Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pasien di China Serbu Rumah Sakit Setelah Kebijakan Nol-COVID Dilonggarkan

Antrean panjang terjadi di luar rumah sakit di China, ketika banyak orang melakukan pemeriksaan Covid-19 pada Senin

Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Pasien di China Serbu Rumah Sakit Setelah Kebijakan Nol-COVID Dilonggarkan
Ist
Ilustrasi pandemi global akibat Covid-19. 

Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni

TRIBUNNEWS.COM, BEIJING - Antrean panjang terjadi di luar rumah sakit di China, ketika banyak orang melakukan pemeriksaan Covid-19 pada Senin (12/12/2022), setelah pihak berwenang melonggarkan kebijakan nol-Covid.

Tiga tahun setelah pandemi, China sekarang berusaha mengikuti langkah negara-negara lain untuk hidup berdampingan dengan Covid-19, setelah protes yang belum pernah terjadi sebelumnya menjadi referendum de-facto melawan kebijakan "nol-Covid" yang diperjuangkan oleh Presiden negara itu, Xi Jinping.

Melansir dari Reuters, protes tersebut merupakan pembangkangan publik terkuat terhadap kepresidenan Xi selama satu dekade, dan bertepatan dengan angka pertumbuhan yang suram tahun ini untuk ekonomi China senilai 17 triliun dolar AS, yang termasuk angka terburuk selama hampir setengah abad.

Baca juga: Makau Izinkan Warganya yang Terinfeksi Covid-19 untuk Lakukan Isolasi Mandiri

Di ibu kota China, Beijing, sekitar 80 orang berkerumun dalam cuaca dingin di luar rumah sakit di distrik kelas atas Chaoyang.

Seorang pejabat pemerintah China mengatakan pada Senin malam, antrean pasien semacam itu telah meningkat menjadi 22.000 orang per hari, naik 16 kali lipat dari minggu sebelumnya.

Menurut laporan Reuters, antrean serupa juga terjadi di luar klinik di pusat kota Wuhan, tempat COVID-19 pertama kali muncul tiga tahun lalu.

Beijing telah membatalkan pengujian wajib Covid-19 kepada penduduknya, melonggarkan karantina, dan pada pagi ini, Selasa (13/12/2022), pemerintah China akan menonaktifkan aplikasi seluler yang digunakan untuk melacak riwayat perjalanan penduduknya yang berjumlah 1,4 miliar jiwa.

Berita Rekomendasi

Aplikasi yang mengidentifikasi pelancong ke daerah yang terkena Covid-19 ditutup pada Senin malam, menurut pemberitahuan di akun resmi WeChat.

Aplikasi tersebut telah mengumpulkan sejumlah besar informasi pribadi dan sensitif, serta datanya harus dihapus tepat waktu, kata seorang peneliti di Kementerian Perindustrian dan Teknologi Informasi China, Liu Xingliang, yang dikutip dari laporan radio pemerintah.

Baca juga: Breaking News Update Covid-19 Indonesia 12 Desember 2022: Tambah 1.225 Kasus Baru

Raksasa telekomunikasi milik negara China, China Unicom, mengatakan mulai hari ini akan menghapus data rencana perjalanan seluler pengguna yang sebelumnya digunakan untuk mengidentifikasi pelancong di daerah yang dilanda Covid-19.

Ketika aplikasi itu diluncurkan tiga tahun lalu, para kritikus menyatakan keprihatinan mereka karena aplikasi tersebut dapat digunakan untuk pengawasan massal dan kontrol sosial terhadap penduduk China.

Di Shanghai, kota terbesar di China yang mengalami lockdown selama dua bulan pada awal tahun ini, pihak berwenang mengatakan mulai Selasa tidak ada distriknya yang akan dianggap berisiko tinggi, yang berarti akhir dari kebijakan ketat Covid-19.

Secara nasional, pihak berwenang terus merekomendasikan pemakaian masker dan vaksinasi, terutama untuk orang lanjut usia.

Baca juga: Konsumen China Kini Hidup Lebih Hemat Pasca Pelonggaran Covid-19

Namun, dengan sedikit paparan penyakit yang sebagian besar tetap terkendali sampai sekarang, China sepertinya tidak siap untuk gelombang infeksi yang dapat menambah tekanan pada sistem kesehatannya yang rapuh dan menghentikan aktivitas bisnisnya, kata para analis.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas