Peneliti Sebut Strain Omicron Kemungkinan Berasal dari Afrika Barat
Para peneliti menemukan deteksi awal mutasi spesifik strain Omicron asli (BA.1) diantara 25 pasien dari enam negara Afrika Barat dan Timur.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, BERLIN - Kali pertama diidentifikasi setahun lalu di Botswana dan Afrika Selatan (Afsel), Omicron yang merupakan varian baru dari virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan virus corona (Covid-19), menyebar ke seluruh dunia dengan kecepatan luar biasa.
Namun hingga kini, masih belum ada bukti bagaimana, di mana dan kapan tepatnya varian ini berasal.
Sebuah studi yang dilakukan baru-baru ini berusaha menjelaskan asal-usulnya yang meragukan hipotesis yang ada.
Baca juga: Shionogi Zokoba Obat Oral Corona Pertama Made in Japan, Cocok Antisipasi Omicron BA5
"Omicron, yang saat ini merupakan jenis varian yang dominan, diduga muncul di Afrika Barat, meskipun kali pertama terdeteksi di bagian selatan benua itu," ungkap sebuah studi baru-baru ini yang dilakukan oleh para peneliti dari Charite-Universitatsmedizin Berlin dan jaringan institusi Afrika.
Dikutip dari laman Sputnik News, Senin (5/12/2022), studi tersebut memeriksa lebih dari 13.000 sampel dari pasien Covid-19 yang telah diambil di 22 negara Afrika pada periode pertengahan 2021 hingga awal 2022.
Para peneliti menemukan deteksi awal mutasi spesifik strain Omicron asli (BA.1) diantara 25 pasien dari enam negara Afrika Barat dan Timur.
Negara-negara Afrika mengambil sampel antara Agustus hingga September 2021, dua bulan sebelum varian itu kali pertama terdeteksi.
Baca juga: Gejala Omicron BN.1, Subvarian Baru Covid-19 yang Mampu Hindari Kekebalan Tubuh
Hasil akhir menunjukkan bahwa BA.1 kali pertama muncul di bagian barat Afrika, di mana hanya ada sedikit pengujian yang dilakukan.
Peningkatan infeksi di seluruh wilayah dilaporkan tidak terdeteksi, karena lemahnya sistem kesehatan nasional.
"Analisis filogeografi mendukung asal-usul BA.1 di Afrika Barat sebelum menyebar di Afrika Selatan," kata para peneliti.
Menurut penelitian, sampel dari Benin yang diambil antara Agustus hingga Oktober tahun lalu mengandung bukti 'nenek moyang Omicron serta tiga sampel dari Nigeria'.
Penelitian tersebut mempertanyakan validitas teori bahwa virus bertahan pada individu yang mengalami gangguan kekebalan (immunocompromised), orang yang diduga terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dalam waktu yang lama dan di situlah mutasi dimulai.
Teori ini konsisten dengan deteksi awal Omicron di Afsel, yang memiliki insidensi HIV yang tinggi.
"Pola mutasi nenek moyang Omicron dan galur Omicron yang disimpan dalam basis data publik, berbeda secara substansial dari pola mutasi SARS-CoV-2 pada individu dengan gangguan kekebalan," tulis studi tersebut.
Baca juga: Kenali Karakter Subvarian Omicron XBB, Lebih Cepat Menular, Gejala Tak Terlalu Parah, Batuk Pilek
Menurut penelitian, meskipun evolusi parsial nenek moyang Omicron pada individu dengan gangguan kekebalan tidak dapat dikesampingkan, namun varian tersebut tidak 'berevolusi dalam satu peristiwa infeksi' seperti yang ditunjukkan oleh data di seluruh benua.
"Data kami menunjukkan evolusi nenek moyang Omicron yang berkepanjangan dan tersebar luas secara geografis pada pasien di seluruh Afrika," jelas penelitian tersebut.
Dengan demikian, penelitian mengungkapkan bahwa keturunan Omicron ada di Afrika sebelum ditemukannya kasus pertama.
Ini menunjukkan bahwa strain tersebut muncul secara bertahap selama beberapa bulan di berbagai negara di seluruh benua.
Strain Omicron pertama diidentifikasi di Botswana dan Afsel pada akhir November 2021, kemudian mulai muncul serta menyebar di negara lain di seluruh dunia.
Varian ini akhirnya menjadi varian dominan yang beredar.
Setelah BA.1, beberapa subvarian Omicron pun mulai bermunculan.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.