Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kadar Antibodi yang Meningkat Tidak Cukup Hadapi Pandemi Covid-19

Meski hasil riset antibodi masyarakat Indonesia meningkat, ini tak cukup untuk hadapi Covid-19.

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Anita K Wardhani
zoom-in Kadar Antibodi yang Meningkat Tidak Cukup Hadapi Pandemi Covid-19
AFP/NOEL CELIS
Seorang teknisi laboratorium bekerja di laboratorium Universitas Tsinghua di Beijing pada 9 Desember 2021, yang bersama-sama mengembangkan pengobatan antibodi monoklonal untuk Covid-19 dengan Rumah Sakit Rakyat Ketiga Shenzhen dan Brii Biosciences dan diberikan persetujuan darurat oleh otoritas obat China pada Desember. 8. Meski hasil riset antibodi masyarakat Indonesia meningkat, ini tak cukup untuk hadapi Covid-19.(Photo by Noel Celis / AFP) 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Peneliti Keamanan dan Ketahanan Kesehatan Global Dicky Budiman ingatkan, kita tidak bisa hanya mengandalkan antibodi yang meningkat untuk hadapi Covid-19.

Sebelumnya pada Agustus 2022 lalu, Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) Kemenkes dan Tim Pandemi Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) UI mengumumkan hasil survei serologi antibodi penduduk Indonesia terhadap virus SARS-CoV-2.

Baca juga: PPKM Dicabut, Kemenkes Sebut Antibodi Masyarakat Indonesia 98,5 Persen

Hasilnya, kadar antibodi penduduk Indonesia meningkat.

Dari yang sebelumnya 444 unit per mililiter, menjadi 2.097 unit per mililiter.

Peningkatan kadar antibodi ini kata Dicky tentu menjadi kabar baik.

Namun perlu diingat masih ada tantangan lain seperti keberadaan subvarian baru.

Berita Rekomendasi

Saat ini saja telah ditemukan subvarian BF.7 di China.

Lalu ada XBB.1.5 yang begitu efektif meningkatkan kasus di Amerika.

Menurut Dicky, subvarian Omicron di luar sana mampu menembus antibodi.

Baca juga: Covid XBB: Varian Baru Omicron yang Lebih Cepat Menular, Kebal Vaksin, dan Antibodi

Belum lagi dengan kelompok berisiko yang belum mendapatkan booster.

Sehingga saat terinfeksi, kelompok ini rentan mengalami perburukan.

"Ini artinya memberikan pesan pada kita, tidak bisa (hanya) mengandalkan hasil serologi," ungkapnya pada Tribunnews, Kamis (5/1/2023).

Epidemiolog Universitas Griffith Australia Dicky Budiman
Epidemiolog Universitas Griffith Australia Dicky Budiman (Dokumentasi Pribadi)

Oleh karena itu, ada beberapa strategi yang perlu diperhatikan selain dari modal antibodi.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas