Apa Itu Varian Baru Covid-19 AY.4.2 yang Menyebar di Inggris? Berikut yang Diketahui Sejauh Ini
Subvarian Covid-19 varian Delta, AY.4.2 hingga kini telah terdeteksi di belasan negara, namun sebagian besar penyebarannya terjadi di Inggris.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Arif Fajar Nasucha
TRIBUNNEWS.COM - Subvarian Covid-19 varian Delta, AY.4.2 hingga kini telah terdeteksi di sejumlah negara, namun sebagian besar penyebarannya terjadi di Inggris.
Dalam pertemuan pada minggu ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan peningkatan kasus varian AY.4.2 telah diamati sejak Juli ini.
Dikatakan, 93% kasus Covid-19 varian AY.4.2 terjadi di Inggris.
Baca juga: Ancaman Varian Baru Covid-19 AY.4.2, Pemerintah Waspadai Pelaku Perjalanan dari Jepang dan Korea
Baca juga: Pria di AS Kembali ke RS setelah Sembuh dari Covid-19, Minta Maaf kepada Dokter karena Belum Vaksin
WHO mengatakan, saat ini pihaknya tengah melakukan studi epidemiologis dan laboratorium untuk menilai cara penularan dan adanya risiko penurunan antibodi.
Sebelumnya, Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA) telah melabeli AY.4.2 sebagai "variant under investigation" atau varian Covid-19 yang sedang diselidiki.
Meski sudah menyebar luas di Inggris, pihak berwenang belum melabelinya sebagai "variant of concern" atau varian yang menjadi perhatian.
Lantas apa itu varian AY.4.2?
AY.4.2 adalah subvarian dari varian Delta yang sangat menular.
Diwartakan Al Jazeera, varian baru ini telah terdeteksi di setidaknya 42 negara menurut WHO, termasuk Inggris, India, Amerika Serikat, dan Rusia.
Subvarian, yang juga diberi label sebagai "Delta Plus" berisi perubahan yang dapat memberikan keunggulan kelangsungan hidup virus dibandingkan varian lainnya.
Sebelumnya, lonjakan kasus Covid-19 di dunia kerap dipicu dengan munculnya varian baru.
Varian Alpha menyebar luas setelah ditemukan di Inggris pada akhir 2020.
Lalu muncul varian Delta yang mendominasi kasus Covid-19 di seluruh dunia hingga saat ini, sejak terdeteksi di India pada akhir 2020.
Kendati demikian, para ahli mengatakan bahwa AY.4.2 belum menjadi varian yang dominan di negara-negara yang terinfeksi.
"Saat ini, strain telah ditemukan di beberapa negara lain, tetapi tidak menjadi dominan," Dr Roselyn Lemus-Martin, ahli biologi molekuler dan sel dari Universitas Oxford.
"Mungkin kita melihat situasi yang mirip dengan varian Lambda, pada awalnya, orang-orang khawatir tetapi akhirnya kehadirannya berkurang di tempat-tempat seperti AS atau Inggris," tambahnya.
Ahli epidemiologi WHO, Maria Van Kerkhove pada awal Oktober ini mengatakan varian Delta sejauh ini masih yang paling mendominasi secara global.
"Delta dominan, tetapi Delta berkembang," katanya, menambahkan bahwa semakin banyak virus beredar, semakin besar peluangnya untuk bermutasi.
Apakah AY.4.2 lebih menular dari varian Delta?
Dr Patrick Tang, Kepala Divisi Ilmu Patologi di Sidra Medicine di Qatar menyebut belum jelas apakah AY.4.2 lebih menular atau dapat mengurangi antibodi dari vaksin.
Ahli memperingatkan bahwa penyebaran varian baru Covid-19 dipicu sejumlah faktor, salah satunya kebijakan protokol kesehatan dari pemerintah dan kepatuhan dalam menjalankannya.
Lemus-Martin mengatakan, penyebaran AY.4.2 belum jelas penyebabnya apakah terkait hal biologis atau kondisi epidemiologis di Inggris.
"Di Inggris, langkah-langkah melawan Covid-19 saat ini sangat longgar, praktis mereka tidak mengikutinya lagi, dan kami tidak tahu apakah itu mungkin menjadi alasan penyebarannya," tambahnya.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)