fatigue, dan demam
Sementara fekuensi efek samping dengan derajat berat, seperti sakit kepala gangguan di kulit atau diare, hanya dilaporkan sekitar 0,1% sampai dengan 1%.
"Itu merupakan efek samping yang tidak berbahaya dan dapat pulih kembali. Secara keseluruhan, kejadian efek samping ini juga dialami pada subjek yang mendapatkan plasebo," ungkapnya.
Hal yang sama juga disampaikan oleh Badan POM terkait proses evaluasi untuk keamanan khasiat dan mutu dari vaksin AstraZeneca.
Kejadian efek samping yang dilaporkan dalam studi klinik umumnya bersifat ringan dan sedang atau grade 1 dan 2, dan yang paling sering dilaporkan yaitu reaksi lokal seperti nyeri pada saat ditekan, panas, kemerahan dan gatal, dan pembengkakan, serat reaksi sistemik seperti kelelahan, sakit kepala, panas meriang, dan nyeri sendi.
Sampai saat ini telah lebih 5 juta orang menerima suntikan vaksin Covid-19, dimana 3 juta orang telah menerima vaksin dosis kedua.
Pemerintah berharap masyarakat tidak ragu dalam mengikuti vaksinasi jika sudah menerima jadwal.
Pemerintah memastikan vaksin yang diberikan kepada masyarakat telah melalui berbagai proses untuk memastikan keamanan dan khasiatnya.
Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 dari Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengatakan, banyak negara di negara di dunia termasuk negara muslim juga menggunakan vaksin AstraZeneca.
Vaksin buatan perusahaan farmasi Inggris ini telah disetujui lebih dari 70 negara di seluruh dunia, termasuk negara muslim seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Kuwait, Bahrain, Oman, Mesir, Aljazair, dan Maroko.
"Serta banyak dewan islam di seluruh dunia telah menyatakan sikap bahwa vaksin ini diperbolehkan untuk digunakan," ujar Nadia dalam konferensi Pers virtual bertajuk "Perkembangan Terkini terkait Vaksin COVID-19 dari AstraZeneca", Jumat, (19/3/2021).