Akademisi: Negara-negara ASEAN Bisa Saja Lakukan Lockdown Bersama Tangani Covid-19 di Kawasan
Ia mengatakan ASEAN bisa saja melakukan lockdown bersama selama sebulan atau dua bulan untuk memutus rantai penyebaran Covid-19.
Penulis: Larasati Dyah Utami
Editor: Malvyandie Haryadi
![Akademisi: Negara-negara ASEAN Bisa Saja Lakukan Lockdown Bersama Tangani Covid-19 di Kawasan](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/lockdown-hanoi.jpg)
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Guru Besar Ilmu Sejarah Universitas Diponegoro (Undip) Prof.Singgih Trisulistyono mengatakan ASEAN bisa saja melakukan lockdown bersama selama sebulan atau dua bulan untuk memutus rantai penyebaran Covid-19.
Hal itu menurutnya dapat dilakukan jika negara-negara anggota ASEAN mau, kompak dan berkoordinasi karena pentingnya dan strategisnya koordinasi ASEAN di Kawasan.
Singgih yang juga Ketua DPP LDII itu mengatakan imbas tak adanya koordinasi tersebut, Indonesia menjadi episentrum wabah Covid-19 dan kerap dicurigai.
“Karena tak ada koordinasi, warga negara Indonesia sering dicurigai, karena tidak ada kepemimpinan yang kuat di ASEAN. Negara-negara kawasan ini lebih mementingkan diri sendiri,” ujar Singgih.
Baca juga: Hari ASEAN, Ketua LDII Sebut Nasionalisme Abad 20 Masih Relevan hingga Saat Ini
Pendek kata, menurutnya kekompakan dan koordinasi sangat penting di kawasan Asia Tenggara, sehingga bisa menjadi benteng tangguh dari penyebaran Covid-19.
Dalam satu dekade terakhir, ASEAN menghadapi imbas dari krisis ekonomi di AS.
Lalu, Covid-19 dan perang dagang antara AS dan China, mengakibatkan ekonomi di kawasan Asia Tenggara melamban.
Masalah internal akibat krisis kesehatan dan ekonomi memaksa para pemimpin di kawasan Asia Tenggara fokus pada kinerja ekonomi domestic.
“Inilah yang terkesan membuat kerja sama ASEAN memudar,” papar Singgih.
Baca juga: Ketua DPR RI Ajak ASEAN Bersatu Hadapi Covid-19
Dengan alasan perbaikan kinerja, justru menyebabkan sesama anggota ASEAN bersaing dan berebut investasi asing yang keluar dari China akibat imbas perang dagang.
“Bahkan Indonesia merasa kalah saingan dengan Vietnam, yang menerima paling banyak investasi asing limpahan dari perusahaan yang keluar dari Jepang dan China," ujar Singgih.
Akibat urusan dalam negeri itulah, tidak memunculkan kepemimpinan yang kuat untuk melindungi kepentingan geopolitik dan ekonomi di kawasan Asia Tenggara.
Karena menurutnya para pemimpin ASEAN lebih fokus kepada negaranya masing-masing oleh krisis yang mengakibatkan kekhawatiran secara psikologis di Asia Tenggara.
Tentu dalam kondisi tersebut, Singgih meragukan munculnya pemimpin-pemimpin Asia Tenggara sebagaimana pada awal terbentuknya ASEAN.
Baca juga: 20 Link Twibbon Ucapan Selamat Hari Ulang Tahun ASEAN 8 Agustus 2021, Ini Cara Membuatnya
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.