Apa Itu Varian Lambda? Benarkah Lebih Menular dari Varian Delta dan Kebal terhadap Vaksin Sinovac?
Inilah penjelasan mengenai varian virus corona (Covid-19) Lambda yang pertama kali terdeteksi di Peru. Benarkah lebih menular dari varian Delta?
Penulis: Rica Agustina
Editor: Arif Fajar Nasucha
"Tetapi kami terus memproses sampel, dan pada bulan Maret, sudah ada di 50 persen sampel di Lima. Pada April, itu ada di 80 persen sampel di Peru," kata Tsukayama.
Baca juga: Bukan Hanya Delta, Virus Varian Lokal Pernah Dominasi Kasus Covid-19 di Indonesia
Lonjakan dari satu menjadi 50 persen itu merupakan indikator awal dari varian yang lebih menular, tambahnya.
Menurut Tsukayama, strain Lambda pada awalnya tidak menimbulkan kekhawatiran karena strain baru biasa ditemukan di tempat-tempat dengan tingkat infeksi yang tinggi.
Amerika Latin dan Karibia, sementara rumah bagi delapan persen populasi global, menyumbang 20 persen dari kasus Covid-19 dunia, menurut laporan 24 Juni 2021 oleh Layanan Penelitian Kongres yang berbasis di Amerika Serikat.
"Tetapi sekitar Mei, Chili dan Peru meminta WHO untuk mempertimbangkan varian dan menambahkannya ke daftar varian yang diminati. Pertengahan Juni lalu, WHO menerima dan melabelinya sebagai Lambda," jelas Tsukayama.
Di mana varian Lambda menyebar?
Menurut data dari Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID), sebuah platform di mana negara-negara mengunggah urutan virus Covid-19 mereka.
Berdasarkan data itu, varian Lambda telah ada di 28 negara.
Negara-negara tersebut di antaranya, Brasil, Spanyol, Belanda, Aruba, Belgia, Prancis, Portugal, dan Amerika Serikat.
Apa karakteristik varian Lambda?
Penelitian terbaru tentang varian Lambda telah mencatat beberapa mutasi pada protein lonjakannya, bagian dari virus yang melakukan kontak dengan sel manusia, mengikatnya, dan kemudian menginfeksinya.
Baca juga: Hasil Penelitian di AS: Vaksin Johnson & Johnson Kurang Efektif Melawan Varian Delta dan Lambda
"Mutasi yang diamati pada protein lonjakan mungkin menjadi alasan untuk peningkatan penularannya, dan itu bisa memberikan pengurangan perlindungan oleh vaksin saat ini," menurut sebuah penelitian yang dirilis pada bulan Juli oleh tim dari Sekolah Kedokteran Grossman Universitas New York dan dirilis di situs web medis bioRxiv sebelum peer review.
Menurut ahli virus Ricardo Soto-Rifo dari Institut Ilmu Biomedis Universitas Chili, salah satu mutasi berlabel L452Q mirip dengan mutasi yang juga ditunjukkan pada varian Delta yang diyakini berkontribusi pada tingkat infeksi yang tinggi dari jenis itu.
Namun Soto-Rifo mengingatkan bahwa efek mutasi yang sebenarnya masih belum jelas.