Positivity Rate Covid-19 Naik, Kemenkes Sebut Masih di Bawah Standar WHO
Saat terjadi lonjakan kasus covid-19, positivity rate di Indonesia menjadi 2,1 persen. Jumlah ini naik dari sebelumnya 1,4 persen.
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Saat terjadi lonjakan kasus covid-19, positivity rate di Indonesia menjadi 2,1 persen. Jumlah ini naik dari sebelumnya 1,4 persen.
Positivity rate merupakan salah satu indikator untuk menilai suatu pengendalian Covid-19.
Baca juga: Terjadi Tren Kenaikan Kasus Covid-19, Kemenkes Sebut Telah Lakukan Persiapan
Jika pada 10 Juni 2022 angka positivity rate adalah 1,4 persen saat ini menjadi 2,1 persen.
Menanggapi hal ini, Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI dr. Mohammad Syahril, Sp.P, MPH menyebutkan jika angka tersebut masih berada di bawah standar WHO yaitu 5 persen.
"Yang distandarkan who adalah di bawah 5 persen. Jadi allhamdulillah kita sampai hari ini masih 2,1 persen untuk positifity rate," ungkapnya secara virtual, Kamis (16/6/2022).
Menurutnya, walau pun saat ini ada kenaikan kasus, tapi tidak terlalu menjadi lonjakan.
Baca juga: Membiarkan Diri Terinfeksi Ulang Covid-19 Bisa Berdampak Serius Pada Organ Tubuh
Begitu pun pada angka kesakitan, terhitung masih rendah. Diikuti pula oleh angka kematian.
Sehingga kata Syahril lagi, ini menujukkan jika kenaikan kasus yang mungkin disebabkan oleh sub varian BA.4 dan BA.5 tidak separah Omicron, apa lagi Delta.
Kasus Covid-19 Tembus Seribu
Kasus Covid-19 Indonesia kembali meningkat dalam beberapa hari terakhir. Jika melihat angka kasus dari 8-14 Juni 2022 peningkatan mencapai 500 kasus.
Namun, data terakhir dari Kementerian Kesehatan 15 juni kemarin angka kasus untuk Jakarta mencapai 732 kasus dari 517. Dan nasional sendiri mencapai 1242 kasus.
Terkait hal ini, Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI dr. Mohammad Syahril, Sp.P, MPH membenarkan memang terjadi kenaikan kasus di bulan Juni.
Baca juga: 20 Kasus Varian BA.4 dan BA.5 Terdeteksi di Indonesia, 3 diantaranya Anak-anak dan Bergejala Ringan
Dan ini terlihat sejak 10 Juni lalu. Itu ada 627 tapi tiga hari turun dan naik lagi.
Sekarang naik sampai 1242 kasus.
"Saat ini ada lima provinsi dengan kasus tertinggi yaitu Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur," ungkapnya secara virtual, Kamis (16/6/2022).
Namun menurutnya naik turun kasus, termasuk angka kesakitan dan kematian merupakan bagian dari masa pandemi walau terkendali.
"Jangan terlalu panik dengan adanya satu kenaikan. Dan jangan terlalu euforia juga kalau melandai karena kita masih dalam pandemi.
Kita waspadai adalah bagaimana kita mengendalikan angka itu walau pun naik," kata Syahril lagi.
Ia pun mengatakan jika berdasarkan pada pengalaman, kenaikan kasus di beberapa negara disebabkan adanya kemunculan varian atau sub varian baru.
Dan saat ini dipengaruhi sub varian baru Omicron yaitu BA.4 dan BA.5
"Mudah-mudahan kita bisa kendalikan walau kenaikan ya bisa kita kendalikan. Tidak seperti tahun lalu menjadi lonjakan kasus, baik Omicron maupun Delta," pungkasnya.