Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

WHO Terus Desak China Agar Tidak Curangi Data Covid-19

Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan diperlukan data yang komprehensif terkait situasi Covid-19 yang terjadi saat ini.

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Muhammad Zulfikar
zoom-in WHO Terus Desak China Agar Tidak Curangi Data Covid-19
AFP/STR
Orang-orang mengantre untuk dites virus corona Covid-19 di luar rumah sakit di Hangzhou, di provinsi Zhejiang timur China pada 16 Desember 2022. WHO telah mengadakan pertemuan tingkat tinggi dengan otoritas China selama seminggu terakhir untuk membahas peningkatan kasus dan jumlah pasien rawat inap. (Photo by AFP) / China OUT 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, JENEWA - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengaku prihatin dengan risiko terhadap kehidupan di China dan menegaskan kembali pentingnya meningkatkan cakupan vaksinasi virus corona (Covid-19), termasuk dosis penguat (booster).

Terutama untuk kelompok rentan seperti kelompok lanjut usia (lansia).

Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan diperlukan data yang komprehensif terkait situasi Covid-19 yang terjadi saat ini.

Baca juga: Kadar Antibodi yang Meningkat Tidak Cukup Hadapi Pandemi Covid-19

Ia pun memahami bahwa tiap negara tentu akan berupaya melindungi warganya sendiri melalui berbagai upaya.

"Dengan sirkulasi di China yang begitu tinggi dan data komprehensif tidak tersedia. Seperti yang saya katakan minggu lalu, dapat dimengerti bahwa beberapa negara mengambil langkah yang mereka yakini akan melindungi warganya sendiri," kata Tedros.

Dikutip dari laman news.un.org, Jumat (6/1/2023), sejumlah negara, termasuk Amerika Serikat (AS) telah mengumumkan persyaratan pengujian baru Covid-19 bagi pelancong dari China untuk mendapatkan izin masuk domestik, di tengah kekhawatiran penyebaran varian terbaru.

Berita Rekomendasi

Berbicara dalam pengarahan, Direktur Darurat WHO Dr. Mike Ryan juga menekankan perlunya lebih banyak informasi dari otoritas China.

Baca juga: WHO: Subvarian Omicron XBB.1.5 adalah Varian Covid-19 yang Paling Menular Sejauh Ini

"Kami tahu ada kesulitan di semua negara sangat sering dalam mencatat pelepasan rumah sakit, penerimaan dan penggunaan fasilitas ICU (unit perawatan intensif)," jelaa Dr. Ryan.

Ia menegaskan bahwa pihaknya meyakini bahwa angka saat ini yang diterbitkan China kurang mewakili dampak sebenarnya dari penyakit tersebut dalam hal penerimaan rumah sakit, ICU, khususnya dalam hal kematian.

Pertemuan dengan Para Ahli

WHO telah mengadakan pertemuan tingkat tinggi dengan otoritas China selama seminggu terakhir untuk membahas peningkatan kasus dan jumlah pasien rawat inap.

Kelompok Penasihat Teknis untuk Evolusi Virus (TAG-VE) juga telah melakukan pertemuan pada Selasa lalu dengan para Pakar China untuk membahas situasi tersebut.

Selama pertemuan itu, para Ilmuwan dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) China mempresentasikan data dari apa yang mereka gambarkan sebagai infeksi virus corona yang diimpor dan diperoleh secara lokal.

Analisis menunjukkan bahwa sebagian besar virus yang beredar di negara itu berasal dari dua garis keturunan Omicron, yakni BA.5.2 dan BF.7 yang menyumbang 97,5 persen dari semua kasus infeksi lokal, serta beberapa subgaris Omicron lainnya yang diketahui.

Baca juga: Turis China Positif Covid-19 Masih Jadi Buronan Pemerintah Korsel Usai Kabur dari Karantina

"Varian ini telah diketahui dan telah beredar di negara lain, dan saat ini belum ada varian baru yang dilaporkan oleh CDC China," kata TAG-VE dalam pernyataannya pada Rabu lalu.

Sejauh ini, 773 urutan dari China daratan telah diserahkan ke database virus yang dioperasikan oleh inisiatif sains global, GISAID.

Sebagian besar yakni 564, dikumpulkan setelah 1 Desember 2022.

Dari jumlah ini, hanya 95 yang diberi label sebagai kasus yang diperoleh secara lokal, sementara 187 diimpor dan 261 'tidak memiliki informasi ini'.

Sebagian besar kasus yang didapat secara lokal yakni 95 persen berasal dari dua garis keturunan Omicron.

"Ini sejalan dengan genom dari pelancong dari China yang dimasukkan ke database GISAID EpiCoV oleh negara lain. Tidak ada varian baru atau mutasi signifikansi yang diketahui dicatat dalam data sekuens yang tersedia untuk umum," jelas pernyataan itu.

Baca juga: Selain Kasus Covid-19, Jepang Juga Dibikin Pusing oleh Penyebaran Cepat Virus Flu

Ancaman Pandemi Tetap Ada

Tedros mencatat bahwa pandemi saat ini memasuki tahun ke-4.

Meskipun ada kemajuan, virus ini ternyata masih menjadi ancaman bagi kesehatan, ekonomi dan masyarakat.

"Kami sangat prihatin dengan gambaran epidemiologis Covid-19 saat ini, dengan penularan yang intens di beberapa bagian dunia dan sub-varian rekombinan yang menyebar secara cepat," papar Tedros.

Tedros pun menyampaikan harapannya agar pandemi dapat dikalahkan pada 2023.

Baca juga: Marah Dikucilkan, China Minta Semua Negara Bikin Aturan Covid-19 Tetap Berbasis Sains

"Covid- 19 tidak diragukan lagi masih akan menjadi topik diskusi utama, namun saya percaya dan berharap bahwa dengan upaya yang tepat ini akan membuat 'tahun darurat kesehatan masyarakat secara resmi berakhir'," tegas Tedros.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas