Penularan Virus Corona B.1.617 Disebut 3,35 Kali Lebih Cepat, dari 14 Kasus Menularkan ke 31 Nakes
31 tenaga kesehatan positif terpapar Covid-19 meski sudah menggunakan Alat Pelindung Diri (APD).
Penulis: Fauzi Nur Alamsyah
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Menteri Kesehatan RI (Wamenkes), Dante Saksono Harbuwono mengatakan adanya kenaikan kasus mutasi Covid-19 B.1.617.
Ia memaparkan sejumlah data mengenai kasus penularan varian baru virus corona B.1.617 yang terjadi di Cilacap.
Dante mengatakan tingkat penularan mutasi virus tersebut relatif lebih tinggi dan lebih cepat.
"Salah satu contohnya adalah yang kemarin terjadi di Cilacap. Ada kapal Filipina yang berlabuh, kemudian dari kapal itu sudah mendarat di India. Kami lakukan screening genomik dari 20 ABK, ternyata ada 14 kasus mutasi," kata Dante dalam rapat bersama Komisi IX DPR, Kamis (27/5/2021).
"Dari 14 kasus itu ternyata menularkan kepada 31 tenaga kesehatan," imbuhnya.
Hal tersebutlah yang membuat dirinya menyatakan jika penularan virus mutasi tersebut sangatlah agresif.
"Ini memperlihatkan bagaimana agresifnya penularan dari varian of concern ini kepada orang lain," tambah dia.
Ia menjelaskan, 31 tenaga kesehatan positif tersebut terpapar meski sudah menggunakan Alat Pelindung Diri (APD).
Tracing terhadap keluarga 31 tenaga kesehatan itu dilakukan untuk mengetahui apakah ada penularan yang lebih luas.
"Kemudian dari tracing itu ditemukan 12 nakes dan non-nakes yang positif," ujarnya.
Lebih lanjut, dari 12 orang tersebut masih dilakukan tracing kepada tenaga kesehatan lainnya.
Dari penelusuran itu, ditemukan enam tenaga kesehatan yang juga positif terpapar mutasi virus B.1.617 yang berasal dari India itu.
"Totalnya jadi ada 49 kasus yang tertular dari 14 kasus," ujar Dante.
Berdasarkan temuan 14 kasus positif dan tracingnya, ia menyimpulkan penularan mutase virus itu sekitar 3,35 kali lebih cepat.
Hasil tersebut sangat besar dari target yang telah ditentukan menteri kesehatan sebesar 0,9 atau 1, agar kasus tersebut tidak menularkan banyak orang.
"Jadi kita berhadapan dengan dua hal setelah Lebaran ini. Satu adalah faktor eksogen mobilisasi, yang kedua adalah karakteristik virus yang sekarang itu lebih mudah melakukan penyebarannya dibandingkan dengan mutasi lokal yang ada sekarang (di Indonesia)," kata Dante.
Sebagai informasi, sebelumnya sebanyak 14 anak buah kapal (ABK) asal Filipina yang ada di Cilacap, Jawa Tengah dipastikan terpapar Covid-19 varian baru dari India.
Sampai saat ini, total kasus positif Covid-19 telah telah mencapai 1,791.221 dengan jumlah 1.645.263 dinyatakan sembuh dan 49.771 meninggal dunia.
Data tersebut diambil dari web resmi www.covid19.go.id.
Baca juga: Banyak Mutasi Virus Covid-19 di Indonesia, Pelaksanaan Vaksinasi Disarankan Dihentikan Sementara
Tanggapan MPR
Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) menanggapi penemuan kasus varian baru Covid-19 di Batam.
Ia meminta pemerintah daerah, melalui Dinas Kesehatan, agar mempersiapkan, baik sarana dan prasarana, untuk mengantisipasi penyebaran dan perkembangan varian baru Covid-19 tersebut.
Serta menginformasikan kepada masyarakat terkait mekanisme penularan varian baru Covid-19, dan tindak lanjut menghadapi varian baru tersebut, sebagai upaya masyarakat agar terhindar dari terpapar.
"Peneliti dan ahli molekuler untuk terus melakukan kajian yang mendalam, dan melakukan pengamatan serta mengupdate informasi perkembangan terbaru mengenai jenis varian baru Covid-19 tersebut, seperti bagaimana virus bermutasi, dampak, penyebarluasan, dan cara mencegah terpapar dari varian baru Covid-19 tersebut," kata Bamsoet.
Mantan Ketua DPR RI ini pun meminta pemerintah pusat dan pemerintah daerah mewaspadai dan mengantisipasi munculnya varian baru Covid-19 dikarenakan tingkat penyebaran varian baru Covid-19 ini diketahui lebih cepat dan ganas.
Bamsoet juga mengingatkan pemerintah agar menginformasikan kepada masyarakat bagaimana menyikapi varian baru Covid-19 tersebut, guna mencegah dari terpaparnya virus corona dan varian baru covid-19.
"Seperti menjaga imunitas diri dan membuka pintu atau memasang air sterilization guna menghindari transmisi virus di dalam ruangan semaksimal mungkin," jelasnya.
5 Temuan Baru
Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO pada Selasa (25/5/2021) lalu mengumumkan temuan terbaru terkait varian corona asal India yakni B.1.617.
Meski demikian, guru besar paru fqakultas Kedokteran Universitas Indonesia Profesor Tjandra Yoga Aditama mengatakan, varian ini terus diteliti oleh para pakar di dunia.
"Varian B.1.617 ini terdiri dari tiga jenis, yaitu B.1.617.1, B.1.617.2 dan B.1.617.3. , dan masih terus banyak dibahas termasuk dampaknya pada pasien dari India yang meninggal dunia," ujar Tjandra di Jakarta, kemarin.
Berikut data terbaru yang diungkap WHO:
Pertama, beberapa data ilmiah yang menunjukkan varian ini lebih mudah menular.
"Data terbaru dari Inggris tanggal 29 Maret sampai 28 April 2021 menunjukkan bahwa “secondary attack rates” varian B.1.617.2 lebih tinggi daripada B.1.1.7," ungkapnya.
Kedua, dampak membuat penyakit menjadi lebih berat dan parah, dan atau menyebabkan kematian, masih dalam status “under investigation”, artinya masih diperlukan data ilmiah yang lebih sahih untuk membuat kesimpulan akhir.
Ketiga, tentang kemungkinan terinfeksi ulang sesudah sembuh, statusnya juga masih “under investigation”.
Namun WHO sudah menyatakan bahwa ada kemungkinan bahwa B.1.617.1 mengakibatkan penurunan aktifitas netralisasi.
"Kemudian, belum ada laporan ilmiah yang sahih tentang dampak varian B.1.617 terhadap diagnosis Covid-19 dengan PCR dan atau rapid antigen," kata mantan direktur WHO SEARO ini.
Keempat, dampak varian B.1.617 terhadap efikasi vaksin banyak dibahas.
Baca juga: Wamenkes Ungkap Kasus Mutasi Covid-19 B.1.617 Melonjak, Penularannya Agresif
Laporan awal dari Inggris menunjukkan ada sedikit penurunaan efektifitas vaksin Pfizer BioNTech dan AstraZeneca terhadap B.1.617.2, dibandingkan dengan B.1.1.7.
Data efikasi vaksin Pfizer BioNTech adalah 93.4% terhadap B.1.1.7 dan 87.9% terhadap B.1.617.2.
Angkanya untuk vaksin AstraZeneca adalah 66.1% terhadap B.1.1.7 dan juga sedikit lebih rendah (59.8%) terhadap B.1.617.2.
Ada penelitian berskala kecil yang menunjukkan penurunan dua kali dari kapasitas netralisasi terhadap varian B.1.617.1 sesudah 2 dosis vaksin SII – Covishield, dibandingkan dengan terhadap lineage B.1 secara umum.
Ada juga penelitian skala kecil lain yang juga menunjukkan penurunan netralisasi terhadap B.1.617.1 pada vaksin Moderna- mRNA-1273 (hanya 15 sample) dan Pfizer BioNTech (hanya 10 sample).
Selain itu, terdapat data penurunan netralisasi juga terhadap varian B.1.617 pada vaksin Bharat – Covaxin, bila dibandingkan dengan varian VOC 202012/01 (B.1.1.7).
"Karena data-data masih awal maka WHO menyatakan bahwa bukti ilmiah dampak efikasi vaksin pada varian B.1.617.1, B.1.617.2 or B.1.617.3 memang masih amat terbatas. Artinya perlu ditunggu perkembangan hasil penelitian selanjutnya," jelas dia. (Tribun Network/Fauzi Alamsyah/Fansiskus Adhiyuda/Rina Ayu/sam)