Akurasinya Disebut Rendah, Ini Penjelasan Pengembang GeNose
Hakim menyebut GeNose akan memberi tanda pada layar monitor laptop bahwa lingkungan sudah mendukung atau belum.
Penulis: Reza Deni
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Juru Bicara GeNose C19, Mohamad Saifudin Hakim buka suara soal polemik tes GeNose yang didesak untuk disetop penggunaannya sebab disinyalir menjadi salah satu biang dari naiknya kasus Covid-19 di Indonesia.
GeNose juga dituding tak akurat karena mengeluarkan hasil tes palsu.
Hakim menekankan, semua pihak termasuk peneliti dan pengembang, distributor, operator, maupun masyarakat pengguna perlu sama-sama dapat memastikan agar tata cara penggunaan alat GeNose C19 sesuai dengan SOP.
Misalnya, Hakim menyebut salah satu yang perlu diperhatikan adalah lokasi penempatan alat.
Baca juga: Muncul Desakan Tes GeNose Disetop, Adian Napitupulu Sebut Rakyat Kecil Paling Terpukul
GeNose C19, menurutnya harus diletakkan di ruangan yang memiliki saturasi udara satu arah.
"Dia sudah memiliki fitur analisis lingkungan yang otomatis mengevaluasi saturasi partikel di sekelilingnya. Operator hanya perlu melakukan mode flushing untuk memeriksa udara atau lingkungan di sekitar alat selama 30 hingga 60 menit sebelum menjalankan alat," kata Hakim dalam keterangan yang diterima, Sabtu (26/6/2021).
Pada softwarenya, Hakim menyebut GeNose akan memberi tanda pada layar monitor laptop bahwa lingkungan sudah mendukung atau belum.
Tanda warna hijau dan tulisan GO artinya sudah bisa digunakan, sedangkan warna kuning atau merah dengan tanda seru berarti belum OK atau mendukung untuk mengoperasikan GeNose C19.
"Jika memaksa GeNose C19 beroperasi ketika kondisi lingkungannya belum OK, maka hasil tes bisa tidak tepat. Sebagai pengembang GeNose C19, tim peneliti juga telah menyiapkan mekanisme pemantauan penggunaan alat, pemutakhiran perangkat kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI). Secara berkala dan berkelanjutan serta terus disampaikan melalui produsen maupun distributor," kata Hakim.
Saat ini, lanjut Hakim, GeNose C19 tengah menjalani proses validitas eksternal yang melibatkan tiga universitas.
"Hal ini merupakan bagian dari post marketing analysis, yakni ketika GeNose C19 sudah digunakan oleh masyarakat umum. Uji validitas eksternal bertujuan untuk menambah data dan memperkuat kerja AI," tambahnya.
Pakar di tiga universitas, yakni Universitas Andalas, Universitas Indonesia (UI), dan Universitas Airlangga (Unair) menjadi penguji independen alat GeNose C19.
"Ethical clearance sudah keluar untuk UI dan Unair," tutur Hakim.
Persetujuan etik, Hakim melanjutkan, bertujuan untuk memastikan penelitian GeNose C19 bekerja sesuai kaidah ilmiah.