Apa Itu Nocebo? Efek Samping Vaksin Covid-19 yang Dipicu Pikiran
Mayoritas efek samping vaksin Covid-19 bukan muncul dari kandungan vaksin, melainkan karena dipicu pikiran. Benarkan efek nocebo? Ini penjelasannya.
Penulis: Yurika Nendri Novianingsih
Editor: Wahyu Gilang Putranto
Dalam setiap percobaan, mereka yang berada di kelompok plasebo diberi suntikan larutan garam tidak aktif, bukan vaksin.
Studi ini tidak melihat efek samping yang parah dan langka seperti pembekuan darah atau peradangan jantung.
Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan Rabu (19/1/2022) di JAMA Network Open, para peneliti menggambarkan bagaimana setelah vaksinasi pertama.
Lebih dari 35 persen dari mereka yang berada dalam kelompok plasebo mengalami apa yang disebut efek samping “sistemik”, seperti sakit kepala dan kelelahan.
Dengan 16 persen melaporkan merasakan nyeri di lokasi yang spesifik.
Gejala yang dirasakan termasuk nyeri lengan, kemerahan atau bengkak di tempat suntikan.
Mereka yang menerima suntikan pertama vaksin lebih mungkin mengalami efek samping.
Sekitar 46 persen melaporkan gejala sistemik dan dua pertiga mengalami nyeri lengan atau gejala lokal lainnya di tempat suntikan.
Ketika para peneliti melihat efek samping setelah suntikan kedua, mereka menemukan tingkat sakit kepala atau gejala sistemik lainnya hampir dua kali lebih tinggi pada kelompok vaksin dibandingkan dengan kelompok plasebo, masing-masing sebesar 61 persen dan 32 persen.
Baca juga: Update Covid-19 Global 21 Januari 2022: Kasus Aktif Sampai Hari Ini 61.275.419
Baca juga: Tak Perlu Khwatirkan Muncul Varian Covid-19 yang Baru Setelah Omicron
Perbedaannya bahkan lebih besar untuk penyakit lokal, mencapai 73 persen di antara mereka yang memiliki vaksin dan 12 persen pada kelompok plasebo.
Secara keseluruhan, para peneliti menghitung bahwa sekitar dua pertiga dari efek samping umum yang dilaporkan dalam uji coba vaksin Covid-19 didorong oleh efek nocebo, khususnya sakit kepala dan kelelahan, yang banyak didaftar selebaran vaksin Covid sebagai reaksi merugikan paling umum setelah suntikan.
Sementara bukti menunjukkan bahwa informasi tentang efek samping dapat menyebabkan orang salah mengartikan penyakit umum pada vaksin, atau membuat orang sangat waspada terhadap apa yang mereka rasakan.
“Sebagian besar peneliti berpendapat bahwa pasien harus diberitahu lebih sedikit tentang efek samping untuk mengurangi kecemasan mereka,” katanya.
“Saya pikir ini salah. Kejujuran adalah jalan yang harus ditempuh.”
(Tribunnews.com/Yurika)