Sebaran 38.325 Kasus Harian Covid-19: Jawa Barat Terbanyak Disusul Jakarta dan Jawa Timur
Terdapat 6.928 kasus di Jabar, melebihi DKI Jakarta yang duduk di peringkat kedua dengan 6.213 kasus.
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indonesia melaporkan penambahan kasus baru positif Covid-19 pada Selasa (20/7/2021) sebanyak 38.325. Total pasien terkonfirmasi saat ini sejumlah 2.950.058.
Adapun Jawa Barat (Jabar) menjadi wilayah dengan kasus tertinggi di Indonesia pada laporan 20 Juli 2021 ini.
Terdapat 6.928 kasus di Jabar, melebihi DKI Jakarta yang duduk di peringkat kedua dengan 6.213 kasus.
Sementara itu Jawa Timur berada di urutan ketiga dengan 5.654 kasus.
Sementara detail perkembangan virus Corona per Selasa (20/7/2021), adalah sebagai berikut:
Kasus positif bertambah 38.325 menjadi 2.950.058
Pasien sembuh bertambah 29.791 menjadi 2.323.666
Pasien meninggal bertambah 1.280 menjadi 76.200
Baca juga: Kasus Harian Covid-19 Naik Lagi Jadi 38.325, Setelah Sempat Turun 4 Hari Berturut-turut
Sedangkan sebaran 38.325 kasus baru Corona di Indonesia per Selasa (20/7/2021), sebagai berikut:
Jawa Barat: 6.928 kasus
DKI Jakarta: 6.213 kasus
Jawa Timur: 5.654 kasus
Jawa Tengah: 3.423 kasus
Banten: 2.865 kasus
DI Yogyakarta: 1.872 kasus
Kalimantan Timur: 1.178 kasus
Sumatera Utara: 903 kasus
Bali: 880 kasus
Riau: 843 kasus
Nusa Tenggara Timur: 731 kasus
Kepulauan Riau: 710 kasus
Sumatera Selatan: 596 kasus
Sumatera Barat: 524 kasus
Kalimantan Selatan: 495 kasus
Sulawesi Selatan: 491 kasus
Lampung: 419 kasus
Kalimantan Barat: 403 kasus
Kalimantan Tengah: 348 kasus
Nusa Tenggara Barat: 337 kasus
Papua Barat: 325 kasus
Sulawesi Utara: 309 kasus
Kalimantan Utara: 286 kasus
Bangka Belitung: 283 kasus
Papua: 260 kasus
Jambi: 222 kasus
Sulawesi Tengah: 215 kasus
Sulawesi Tenggara: 161 kasus
Sulawesi Barat: 132 kasus
Bengkulu: 101 kasus
Maluku Utara: 85 kasus
Maluku: 59 kasus
Aceh: 52 kasus
Gorontalo: 22 kasus
Lonjakan kasus covid di mata Imam Prasodjo
Laju penularan Covid-19 yang meningkat tajam cukup meresahkan. Tidak hanya Indonesia, virus mewabah menjadi masalah seluruh dunia.
Hal ini menjadi kekhawatiran dari Sosiolog Universitas Indonesia (UI) Imam Prasodjo. Menurutnya saat ini Indonesia belum bisa beradaptasi dengan situasi Pandemi Covid-19.
Jika hal ini terus berlangsung, bukan tidak mungkin Indonesia menjadi episentrum dari pandemi Covid-19.
"Ini menjadi pertanyaan besar, kalau kita tidak mampu untuk melakukan adaptasi, maka bisa jadi Indonesia menjadi wilayah episentrum (Covid-19)," kata Imam, dalam webinar Alinea.id , Senin (19/7/2021).
Imam menyebutkan jika masih banyak masyarakat yang tak patuh pada protokol kesehatan. Sebagian masyarakat tidak percaya pada kajian keilmuan atau hal-hal yang bersifat saintifik.
"Bahkan jangan-jangan di dalam negara itu episentrumnya akan mengerucut di wilayah-wilayah tertentu yang disiplinnya itu paling rendah, orangnya paling tidak saintifik, paling tidak percaya pada kajian-kajian ilmiah, kajian-kajian keilmuan," kata Imam lagi.
Baca juga: Studi Terbaru: Jumlah Kematian di India selama Pandemi Covid-19 Bisa Lebih dari 4 Juta
Baca juga: China Laporkan Lonjakan Kasus Baru Covid-19 di Yunnan Perbatasannya dengan Myanmar
Tidak hanya itu, kondisi ini, kata Imam ditambah dengan masyarakat yang tidak menjalankan protokol kesehatan dan enggan lakukan vaksinasi.
Situasi diperburuk dengan Indonesia yang belum terbebas dengan masalah kemiskinan, stunting, daya tahan tubuh yang rendah.
Baca juga: Relawan Jemput Mayat dari Rumah ke Rumah, Myanmar Diprediksi Jadi Negara Penyebar Tercepat Covid-19
Selain itu, banyak pekerjaan rumah yang mesti dilakukan Indonesia. Misalnya seperti penyediaan vaksin. Negara saat ini belum bisa menyediakan vaksin secara mandiri. Pengadaan vaksinasi masih bergantung pada negara lain.
Ia pun merincikan beberapa negara yang sempat menghadapi lonjakan kasus infeksi namun diprediksi dapat ditangani. Misalnya Amerika, Eropa dan India.
"Ada kemungkinan Amerika bertahan. Eropa juga seperti itu. Di Asia, memadai tiga negara. India kemudian bisa mengontrol. Apa lagi India bisa memproduksi vaksin sendiri. Indonesia prilaku paling parah, vaksin masih tergantjng dan ketahanan tubuh relatif rendah," pungkasnya.