Prediksi Pakar Epidemiologi Terkait Situasi Pandemi di Indonesia Setelah Mudik Lebaran
Pergerakan masyarakat yang cukup banyak, diikuti interaksi tinggi, potensi penularan virus corona menjadi besar.
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah mengizinkan masyarakat melakukan mudik Lebaran tahun ini.
Tentunya izin melakukan mudik ini disertai sejumlah persyaratan seperti sudah melakukan vaksinasi Covid-19 dua dosis dan sebagainya.
Hal yang menjadi pertanyaan, apakah dengan mobilitas masyarakat yang cukup besar saat lebaran akan menimbulkan lonjakan kasus kembali?
Menurut Pakar Epidemiologi Griffith University Dicky Budiman, hal ini tentu sesuai dengan hukum biologi.
Prinsipnya dalam kaitan wabah, jika ada pergerakan masyarakat yang cukup banyak, diikuti interaksi tinggi, potensi penularan menjadi besar.
Baca juga: Sebaran Kasus Aktif Covid-19 8 April 2022: Jawa Barat Terbanyak Catat 17.834 Kasus Aktif
"Karena itu untuk mengurangi risiko dilakukan langkah antisipasi. Pemerintah sudah benar terkait penerapan kriteria orang bisa mudik dengan status imunitas. Atau bahkan sudah booster. Sebenarnya cukup," ungkap Dicky pada webinar, Jumat (8/4/2022).
Setidaknya usaha yang dilakukan dapat mengurangi risiko.
Namun, membuat status menjadi tidak ada infeksi kasus, menurut Dicky cukup sulit.
Hal ini dikarenakan wabah masih melanda.
Apa lagi angka positivity rate di atas 5 persen secara umum.
Baca juga: Soroti Edaran Satgas Covid Soal Ketentuan Mudik, Komisi V DPR: Ada Bagian yang Sulit Dilaksanakan
Itu artinya ada bagian masyarakat yang mudik tidak terdeteksi dan berpotensi membawa virus dan menularkan.
Dicky menyarankan untuk memitigasi lonjakan perlu diantisipasi juga pada tujuan atau destinasi mudik.
Pastikan orang yang dikunjungi sudah melakukan vaksin lengkap atau booster.
Termasuk ketaatan dalam meminimalisir risiko.