Sebaran 1.071 Kasus Corona Indonesia 10 April 2022: Tertinggi DKI Jakarta dengan 370 Kasus
Inilah update informasi sebaran konfirmasi virus corona di 34 provinsi di Indonesia, Minggu (10/4/2022).
Penulis: Faryyanida Putwiliani
Editor: Nuryanti
TRIBUNNEWS.COM - Inilah update informasi sebaran konfirmasi virus corona di 34 provinsi di Indonesia, Minggu (10/4/2022).
Hari ini terdapat penambahan kasus virus corona sebanyak 1.071 kasus.
Sebelumnya, Sabtu (9/4/2022), kasus positif Covid-19 bertambah 1.468 kasus.
Bertambahnya 1.071 kasus hari ini menjadikan total kasus Covid-19 di Indonesia sebanyak 6.032.707 kasus.
Hal tersebut berdasarkan data yang diterima Tribunnews dari Satgas Covid-19 pada Minggu pukul 15.44 WIB.
Baca juga: Ekonomi Belum Stabil Imbas Covid-19, Pengusaha Minta Keringanan Soal Pembayaran THR
Dari data Satgas Covid-19, wilayah DKI Jakarta memiliki tingkat kasus konfirmasi tertinggi dengan mencatatkan 370 orang.
Jumlah penambahan harian di wilayah ini mengalami penurunan daripada hari sebelumnya, yakni 450 orang.
Provinsi selanjutnya penyumbang konfirmasi positif Covid-19 yakni Jawa Barat dengan 233 orang, jumlah ini turun dari sebelumnya sebanyak 266 orang.
Provinsi ketiga yakni Banten yang mencatatkan 104 orang, sedangkan posisi keempat ada Jawa Timur dengan 81 orang.
Urutan kelima adalah Provinsi Jawa Tengah dengan jumlah korban sebanyak 59 orang.
Baca juga: UPDATE Capaian Vaksinasi Covid-19 Indonesia 10 April 2022, 27.008.873 Orang Sudah Terima Booster
Berikut rincian data sebaran jumlah konfirmasi positif Covid-19 dari Satgas Covid-19, Minggu (10/4/2022):
- DKI JAKARTA 370
- JAWA BARAT 233
- BANTEN 104
- JAWA TIMUR 81
- JAWA TENGAH 59
- BALI 32
- SUMATERA UTARA 24
Baca juga: Pakar Epidemiologi Jelaskan Ada Masyarakat yang Percaya Covid-19 Adalah Konspirasi
- DI YOGYAKARTA 23
- LAMPUNG 20
- KALIMANTAN BARAT 16
- NUSA TENGGARA TIMUR 14
- KALIMANTAN TENGAH 11
- RIAU 10
- SUMATERA BARAT 8
Baca juga: Cegah Kasus Covid-19 Melonjak Saat Ramadan, Binda Jateng Genjot Vaksinasi di 25 Wilayah
- JAMBI 8
- KALIMANTAN TIMUR 8
- SUMATERA SELATAN 7
- KALIMANTAN UTARA 6
- ACEH 5
- MALUKU UTARA 5
- BANGKA BELITUNG 4
Baca juga: Setelah Status Pandemi Covid-19 Dicabut, Masih Ada Pekerjaan Rumah yang Perlu Diselesaikan
- KEPULAUAN RIAU 4
- SULAWESI TENGAH 4
- SULAWESI SELATAN 4
- PAPUA 4
- SULAWESI BARAT 2
- PAPUA BARAT 2
- NUSA TENGGARA BARAT 1
Baca juga: Medical Check Up, Solusi Terbaik Pahami Kondisi Tubuh Tak Kunjung Membaik Pasca Sembuh Covid-19
- SULAWESI TENGGARA 1
- GORONTALO 1
- BENGKULU 0
- KALIMANTAN SELATAN 0
- SULAWESI UTARA 0
- MALUKU 0
Baca juga: Tiga Kriteria Jadi Rujukan Keluar dari Situasi Pandemi Covid-19 Menurut Pakar Epidemiologi
Kata Pakar Soal Masih Adanya Masyarakat yang Percaya Covid-19 adalah Konspirasi
Diwartakan Tribunnews.com sebelumnya, pandemi atau wabah sebenarnya bukan hal yang baru.
Bahkan wabah sudah terjadi sejak zaman dahulu kala.
Karenanya ada istilah wabah setua manusia itu sendiri.
Menurut Pakar Epidemiologi Griffith University, Dicky Budiman, seharusnya situasi ini tidak mengherankan.
Hanya saja masih ada yang menyangkal jika pandemi tidaklah asli dan merupakan konspirasi.
Baca juga: Varian Baru Covid-19, Benarkah XE Lebih Parah Ketimbang Varian Sebelumnya?
Menurut Dicky, ada beberapa yang melatarbelakangi munculnya pemahaman ini.
"Manusia modern banyak yang terganggu dengan zona nyaman. Biasanya beraktivitas mencari uang dan sebagainya, kini terganggu karena pandemi," ungkap Dicky pada webinar, Sabtu (9/4/2022).
Menurut Dicky ini merupakan teori yang disampaikan oleh salah satu profesor di Harvard.
Ketika terjadi muncul penolakan, ada mekanisme penyangkalan.
"Dia merasa bahwa ada hal yang ingin lakukan tapi tidak bisa. Lalu diingkari dengan mekanisme penyangkalan. Inilah yang diperkuat dengan beredar teori konspirasi dan sebagainya. Itu terlahir dari orang menyangkal," papar Dicky lagi.
Baca juga: KSP Minta Masyarakat Waspada Penularan Covid-19 Saat Mudik
Ia pun memberikan penjelasan terkait teori konspirasi jika virus SARS-CoV-2 muncul dari laboratorium yang bocor.
Dicky menyebutkan hal ini ada riset dari sisi genomic.
"Dari virus yang beredar saat ini termasuk Omicron dibandingkan dengan virus asli di laboratorium Wuhan itu berbeda. Dan saya bukan ahli virus untuk menjelaskan, tapi hasil penemuan dari WHO seperti itu," kata Dicky lagi.
Kemudian bicara soal perang biologi, menurutnya kalau itu memang terjadi, akan ada satu negara yang benar-benar aman. Setidaknya punya vaksin atau obat.
Baca juga: Studi: Covid-19 Dapat Tingkatkan Risiko Pembekuan Darah hingga 6 Bulan
"Faktanya, tidak ada satupun negara punya itu, diuntungkan bebas Covid-19. Ini untuk menjawab konspirasi itu," katanya menambahkan.
Di sisi lain banyak masyarakat yang mempertanyakan kenapa vaksin Covid-19 bisa dibuat secepat itu. Menurut Dicky, hal itu tidaklah benar.
"Sebetulnya lama. Saya terlibat SARS, di tahun 2002, tidak lama setelah itu ada riset vaksin. Riset vaksin atau corona lebih dari 20 tahun, bukan nol. Tidak nol sama sekali. Ini tidak diketahui banyak orang," pungkasnya.
(Tribunnews.com/Faryyanida Putwiliani/Aisyah Nursyamsi)