Obat Covid-19 Molnupiravir Direncanakan Tiba Desember Ini, Menkes: Harga Di Bawah Rp 1 Juta
Menteri Kesehatan RI (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan harga obat Covid-19 Molnupiravir di bawah Rp 1 juta.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Adi Suhendi
Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Kesehatan RI (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan harga obat Covid-19 Molnupiravir di bawah Rp 1 juta.
Nantinya, obat Covid-19 pertama ini akan tiba di Indonesia pada Desember 2021.
"Antara 40 sampai 50 US dolar jadi nggak terlalu mahal di bawah satu juta," ungkap Menkes dalam Rapat Kerja bersama Komisi IX DPR RI, Senin (8/11/2021).
Ia mengatakan obat ini diperuntukan bagi pasien dengan gejala ringan sampai sedang.
Setiap pasien akan diberikan Molnuvirapir selama 5 hari, dalam satu haru diminum 8 tablet sehingga satu pasien bergejala Covid-19 ringan sampai sedang membutuhkan 40 tablet.
"Hasil uji klinis di luar negeri, pasien yang diberikan obat ini 50 persen bisa tidak masuk ke rumah sakit," ungkapnya.
Baca juga: Ingin Kurangi Impor Obat Covid Molnupiravir, Luhut: Kita Upayakan Bangun Pabriknya di Dalam Negeri
Mantan Dirut Bank Mandiri ini mengatakan, kesepakatan pemerintah dengan produsen Molnupiravir Merck and Co telah mencapai tahap akhir.
Indonesia direncanakan akan menerima obat tersebut pada akhir tahun ini.
Budi menyebut, sekitar 600-1 juta tablet molnupiravir akan tiba di tanah air sebagai antisipasi gelombang ketiga Covid-19.
Baca juga: Menkes Sebut Vaksin Covid-19 untuk Anak Usia 6-11 Tahun Butuh 58,7 Juta Dosis
"Lebih 600 sampai 1 juta tablet sementara kita beli dan tiba pada bulan Desember. Jadi mempersiapkan diri mudah-mudahan tidak terjadi tapi kalau terjadi sengaja kita punya stok obatnya dulu tapi jangka menengah," kata Menkes Budi.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny K Lukito menyebut izin penggunaan obat molnupiravir sedang berproses.
"Akan berproses di Indonesia. Ke depan ada kesempatan untuk kita melakukan produksi sendiri," katanya.
Inggris Jadi Negara Pertama