Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Bisakah Tes PCR dan Antigen Deteksi Covid Varian Omicron? Ahli Beri Penjelasan

Dokter Tonang Dwi Ardyanto menjelaskan, tes PCR dan antigen bisa mendeteksi semua kasus Covid-19 varian apapun hingga saat ini.

Penulis: Wahyu Gilang Putranto
Editor: Arif Fajar Nasucha
zoom-in Bisakah Tes PCR dan Antigen Deteksi Covid Varian Omicron? Ahli Beri Penjelasan
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Petugas kesehatan melakukan tes usap (swab test) PCR kepada warga di Krukut, Taman Sari, Jakarta, Senin (10/1/2021). 

TRIBUNNEWS.COM - Covid-19 varian Omicron kini menjadi perhatian seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Masyarakat diimbau untuk menguatkan kembali protokol kesehatan.

Sementara itu pemerintah berupaya memerkuat 3T, yaitu testing, tracing, dan treatment.

Lantas apakah tes PCR dan antigen bisa mendeteksi varian Omicron?

Wakil Direktur Pendidikan dan Penelitian RS Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS), dr Tonang Dwi Ardyanto menjelaskan, tes PCR dan antigen bisa mendeteksi semua kasus Covid-19 varian apapun hingga saat ini.

Wakil Direktur Pendidikan dan Penelitian RS UNS Solo, dr Tonang Dwi Ardyanto
Wakil Direktur Pendidikan dan Penelitian RS UNS Solo, dr Tonang Dwi Ardyanto (istimewa)

Baca juga: Kasus Omicron Melonjak, IDAI Imbau Orangtua Lengkapi Vaksinasi Anaknya

Namun, PCR dan antigen tidak bisa langsung menunjukkan jenis varian apa Covid-19 yang terdeteksi tersebut.

"PCR dan antigen bisa mendeteksi semua kasus covid tapi tidak bisa memastikan varian apa penyebabnya," ungkap Tonang, Minggu (23/1/2022).

Berita Rekomendasi

Untuk tahu apa varian penyebabnya, lanjut Tonang, perlu langkah lebih lanjut.

"Khusus terkait Omicron, telah dibuat PCR Plus, artinya PCR dengan primer khusus yang dibuat untuk Omicron," ujarnya.

Bila PCR plus hasilnya positif, maka disebut probable Omicron, artinya sangat mungkin Omicron.

Baca juga: Komisi IX DPR Akan Bentuk Panja Vaksinasi 

"Mengapa tidak langsung disebut Omicron? Karena masih harus dibuktikan dengan mengurutkan gen virus yang ditemukan tersebut."

"Bila benar-benar sudah terbukti, baru disebut Omicron," ungkapnya.

Kemudian bila PCR biasa positif, sementara PCR plus negatif, tapi ada kecurigaan kuat, maka tetap diteruskan dengan pemeriksaan gen.

"Mengapa? Karena bisa terjadi bahwa benar infeksi Omicron, tapi ada beda mutasinya di titik tertentu, sehingga PCR Plus tidak dapat mendeteksinya," jelasnya.

Kecurigaan kuat misalnya kondisi daya tahan imun rendah (immunocompromised), ada kontak erat dengan kasus Omicron, sudah vaksinasi minimal 2 kali, tapi terinfeksi covid dengan gejala berat.

Baca juga: Apa Itu Imunokompromais? Simak Penjelasan dan Rekomendasi Vaksin untuk Penderita

Lebih lanjut, Tonang mengungkapkan sebenarnya secara praktis dan dalam rangka penanganan medis, apakah itu Omicron atau bukan Omicron adalah tidak begitu penting.

"Karena tetap saja itu Covid. Harus ditangani dengan standar Covid, apapun varian penyebabnya," ungkap Tonang.

Tonang mengungkapkan informasi tentang varian, lebih pada kepentingan epidemiologi dan tindak lanjut ke depan.

"Bagi masyarakat, apapun variannya, covid tetap covid. Harus sangat hati-hati sampai kita yakin benar-benar covid telah terkendali," ungkapnya.

"Begitu juga, apapun variannya, tetap sama, hindari dan cegah virus covid masuk tubuh kita. Jaga protkes, percepat vaksinasi," pungkas Tonang.

2 Pasien Omicron Meninggal Dunia

Diberitakan sebelumnya, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat dua kasus konfirmasi Covid-19 varian Omicron meninggal dunia.

Kedua kasus tersebut merupakan pelaporan fatalitas pertama di Indonesia akibat varian baru yang disebut-sebut memiliki daya tular tinggi.

“Satu kasus merupakan transmisi lokal, meninggal di RS Sari Asih Ciputat dan satu lagi merupakan pelaku perjalanan luar negeri yang meninggal di RSPI Sulianti Saroso Jakarta," papar juru bicara Kementerian Kesehatan, dr. Siti Nadia Tarmidzi, pada website resmi Kemenkes, Sabtu (22/1/2022).

Menurut informasi, kedua pasien tersebut memiliki komorbid atau penyakit penyerta.

Sejak 15 Desember hingga saat ini secara kumulatif tercatat 1.161 kasus konfirmasi Omicron ditemukan di Indonesia.

Sejauh ini pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk mengantisipasi
penyebaran Omicron.

Mulai dari menggencarkan 3T terutama di wilayah pulau Jawa dan Bali, peningkatan rasio tracing, menjamin ketersediaan ruang isolasi terpusat, dan menggencarkan akses telemedecine.

Dan juga, meningkatkan rasio tempat tidur untuk penanganan Covid-19 di rumah sakit.

Baca juga: Cek Daftar Penerima Vaksin Booster di PeduliLindungi, Simak Jadwal, Syarat, Lokasi & Efek Sampingnya

Vaksin Booster

Sementara itu Pakar Epidemiologi Griffith University, Dicky Budiman menyebutkan, dosis ketiga vaksin Covid-19 atau booster masih sangat efektif dalam menghadapi Omicron.

"Booster sangat efektif ya dalam menghadapi Omicron. Dan ini bisa terlihat di studi Israel, termasuk juga beberapa negara bagian Amerika," ungkapnya.

Kasus yang paling meledak menurut Dicky adalah negara dengan cakupan booster yang kurang atau bahkan tidak ada.Hal ini juga terlihat dari studi Australia.

"Pada negara bagian yang jauh lebih baik pemberian booster, kasus infeksi maupun juga hunian rumah sakit dan ICU dan kematian jauh lebih rendah," kata Dicky menambahkan.

Namun ia menekankan sekali lagi jika booster tidak menjamin terhindar dari infeksi. Kasus tetap ada walau jarang. Yang jelas, kasus jauh lebih kecil dibandingkan booster. Di sisi lain, pemberian booster perlu tergantung pada prioritas.

"Dimana kelompok yang berisiko lebih tinggi diberikan lebih dulu. Didahulukan, diprioritaskan, itu membuat booster semakin efektif," pungkasnya.

(Tribunnews.com/Gilang Putranto/M Zulfikar)

Berita terkait Virus Corona

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas