Perbandingan Tingkat Efektivitas Vaksin Covid-19 Johnson & Johnson, Moderna, dan Pfizer-BioNTech
Berikut ini penjelasan singkat dan perbandingan tingkat efektivitas vaksin Johnson & Johnson, Moderna, dan Pfizer-BioNTech.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Whiesa Daniswara
TRIBUNNEWS.COM - WHO menyatakan vaksin Covid-19 Janssen Ad26.COV2.S (Johnson & Johnson) memiliki kemanjuran dengan satu suntikan dosis.
Menurut WHO dalam laman resminya, who.int, penggunaan vaksin Covid-19 Johnson & Johnson direkomendasikan sebanyak satu dosis (0,5 ml) yang diberikan melalui suntikan.
Kelompok Penasehat Strategis Ahli Imunisasi WHO (SAGE) menerangkan proses inokulas Johnson & Johnson berlangsung selama 28 hari.
Kemudian, mereka menemukan kemanjuran 85,4% terhadap penyakit parah dan 93,1% terhadap penyakit pasien Covid-19 dengan rawat inap.
Baca juga: Ilmuwan Internasional: Booster Vaksin Covid-19 Tidak Dibutuhkan Masyarakat Luas
Mereka menemukan dosis tunggal vaksin Janssen Ad26.COV2.S (Johnson & Johnson) memiliki kemanjuran 66,9% terhadap infeksi SARS-CoV-2 gejala sedang dan berat.
Semua data infeksi Covid-19 telah diteliti oleh SAGE.
Dalam uji klinis tersebut melilbatkan berbagai varian virus SARS-CoV-2.
Varian Covid-19 tersebut adalah Betha dan Alpha.
Saat ini, SAGE merekomendasikan penggunaan vaksin Johnson & Johnson berdasarkan update informasi terbaru, yang diumumkan sejak 25 Juni 2021 tentang status aman dan efektif bagi penggunaan vaksin Johnson & Johnson.
Kemudian, disusul dengan pernyataan yang sama dari Komite Global WHO tentang keamanan penggunaan vaksin Johnson & Johnson pada 19 Mei 2021.
Baca juga: Mengenal Vaksin Johnson & Johnson, Dosis hingga Gejala yang Ditimbulkan
Perbandingan Vaksin Johnson & Johnson, Moderna, dan Pfizer-BioNTech:
Dikutip dari laman resmi kesehatan Yale, yalemedicine.org, ada beberapa perbedaan antara vaksin Johnson & Johnson dengan vaksin lain.
Berikut perbandingan vaksin lain dengan Johnson & Johnson:
1. Vaksin Johnson & Johnson
Lembaga Administrasi Makanan dan Obat Amerika Serikat (FDA) mengumumkan keefektifan penggunaan vaksin Johnson & Johnson sejak Februari 2021.
Tidak seperti vaksin Pfizer dan Moderna, ini adalah vaksin pembawa, atau vektor virus.
Vaksin Johnson & Johnson adalah vaksin yang berasal dari vektor virus.
Sehingga, dapat disimpan dalam lemari es dengan suhu normal.
Vaksin Johnson & Johnson hanya perlu disuntikkan sebanyak satu dosis.
Baca juga: Tiba di Indonesia, Kenali Efek Samping Vaksin Sekali Suntik Johnson and Johnson
Berikut rincian informasi tentang vaksin Johnson & Johnson:
Status:
Penggunaan darurat di AS dan negara lain, termasuk di Uni Eropa (dengan nama Janssen).
Rekomendasi usia:
Dewasa 18 tahun ke atas.
Jumlah dosis:
Satu suntikan, vaksin akan efektif setelah dua minggu pasca vaksinasi pertama.
Efek samping:
Lelah, demam, sakit kepala, nyeri di tempat suntikan, atau mialgia (nyeri pada otot atau sekelompok otot). Semua efek samping tersebut akan hilang setelah dua hari. Vaksin ini juga tidak menimbulkan reaksi alergi.
"Efek samping tersebut lebih ringan dibandingkan dengan vaksin Pfizer dan Moderna," kata pihak FDA yang dirilis pada akhir Februari.
Peringatan Efek Samping Langka:
FDA mengumumkan dua peringatan pada penggunaan vaksin ini.
Ada laporan kasus langka dari gangguan neurologis sindrom Guillain-Barré pada Juli 2021 yang terjadi pada sebagian kecil penerima vaksin Johnson & Johnson.
Gangguan tersebut terjadi setelah 42 hari pasca vaksinasi.
Tingkat Efektivitas:
Tingkat kemanjuran 72% secara keseluruhan, dan tingkat kemanjuran terhadap penyakit parah 86%.
Vaksin ini mengalami peningkatan kemanjuran sebanyak 9% pada Agustus 2021 setelah suntikan booster pasca enam bulan mendapatkan suntikan pertama.
Namun, peningkatan 9% tersebut belum ditinjau kembali atau dipublikasikan dalam jurnal ilmiah.
Johnson & Johnson juga disebutkan menurunkan sedikit potensi terhadap penularan varian Delta.
Pada studi pertama, vaksin ini dinyatakan memiliki tingkat kemanjuran 71% terhadap pasien Covid-19 rawat inap dan hingga 95% efektif terhadap potensi kematian.
Baca juga: Moderna Kembangkan Vaksin Gabungan Influenza dan Booster Covid-19
2. Vaksin Moderna
Vaksin Moderna mulai digunakan di AS sejak Desember 2020.
Vaksin ini memilik tingkat kemanjuran yang sama tinggi dengan Pfizer dalam mencegah penyakit simtomatik.
Moderna membutuhkan suhu yang lebih dingin dibandingkan Johnson & Johnson.
Pemerintah AS menggunakan vaksin ini sebagai vaksin booster untuk orang yang memiliki tingkat kekebalan tubuh rentan, seperti penerima transpantasi organ, memilk infeksi, dan penyakit lainnya.
Berikut rincian informasi tentang vaksin Moderna:
Status:
Vaksin telah digunkan di beberapa negara seperti AS dan Uni Eropa.
Rekomendasi usia:
- Dewasa 18 tahun ke atas.
- Anak-anak berusia 12 tahun.
Jumlah dosis:
Dua suntikan, dengan jarak 28 hari. Vaksin ini akan efektif setelah dua minggu pasca vaksinasi kedua.
Efek samping:
Kedinginan, sakit kepala, nyeri, kelelahan, dan/atau kemerahan dan pembengkakan di tempat suntikan.
Efek samping tersebut akan hilang dalam satu atau dua hari.
Peringatan Efek Samping Sangka:
Pada sebagian kecil kasus langka, penggunaan vaksin Moderna membutuhkan waktu selama 15 menit setelah mendapat suntikan vaksin ini bagi orang yang sehat, dan selama 30 menit bagi mereka yang memiliki riwayat alergi parah.
Selain itu, ada pula kasus peradangan pada penderita penyakit jantung.
Hal ini disebabkan oleh peradangan otot jantung pada dosis kedua dan akan membaik seiring berjalannya waktu.
Tingkat Efektivitas:
Vaksin ini memiliki tingkat kemanjuran lebih dari 90% dan lebih dari 95% terhadap kasus infeksi Covid-19 yang parah.
Tingkat efektivitas tersebut terjadi setelah 6 bulan pasca vaksinasi pertama.
Moderna juga memiliki tingkat kemanjuran 94,1% dalam mencegah infeksi simtomatik pada orang yang belum pernah terinfeksi Covid-19.
Sementara itu, untuk orang usia 65 tahun ke atas mendapat tingat kemanjuran 86,4%.
Vaksin Moderna juga dilaporkan memiliki tingkat efektivitas 90% (setelah 14 hari sejak vaksinasi) pada vaksinasi pertama pada tenaga kesehatan AS pada akhir Maret 2021.
Di negara bagian New York, tingkat efektivitas vaksin turun dari 91,7% menjadi 79,8% terhadap infeksi.
Hal itu mendorong pemerintah AS memberikan suntikan booster.
Beberapa penelitian membuktikan vaksin ini dapat melindungi pengguna dari varian Alfa, Beta, Eta, dan Kappa.
Saat ini masih dilakukan penelitian lebih lanjut tentang tingkat kemanjuran Moderna terhadap Delta.
Baca juga: Menkes: Tahun Depan Beli Vaksin Booster Covid-19 di Apotek Layaknya Beli Obat
3. Vaksin Pfizer-BioNTech
Pfizer-BioNTech adalah vaksin pertama yang diizinkan oleh FDA untuk digunakan di AS.
Otoritas Darurat AS (EUA) melaporkan data hasil uji klinis awal dari pasien positif yang menunjukkan vaksin Pfizer-BioNTech sangat efektif dalam mencegah penyakit simtomatik.
Vaksin ini sama dengan Moderna, yaitu membutuhkan tempat penyimpanan yang dingin seperti freezer.
Sehingga, proses pendistribusian vaksin ini lebih sulit.
FDA mengesahkan penggunaan Pfizer-BioNTech sebagai vaksin booster pada Agustus 2021.
Berikut rincian informasi tentang vaksin Pfizer-BioNTech:
Status:
Disetujui untuk orang dewasa berusia 16 tahun ke atas di AS, dengan EUA untuk usia 12-15 tahun, dan untuk kelompok usia tertentu di negara lain, termasuk di Uni Eropa (dengan nama Comirnaty).
Rekomendasi usia:
- Dewasa 18 tahun ke atas.
- Anak-anak usia 12 tahun ke atas.
Jumlah dosis:
Dua suntikan, dengan jarak 21 hari.
Vaksin ini akan efektif setelah dua minggu pasca vaksinasi kedua.
Efek samping:
Menggigil, sakit kepala, nyeri, kelelahan, muncul kemerahan dan bengkak di tempat suntikan.
Semua efek samping itu dapat hilang dalam satu atau dua hari.
Penerima vaksin Pfizer-BioNTech dengan efek samping bengkak di area suntikan, wajib istirahat, minum air putih yang banyak, dan mengonsumsi obat-obatan seperti asetaminofen.
Jika gejala tersebut tidak sembuh dalam 72 jam, serta timbul gejala pernapasan, seperti batuk atau sesak napas, segera hubungi dokter.
Peringatan Efek Samping Langka:
Pada sebagian kasus kecil, vaksin ini dapat memicu anafilaksis, yaitu reaksi parah yang dapat diobati dengan epinefrin.
Hal tersebut menjadi dasar dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) untuk mewajibkan penerima vaksin tidak meninggalkan tempat vaksin selama 15 menit setelah vaksinasi.
Sementara untuk orang yang memiliki riwayat penyakit alergi yang parah harus menunggu selama 30 menit.
Tingkat Efektivitas:
Vaksin Pfizer tingkat kemanjuran lebih dari 95% efektif melawan penyakit parah atau potensi kematian dari infeksi varian Alpha dan varian Beta.
Sebuah penelitian di India menemukan tingkat kemanjuran 88% terhadap penyakit simtomatik.
Sementara itu, hasil penelitian di Israel menemukan tingkat kemanjuran 90% terhadap penyakit parah, dan 39% terhadap infeksi ringan.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)