Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Penelitian RSCM, Anak yang Positif Covid-19 Bisa Bergejala Berat, Angka Kematiannya Capai 40 Persen

Banyak yang menilai bahwa anak-anak yang terinfeksi virus ini hanya akan menunjukkan gejala ringan dibandingkan orang dewasa. Faktanya tidak.

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Anita K Wardhani
zoom-in Penelitian RSCM, Anak yang Positif Covid-19 Bisa Bergejala Berat, Angka Kematiannya Capai 40 Persen
capture Youtube ICTEC RSCM FKUI
Webinar Obrolan Santai untuk Awam - RSCM bertajuk 'Covid-19 Pada Anak', Jumat (18/6/2021). 

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Virus corona (Covid-19) yang melanda dunia lebih dari 1 tahun, tidak hanya menyerang orang dewasa saja, namun juga pada anak-anak dan dapat menyebabkan kematian.

Banyak yang menilai bahwa anak-anak yang terinfeksi virus ini hanya akan menunjukkan gejala ringan dibandingkan orang dewasa.

Apakah itu benar ?

Menurut hasil laporan penelitian publikasi ilmiah 'Angka Kematian Covid Pada Anak' yang ditulis peneliti dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), angka kematian pada anak-anak akibat virus tersebut mencapai 40 persen.

Baca juga: Dokter Lansia RSCM Jalani Vaksinasi Covid-19, Mengaku Tak Rasakan Gejala Apapun Setelah Disuntik

Baca juga: Tren Kasus Covid-19 pada Anak Meningkat, Uji Coba BTM Dihentikan, Kapan Tarik Rem Darurat ?

Penulis utama publikasi ilmiah ini, Dokter Spesialis Anak Prof. Dr. dr. Rismala Dewi, SpA(K), mengatakan bahwa Covid-19 tidak hanya menyerang pasien dewasa, namun juga pasien anak.

Ia menjelaskan bahwa dirinya merupakan Dokter Spesialis Anak yang memang fokusnya pada penanganan pasien anak dengan gejala berat.

Petugas mempersiapkan ruangan rawat inap Pasien Covid-19 di Tower 8 Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Pusat, Selasa (15/6/2021). Tower 8  RSD Wisma Atlet Kemayoran dapat menampung 1.569 pasien Covif-19 dan dapat juga dipakai untuk ruang Isolasi Mandiri pasien tanpa gejala. Hal ini untuk persiapan bila ada meningkatnya pasien Covid 19 usai liburan lebaran (mudik). *Warta Kota/Henry Lopulalan)
Petugas mempersiapkan ruangan rawat inap Pasien Covid-19 di Tower 8 Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Pusat, Selasa (15/6/2021). Tower 8 RSD Wisma Atlet Kemayoran dapat menampung 1.569 pasien Covif-19 dan dapat juga dipakai untuk ruang Isolasi Mandiri pasien tanpa gejala. Hal ini untuk persiapan bila ada meningkatnya pasien Covid 19 usai liburan lebaran (mudik). *Warta Kota/Henry Lopulalan) (Warta Kota/Henry Lopulalan)
BERITA TERKAIT

"Jadi memang pada saat ini kita berfokus pada pasien-pasien anak, karena kebetulan kita juga (Dokter) Spesialis anak ya, dan saya sendiri memang bidangnya di pediatric intensive care, jadi menangani pasien-pasien yang memang datangnya dalam kondisi berat, " ujar Prof Rismala, dalam webinar RSCM, Jumat (18/6/2021).

Melalui pasien anak yang datang dengan gejala berat itu, ia bersama tim penulis publikasi ilmiah ini pun akhirnya memutuskan untuk melakukan penelitian 'mengapa pasien anak bisa meninggal akibat Covid-19?'.

Hal itu karena banyak yang sempat berasumsi bahwa anak-anak hanya akan mengalami gejala ringan Covid-19.

"Nah dengan adanya kondisi-kondisi itu, kita ingin melihat, melakukan suatu telaah atau penelitian 'kenapa pasien-pasien ini, terutama pasien meninggal ya, kenapa kok anak ini bisa meninggal?', padahal dikatakan bahwa anak-anak itu biasanya gejalanya lebih ringan ya," kata Prof Rismala.

Perlu diketahui, penelitian ini dilatarbelakangi kasus Covid-19 dalam skala global yang tidak hanya dialami orang dewasa saja, namun juga anak-anak.

Baca juga: Gejala yang Dialami Jika Terpapar Varian Delta, Pilek, Sakit Kepala dan Tenggorokan, Mirip Flu Berat

Baca juga: Alami Gejala Berbeda, Mona Ratuliu dan Indra Brasco Ceritakan Kronologi Terpapar Covid-19

Prof Rismala menyebut bahwa angka anak-anak yang terinfeksi Covid-19 di dunia cukup variatif, namun sebagian besar berada pada kisaran 1 hingga 5 persen.

"Angkanya bervariasi, Covid-19 pada anak itu angkanya sekitar 1 sampai 5 persen ya. Jadi ada yang 1 persen, ada juga yang 7 persen, tapi rata-rata adalah sekitar 1 sampai 5 persen," jelas Prof Rismala.

Kemudian terkait gejala yang ditemukan pada anak-anak ini, banyak pula yang tidak menunjukkan gejala, namun ada juga yang bergejala ringan maupun berat.

"Jadi Covid dari anak yang (persentasenya) 1 sampai 5 persen itu ada yang tidak bergejala, bergejala ringan dan bergejala berat," papar Prof Rismala.

Secara global, untuk anak yang tidak menunjukkan gejala mencapai angka sekitar 13 persen, ini merupakan angka rata-rata di dunia.

Sedangkan sebagian besar anak menunjukkan gejala ringan yakni 83 persen, kemudian kurang dari 3 persen masuk dalam kategori berat.

"Jadi benar, sebagian besar anak itu gejalanya ringan ya," tutur Prof Rismala.

Lalu dari angka anak yang mengalami gejala berat Covid-19 yakni sebesar 3 persen, angka ini yang kemudian menjadi fokus penelitian.

"Nah dari yang 3 persen, sebenarnya kalau dilihat dari populasinya yang paling kecil ya gejala berat itu 3 persen. Kemudian inilah yang masuk dalam penelitian kita, kita teliti seberapa besar masalahnya pada anak-anak ini," jelas Prof Rismala.

Ia kemudian menjelaskan bahwa hasil penelitian timnya menunjukkan angka kematian pada anak akibat Covid-19 mencapai 40 persen.

Penelitian ini dimulai pada Maret hingga Oktober 2020, di mana periode ini merupakan masa awal Indonesia mengalami pandemi.

Pada periode tersebut ada total 490 anak yang datang ke RSCM dengan menunjukkan kriteria suspect maupun probable.

"Mungkin saja saat itu kita masih terkaget-kaget, 'loh kok bisa pindah dari Wuhan (lokasi awal munculnya virus corona) ke Indonesia?'. Pada masa awal pandemi itu kita lihat pasien-pasien yang datang ke kita, kita lihat datanya selama Maret sampai Oktober, ada 490 anak yang datang ke RSCM dengan kriteria suspect atau probable," kata Prof Rismala.

Saat itu, para dokter termasuk dirinya melihat ada gejala yang ditunjukkan dan mengarah pada Covid-19, sehingga anak itu masuk dalam kategori suspect, begitu pula yang masuk kriteria probable.

"Ya kita curiga anak-anak yang covid ini datang pasti ada kriterianya suspect. dari gejala-gejalanya bahwa ini mengarah ke Covid. Ada juga yang probable, datangnya biasanya dengan gejala-gejala yang lebih berat juga," tegas Prof Rismala.

Selanjutnya, 490 anak itu menjalani Polymerase Chain Reaction (PCR) test untuk mengetahui apakah mereka positif Covid-19 atau tidak.

"Jadi dari 490 anak itu kemudian dilakukan tes PC- untuk mengetahui apakah dugaan kita waktu anak-anak ini masuk ada gejalanya (Covid atau tidak)?," papar Prof Rismala.

Lalu dari seluruh anak yang dilakukan pengujian itu, 50 diantaranya atau 10,2 persen menunjukkan hasil tes positif.

"Nah dari 490 anak yang dilakukan tes PCR, hanya 50 anak atau sekitar 10,2 persennya yang tes PCR-nya positif, jadi yang 440 anak itu tesnya negatif," tutur Prof Rismala.

Dari 50 anak yang menunjukkan hasil tes positif, 20 anak atau sekitar 40 persen diantaranya meninggal.

"Kemudian kita lihat lagi dari 50 anak yang tesnya positif itu, dilihat 20 anak atau 40 persennya meninggal," kata Prof Rismala.

Jika dibandingkan dengan total 490 anak yang datang ke RSCM pada periode tersebut dengan kriteria suspect, angka kematiannya) tergolong kecil.

"Cuma ini dibandingkannya dengan anak yang tesnya positif, kita pakainya yang terkonfirmasi jadi kita pakainya (data) yang terkonfirmasi 50 anak (positif Covid) itu, bukan yang 490 anak dengan suspect, sehingga keluarlah angka 40 persen," pungkas Prof Rismala.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas