Mutasi Virus Covid-19 Terus Terjadi, Epidemiolog Sebut Potensi Vaksin Dosis Kelima
Epidemiolog Griffith University Dicky Budiman mengingatkan jika mutasi virus SARS-CoV-2 tetsu ada. Vaksin dianggap ampuh, muncul potensi vaksin kelima
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Anita K Wardhani
"Oleh karena itu potensi dibutuhkannya dosis kelima jelas ada. Sambil menunggu adanya vaksin generasi berikut, dengan harapan lebih bisa melindungi terinfeksi.
Harapannya vaksin merah putih ini dapat mengisi kelemahan yang ada saat ini," tutup Dicky.
Tidak Hanya Pada Nakes, Vaksin Covid-19 Dosis Keempat Penting untuk Kelompok Berisiko Lainnya
Dicky Budiman juga mengatakan, tidak Hanya tenaga kesehatan, vaksin Covid-19 dosis keempat penting untuk kelompok berisiko lainnya.
Hal ini diungkapkan oleh pakar Epidemiologi Griffith University .
Menurutnya ada dua jenis kelompok berisiko.
Baca juga: IDI Sambut Baik Rencana Vaksin Covid-19 Dosis Keempat untuk Tenaga Kesehatan
Pertama, kelompok berisiko dari sisi pekerjaan seperti tenaga kesehatan.
Kedua, kelompok berisiko tinggi karena kondisi tubuh, misalnya orang lanjut usia.
"Kelompok berisiko karena kondisi tubuh bisa juga terjadi pada anak berusia 12 tahun yang misalnya memiliki komorbid. Termasuk lansia, biasanya banyak mengidap penyakit," ungkap Dicky pada Tribunnews, Minggu (31/7/2022).
Selain itu, Dicky menyebutkan jika data menunjukkan, dari lima studi di dunia, dosis keempat vaksin Covid-19 bisa menurunkan potensi kematian.
Selain itu, dosis keempat dapat menurunkan potensi keparahan yang menyebabkan masuk rumah sakit dalam melawan varian Omicron beserta turunannya.
"Sehingga, bukan hanya pada tenaga kesehatan saja. Vaksin dosis keempat juga dibutuhkan bagi mereka yang berisiko tinggi ini. Terutama pada lansia dan penderita komorbid. Jangan sampai di tengah program vaksinasi, korban berjatuhan," tegasnya.
Kasus Covid-19 di Australia Terus Meningkat, Ahli Prediksi Puncak Kasus pada Agustus
Kasus Covid-19 di Australia terus meningkat. Situasi ini cukup mengkhawatirkan. Hal ini diungkapkan oleh Pakar Epidemiologi Griffith University Dicky Budiman. Ia pun memprediksi puncak kasus akan terjadi di pertengahan Agustus.