Vaksin Zifivax Dapat Izin BPOM, Berikut Ini Efek Samping, Respons Antibodi, dan Efikasi Vaksin
Berikut ini penjelasan tentang vaksin Zifivax yang dapat izin dari BPOM, serta efek samping, persentase respons antibodi, dan efikasi vaksin.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Pravitri Retno W
Respon tersebut menunjukkan 83,22 persen dengan pengukuran antibodi menggunakan seroconversion rate dan sebanyak 102,5 dengan menggunakan Geometric Mean Titer (GMT).
Sedangkan pengukuran menggunakan Receptor-Binding Domain (RBD) binding protein antibody dengan seroconversion rate dan GMT adalah 99,31 persen dan 1782,26.
Baca juga: Malaysia Izinkan Penggunaan Vaksin Covid-19 Pfizer-BioNTech untuk Booster
Efikasi Vaksin Zifivax
Data interim uji klinik fase 3 menunjukkan efikasi yang baik dari vaksin Zifivax.
Vaksin ini cukup baik untuk melawan Virus SARS CoV-2 varian Alfa (92,93 persen), Gamma (100 persen), Delta (77,47 persen), dan Kappa (90,0 persen).
Efikasi vaksin Zifivax menunjukkan angka 81,71 persen, setelah tujuh hari setelah mendapatkan vaksinasi lengkap.
Kemudian, baru mencapai 81,4 persen setelah 14 hari mendapatkan vaksinasi lengkap.
Jika dianalisis berdasarkan usia, vaksin Zifivax menunjukkan angka 81,51 persen pada populasi dewasa usia 18-59 tahun.
Efikasi sebesar 87,58 persen pada populasi lansia usia lebih dari 60 tahun.
Sementara untuk populasi Indonesia secara keseluruhan, efikasinya adalah 79,88 persen.
Baca juga: Kemenkes Jelaskan Alasan Vaksin Booster Belum Bisa Diberikan ke Masyarakat Umum
“Penilaian terhadap mutu vaksin Zifivax telah dilakukan melalui evaluasi mutu vaksin dan penilaian pemenuhan aspek Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) terhadap fasilitas produksi di negara asal melalui desktop inspection. Hasil evaluasi terhadap data mutu vaksin Zifivax telah memenuhi standar dan persyaratan mutu vaksin,” jelas Penny.
Vaksin Zifivax belum diindikasikan untuk penggunaan sebagai vaksin booster.
Jika suatu jenis vaksin kemungkinan akan digunakan sebagai booster, maka harus melalui uji klinik terlebih dahulu setelah diketahui data respons imun persisten dari uji klinik primer.
Kemudian, penggunaan vaksin booster baru dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan BPOM.