Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

WHO: Subvarian Omicron XBB.1.5 adalah Varian Covid-19 yang Paling Menular Sejauh Ini

WHO menyebut subvarian omicron XBB.1.5 adalah yang paling menular sejauh ini, tapi bukan berarti lebih dapat membuat orang sakit parah.

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Arif Fajar Nasucha
zoom-in WHO: Subvarian Omicron XBB.1.5 adalah Varian Covid-19 yang Paling Menular Sejauh Ini
Freepik
Ilustrasi peneliti menemukan subvarian baru Omicron Covid-19. WHO menyebut subvarian omicron XBB.1.5 adalah yang paling menular sejauh ini, tapi bukan berarti lebih dapat membuat orang sakit parah. 

TRIBUNNEWS.COM - Subvarian omicron XBB.1.5 yang saat ini mendominasi AS adalah versi Covid-19 yang paling menular, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Namun bukan berarti XBB.1.5 adalah varian yang membuat orang sakit parah dari sebelumnya.

Mengutip CNBC, Maria Van Kerkhove, pimpinan teknis Covid-19 WHO, mengatakan pejabat kesehatan global khawatir tentang seberapa cepat subvarian XBB.1.5 menyebar di AS bagian timur laut.

Jumlah orang yang terinfeksi XBB.1.5 telah berlipat ganda di AS setiap dua minggu, membuatnya menjadi varian paling umum beredar di AS.

“Ini adalah subvarian yang paling menular yang telah terdeteksi,” kata Van Kerkhove kepada wartawan saat konferensi pers di Jenewa pada hari Rabu (4/1/2023).

“Alasan karena mutasi yang ada di dalam subvarian omicron ini yang memungkinkan virus ini menempel pada sel dan bereplikasi dengan mudah.”

Baca juga: Menkes Sebut Jelang Natal dan Tahun Baru Lonjakan Varian XBB dan BQ.1 Covid-19 Menurun

Sejauh ini XBB.1.5 telah terdeteksi di 29 negara tetapi bisa lebih luas lagi, kata Van Kerkhove.

Berita Rekomendasi

Melacak varian Covid menjadi sulit karena penurunan urutan genom di seluruh dunia, katanya.

WHO belum memiliki data tentang tingkat keparahan XBB.1.5.

Tetapi saat ini tidak ada indikasi bahwa varian itu membuat orang lebih sakit daripada versi omicron sebelumnya, kata Van Kerkhove.

Kelompok penasihat WHO yang melacak varian Covid-19 sedang melakukan penilaian risiko pada XBB.1.5 yang akan diterbitkan dalam beberapa hari mendatang, katanya.

“Semakin banyak virus ini beredar, semakin banyak peluang untuk berubah,” kata Van Kerkhove.

“Kami memperkirakan gelombang infeksi lebih lanjut di seluruh dunia."

"Tetapi hal itu tidak harus diterjemahkan menjadi gelombang kematian lebih lanjut karena tindakan pencegahan kita terus berhasil.”

Ilustrasi Omicron
Ilustrasi Omicron (The Weather Channel)

Baca juga: Studi: Varian Baru Covid-19 BQ.1 hingga XBB.1 Hindari Kekebalan

Para ilmuwan mengatakan XBB.1.5 sama bagusnya dalam menghindari antibodi dari vaksin dan infeksi seperti kerabat XBB dan XBB.1, yang merupakan dua subvarian pengelak yang paling kebal.

Tapi XBB.1.5 memiliki mutasi yang membuatnya mengikat lebih erat ke sel, yang memberinya keunggulan pertumbuhan.

Saat XBB.1.5 menyebar dengan cepat di AS, China sedang berjuang melawan lonjakan kasus dan rawat inap.

China baru saja mengabaikan kebijakan nol-Covid sebagai tanggapan atas aksi demonstrasi akhir tahun lalu.

Pejabat kesehatan AS dan global mengatakan Beijing tidak membagikan cukup data tentang lonjakan kasus tersebut kepada komunitas internasional.

“Kami terus meminta China untuk memberikan data reguler yang lebih cepat dan dapat diandalkan tentang rawat inap dan kematian serta pengurutan virus real-time yang lebih komprehensif,” kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus kepada wartawan di Jenewa, Rabu.

Semakin banyak negara, termasuk AS, mewajibkan penumpang maskapai penerbangan dari China untuk dites negatif Covid sebelum keberangkatan.

Kementerian luar negeri China mengatakan tindakan seperti itu tidak memiliki dasar ilmiah dan mereka menuduh pemerintah memanipulasi Covid untuk tujuan politik.

Tetapi direktur jenderal WHO mengatakan persyaratan itu dapat dimaklumi mengingat terbatasnya data yang keluar dari China.

“Dengan sirkulasi di China yang begitu tinggi dan data yang komprehensif tidak tersedia, dapat dimengerti bahwa beberapa negara mengambil langkah yang mereka yakini akan melindungi warganya sendiri,” kata Tedros.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Beijing berbagi data pada hari Selasa dengan WHO yang menunjukkan sublineage BA.5, BA.5.2 dan BF.7, menyumbang sekitar 98 persen dari semua infeksi di negara tersebut.

Tetapi Van Kerkhove mengatakan China tidak membagikan cukup data pengurutan dari seluruh negara yang luas.

“Ini bukan sekadar mengetahui varian apa yang beredar,” kata Van Kerkhove.

“Kami membutuhkan komunitas global untuk menilai ini, untuk melihat mutasi demi mutasi untuk menentukan apakah ada varian baru yang beredar di China tetapi juga di seluruh dunia.”

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas