Menkes Ungkap Penyebab Adanya Varian Covid-19 Asal India di Kudus
Budi Gunadi Sadikin memaparkan penyebab masuknya varian baru corona B.1617 asal India atau yang saat ini dinamai varian Delta di Kudus, Jawa Tengah.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin memaparkan penyebab masuknya varian baru corona B.1617 asal India atau yang saat ini dinamai varian Delta di Kudus, Jawa Tengah.
"Ini baru keluar hasilnya dua hari yang lalu bahwa memang yang di area Kudus adalah varian baru yang datang dari India," kataBudi dalam kegiatan seminar online, Minggu (13/6/2021).
Menurutnya, masuk varian asal India ini ke Kudus dibawa oleh Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang tiba di Indonesia melalui pelabuhan laut yang sulit terdeteksi petugas.
Baca juga: 28 Kasus Covid-19 Varian Delta India Merebak di Kudus, Ini yang Perlu Diwaspadai Menurut Ahli
Berbeda jika melewati jalur udara atau bandara, setiap kedatangan dari luar negeri akan terdeteksi dan dijaga baik.
"Kita lihat ada kenaikan dan memang sudah terkonfirmasi itu adalah varian baru yang kita amati masuknya banyak dari pekerja migran Indonesia. Biasanya kalau bandara sudah kita jaga dengan baik. Kalau pelabuhan laut kan banyak di Indonesia. Banyak PMI kita yang datang dari India, sehingga masuk varian Delta dari sana," terang mantan wakil menteri BUMN ini.
Ia mengatakan, varian baru ini memiliki sifat penularan yang lebih cepat.
Sehingga banyak tenaga kesehatan yang terpapar, dilaporkan Budi ada sekitar 400 nakes di Kudus yang juga turut positif virus corona.
Sejauh ini ungkap Budi, kasus kenaikan kasus Covid-19 juga terjadi di daerah sekitar Kudus seperti Pati, Rembang, Grobogan.
"Kudus sendiri sudah mulai flattening, tapi kini mulai bergeser ke daerah sekitarnya seperti Pati saya lihat ada kenaikan, di Grobogan saya lihat juga ada kenaikan, dan juga beberapa lokasi-lokasi di luar Jawa Tengah seperti di Madura, Bandung Selatan, dan sekarang juga sudah masuk ke Jakarta," ungkap Budi.
Kata Epidemiolog
Epidemiolog Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman menilai, penemuan varian baru asal India di Kudus sangat serius.
Pasalnya, Dicky menyebut, varian delta tersebut sudah mendekati virus dengan kategori super strain.
Baca juga: Virus Corona Varian Delta Disebut Lebih Menular dan Berbahaya Dibandingkan Alpha
"Ini sangat serius, kategori varian delta ini tampaknya mendekati super strain, karena 3 kriteria secara epidemiologi sudah dipenuhi walaupun belum maksimal di salah satunya," kata Dicky, dikutip dari tayangan Youtube Kompas TV, Minggu (13/6/2021).
Di kriteria pertama, Dicky mengatakan, varian delta lebih cepat menular hingga 80 persen.
Bahkan, varian alpa penularannya sudah lebih menular hingga 50 persen dari virus corona asal Wuhan, China.
"Pertama cepat menular, ada yang menyebutkan lebih cepat menular lebih dari 80 persen."
"Padahal varian alpa sudah 50 persen lebih cepat menular dari pada aslinya," kata Dicky.
Kemudian, di kriteria kedua, Dicky mengatakan varian delta bisa membuat pasien yang terinfeksi lebih parah.
Baca juga: Mengapa WHO Sebut Varian B.1.617.2 Sebagai Delta? Ini Penjelasannya
Akibatnya, pasien yang terinfeksi lebih besar kemungkinannya untuk masuk ke rumah sakit.
Dicky menganalogikan, tingkat pasien masuk ke rumah sakit akibat varian delta lebih besar 2,5 kali lipat daripada varian alpa.
Sementara, tingkat pasien masuk ke rumah sakit akibat varian delta lebih besar hingga 4 kali lipat dari virus corona asal Wuhan.
Terakhir, Dicky membeberkan, varian delta ini bisa mensiasati imunitas dalam tubuh manusia.
Bahkan, bagi mereka yang sudah pernah vaksinasi maupun yang belum pernah terkena Covid-19 sama sekali.
Untuk itu, Dicky mengatakan, pemerintah harus segera meningkatkan antisipasi untuk melawan varian delta ini.
Baca juga: India Kerahkan Tentara untuk Menahan Gelombang Ketiga Pandemi Covid-19
Sebab, menurut Dicky, varian delta ini membutuhkan waktu sekira 5-6 bulan untuk merebak secara luas.
"Artinya kita harus manfaatkan peluang ini untuk antisipasi dan mitigasi."
"Karena updatenya belum ada negara yang berhasil meredam dampak dari varian delta ini," pungkas Dicky.