China Hadapi Lonjakan Penumpang Transportasi Umum di Tengah Gelombang COVID-19
Stasiun kereta api di kota-kota besar China terlihat dipadati penumpang yang membawa banyak barang bawaan pada hari ini, Senin (16/1/2023).
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, BEIJING - Stasiun kereta api di kota-kota besar China terlihat dipadati penumpang yang membawa banyak barang bawaan pada hari ini, Senin (16/1/2023).
Banyak orang di kota-kota besar China melakukan perjalanan ke kampung halaman mereka menjelang liburan Tahun Baru Imlek yang secara resmi dimulai pada 21 Januari 2023.
"Saya belum pulang selama lebih dari tiga tahun," kata seorang warga Beijing berusia 23 tahun bermarga Che, yang dikutip dari Reuters.
Baca juga: China Bersiap Hadapi Lonjakan Kasus Covid-19 Jelang Libur Tahun Baru Imlek 2023
"Saya yakin saya akan sangat emosional begitu sampai di depan pintu rumah saya," ungkap Che yang ditemui di stasiun utama ibu kota China, Beijing.
Namun, para ahli kesehatan khawatir lonjakan jumlah penumpang transportasi umum di China dapat meningkatkan wabah COVID-19 di daerah-daerah yang kurang siap menangani wabah tersebut.
Setelah mengadopsi sistem penguncian atau lockdown dan kontrol pergerakan yang ketat sejak virus corona pertama kali muncul pada akhir 2019, China tiba-tiba menghentikan kebijakan nol-COVID pada awal Desember, sehingga menyebabkan virus tersebut menyebar tanpa terkendali ke populasi penduduknya yang berjumlah 1,4 miliar jiwa.
Pihak berwenang China mengatakan pada Sabtu (14/1/2023) hampir 60.000 orang meninggal di rumah sakit antara 8 Desember dan 12 Januari akibat COVID-19, sebuah peningkatan besar dari angka sebelumnya yang telah dikritik oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) karena tidak mencerminkan skala dan tingkat keparahan wabah tersebut.
Bahkan, angka-angka tersebut kemungkinan besar mengecualikan banyak orang yang meninggal di rumah, terutama di daerah pedesaan dengan sistem medis yang lebih lemah, kata seorang ahli kesehatan.
Beberapa ahli kesehatan memperkirakan lebih dari satu juta orang di China dapat meninggal akibat COVID-19 pada tahun ini.
Baca juga: Update Covid-19 Indonesia 15 Januari 2023: Tambah 239 Kasus
Menjelang liburan Tahun Baru Imlek atau juga dikenal sebagai Festival Musim Semi, yang secara resmi dimulai pada 21 Januari, media pemerintah China dipenuhi dengan cerita mengenai rumah sakit dan klinik pedesaan yang berusaha meningkatkan pasokan obat dan peralatan medis mereka.
"Puncak infeksi COVID di desa kami telah berlalu, tetapi Festival Musim Semi sudah dekat dan masih ada warga desa yang tertinggal, terutama orang tua, yang berisiko terkena infeksi sekunder," kata seorang dokter di provinsi Shaanxi dalam sebuah artikel yang diterbitkan media berita daerah Red Star News.
“Kalau anti virus dan obat lain lebih banyak, saya akan lebih percaya diri,” tambah dokter tersebut.
Selain obat demam dan persediaan oksigen, Komisi Kesehatan Nasional China mengatakan akan melengkapi setiap klinik desa dengan oksimeter denyut, sebuah alat yang diletakan pada ujung jari yang biasa digunakan untuk memeriksa kadar oksigen dengan cepat.
Perjalanan Menjelang Libur Tahun Baru Imlek di China