Tak Usah Panik, Orangtua Perlu Kenali Gejala dan Penanganan yang Tepat Anak Terpapar Covid-19
Anak yang terpapar covid, ditandai gejala banyak tidur dan nafas cepat, terdapat cekungan di dinding dada dan demam lebih dari 7 hari
Editor: Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Jumlah pasien Covid-19 pada anak terus mengalami peningkatan dalam pada beberapa minggu terakhir.
Oleh karena itu, penting bagi orangtua untuk mengetahui gejalanya agar dapat segera mencari bantuan medis.
"Mengenali gejala dan penanganan secara tepat akan lebih baik tanpa perlu diliputi rasa panik dan khawatir," kata dr Agustina DPPS SpA dari Siloam Hospitals Palangka Raya melalui edukasi webinar
Anak yang terpapar covid, ditandai gejala banyak tidur dan nafas cepat, terdapat cekungan di dinding dada, saturasi oksigen < 95%, demam lebih dari 7 hari, kejang, sulit makan dan minum dan demam, sakit kepala, gejala saluran nafas seperti batuk, kehilangan rasa atau bau.
Juga sesak nafas, sakit tenggorokan, hidung tersumbat disertai pilek, nyeri otot, bisa juga berupa gejala saluran cerna seperti mual atau muntah, diare, sakit perut, nafsu makan buruk, terutama pada bayi dibawah 1 tahun.
Baca juga: Epidemiolog Beberkan Alasan Indonesia Disebut jadi Negara Terburuk di Dunia dalam Menangani Covid-19
"BIla mengalami penurunan kesadaran, maka segera bawa anak ke rumah sakit," tutur dokter Agustina dalam Zoom Webinar bertajuk "Apakah Anak Saya Terinfeksi Covid-19? Ketahui Gejala dan Penanganannya" di Palangkaraya.
Agustina mengakui rasa khawatir orangtua merupakan hal normal apalagi pada anak usia balita, mereka masih belum bisa mengkomunikasikan apa saja yang mereka rasakan.
"Karenanya, segera mengenali gejala yang timbul sejak awal seperti yang saya sampaikan tadi, merupakan hal tepat sebelum memberikan pertolongan lanjutan," katanya.
Resiko tinggi anak terpapar Covid-19 terutama tertular dari orangtuanya yang pulang bekerja, tertular dari klaster keluarga, terbatasnya akses deteksi dini, dan anak bermain tanpa protol kesehatan.
"Untuk itu bagi orangtua sebaiknya hindarilah membawa anak keluar rumah, kecuali darurat", tutur dokter Agustina mengingatkan.
Isolasi Mandiri
Bagi orangtua dapat menerapkan isolasi mandiri pada anak, dengan syarat yang perlu diperhatikan seperti, tidak bergejala/Asimtomatik, gejala ringan (batuk, pilek, demam, diare, muntah, ruam-ruam), anak masih aktif.
Bisa makan dan minum, menerapkan etika batuk, memantau gejala/keluhan, pemeriksaan suhu tubuh 2 kali sehari saat pagi dan malam, dan lingkungan rumah/kamar memiliki ventilasi yang baik.
Baca juga: Stafsus Mensesneg Faldo Maldini Tegaskan Tak Ada Negara yang Bebas dari Pandemi Covid-19 Sendirian
"Namun perlu diperhatikan dalam penerapan isoman bahwa orangtua dapat tetap mengasuh anak yang positif, disarankan yang berisiko rendah.
"Jika ada orangtua atau anggota keluarga yang positif, maka dapat di isolasi bersama disarankan berikan jarak tidur 2 meter dengan kasur terpisah.
Tetap berikan dukungan psikologis pada anak," imbuh dokter Agustina.
Selama kegiatan isolasi mandiri, protokol kesehatan tetap dilakukan, yaitu gunakan masker, jaga jarak, cuci tangan, menerapkan etika batuk, periksa suhu tubuh pada pagi dan malam hari, periksa saturasi oksigen dan frekuensi nadi, pantau laju napas, tetap berikan ASI pada bayi, dan berikan makanan bergizi pada anak.
Siapkan juga beberapa alat dirumah seperti termometer dan oxymeter, obat demam seperti paracetamol, suplemen yang dianjurkan berupa vitamin C, vitamin D3 dan Zinc.
Setelah selesai isolasi, umumnya gejala akan hilang dalam 14 hari. Namun dianjurkan melakukan pemeriksaan swab ulang 10-14 hari setelah swab pertama positif.
Bila tidak bisa melakukan pemeriksaan swab, maka disarankan isolasi selama 10 hari + 3 hari setelah bebas gejala. Pada penderita dengan gejala berat atau pasien kronik, umumnya masa menular lebih panjang, sehingga dokter yang akan menentukan kapan selesai isolasi.
Vaksin pada Anak
Vaksinasi masih menjadi salah satu upaya pencegahan yang dapat dilakukan oleh para orangtua untuk menghindari paparan Covid-19 pada anak.
Uji klinis Covid-19 masih dibatasi umur 18-59 tahun, yang merupakan kelompok usia terbanyak yang terpapar Covid-19.
Pengembangan vaksin untuk anak-anak masih direncanakan, rekomendasi terbaru untuk vaksin COVID-19 saat ini bisa diberikan pada anak mulai usia 12-18 tahun.
"Jadi bagi orangtua agar anak aman dari Covid-19 maka perlu mengenali gejala pada anak, segera bawa ke faskes untuk mendapatkan diagnosa dan perawatan yang tepat, jangan membawa bayi dan anak keluar rumah.
Serta berikan asupan gizi yang seimbang untuk mendukung daya tahan tubuh si kecil," kata Agustina.
Berdasarkan data dari IDAI 1 dari 8 kasus Covid-19 adalah anak-anak dengan 3-5% diantaranya meninggal dunia dan 50%nya kasus meninggal adalah balita.
Adapun Data yang didapat dari Kemenkes dan WHO, pada 20 Juni 2021 yang terkonfirmasi positif sebanyak 12,5% dari kasus positif nasional, dengan 1,8% meninggal dari total kematian Nasional.
WHO menyebutkan secara global terkonfirmasi positif 13,3% dari kasus positif global dengan 0,3% meninggal dari total kematian global.