Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kasus Covid Arcturus Melonjak Saat Stok Vaksin Menipis

Varian baru sub varian Arcturus atau XBB 1.16 yang sangat menular jadi pemicu kenaikan Covid-19 dalam beberapa pekan terakhir.

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Kasus Covid Arcturus Melonjak Saat Stok Vaksin Menipis
TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN
Ilustrasi: Peserta vaksinasi menjalani skrining atau pemeriksaan kesehatan pada pelaksanaan vaksinasi booster kedua jenis Pfizer di Kota Bandung 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kasus covid-19 varian Arcturus belakangan bertambah. Tercatat Indonesia mencatat sebanyak 1.167 kasus baru Covid-19, Selasa (25/4). Kasus aktif kini sebanyak 10.898 kasus.

DKI Jakarta menyumbang jumlah kasus terbanyak dengan total 397. Disusul oleh Jawa Barat dengan total 225 kasus, kemudian Jawa Timur dengan total 206 kasus.

Pasien positif bertambah 1.167 menjadi 6.765.727. Pasien sembuh bertambah 841 menjadi 6.593.639. Pasien meninggal bertambah 8 menjadi 161.190.

Baca juga: Dinkes Jakarta: Jumlah Vaksin Covid-19 Menipis, Upaya Terbaik adalah Cegah Sakit

Saat kasus covid-19 varian acrturus perlahan merangkak naik justru stok vaksin Covid-19 menipis.

Kepala Seksi Surveilans, Epidemiologi dan Imunisasi Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, dr. Ngabila Salama mengungkap mencegah agar tidak sakit adalah upaya terbaik seiring menipisnya jumlah vaksin Covid-19.

"Saat jumlah vaksinasi yang menipis saat ini, mencegah sakit adalah upaya yang terbaik," ujarnya, Rabu(26/4).

Saat ini, kata dr Ngabila vaksin Pfizer tersisa 1.300 dosis saja se-DKI Jakarta. "Vaksin pfizer tersisa 1.300 dosis saja se DKI Jakarta," kata dr Ngabila.

Berita Rekomendasi

Lebih lanjut ia pun menjelaskan bagaimana cara mencegah agar tidak sakit. Diantaranya dengan disiplin bermasker terutama jika sedang sakit. Atau saat bertemu orang sakit, dan di transportasi umum.

Sedangkan pada anak, masker dapat dipakai untuk anak usia 2 tahun ke atas. Lebih lanjut, dr Ngabila menjelaskan jika situasi Covid-19 di Jakarta seminggu terakhir sangat terkendali.

Baca juga: Dinkes Jakarta: Jumlah Vaksin Covid-19 Menipis, Upaya Terbaik adalah Cegah Sakit

Tren kasus positif dan kematian tetap namun cenderung menurun. "Namun angka testing PCR menurun karena libur hari raya," kata dr Ngabila.

Jika melihat kasus pertama Arcturus di Jakarta, biasanya dibutuhkan waktu 4-8 minggu untuk menjadi dominan dan puncak kasus.

Oleh karena itu perlu dilakukan pemantauan kasus 2-4 minggu mendatang.

Upaya penyebaran virus yang masif terutama pascalibur hari raya dan antisipasi persiapan puncak gelombang kasus Arcturus dilakukan dengan melakukan deteksi dini.

Segera lakukan antigen atau PCR gratis untuk yang bergejala atau kontak erat kasus positif. Bergejala batuk, pilek, sakit tenggorokan, demam, mata merah.

Pelaksanaan vaksinasi virus corona (Covid-19) untuk mencapai kekebalan komunal atau herd immunity. (ist)
Pelaksanaan vaksinasi virus corona (Covid-19) untuk mencapai kekebalan komunal atau herd immunity. (ist) (istimewa)

Pada orang yang baru pulang dari mudik tidak perlu melakukan swab antigen atau PCR, begitu pun karantina mandiri di rumah.

"Ini sudah tidak perlu lagi. Yang penting kalau bergejala atau kontak erat PCR gratis ke puskesmas kecamatan terdekat di Jakarta," terang dr Ngabila.

Ia pun mengimbau untuk cegah komplikasi dan kematian dengan minum obat komorbid dengan teratur dan segera lakukan vaksinasi lengkap.

Sementara itu, Juru Bicara Kementerian Kesehatan dr. Mohammad Syahril meminta masyarakat agar kembali lagi mengenakan masker terutama bagi mereka yang sedang sakit.

“Masyarakat agar aktif kembali memakai masker, terutama untuk orang yang sedang sakit (flu), orang yang kontak erat dengan orang yang sedang sakit, dan apabila kita berada di keramaian dan kerumunan. Tidak lupa jaga kesehatan untuk mencegah kasus kembali naik,” kata Syahril.

Baca juga: Jubir Pemerintah Ingatkan Status Pandemi Covid-19 di Indonesia Belum Dicabut

Varian baru sub varian Arcturus atau XBB 1.16 yang sangat menular jadi pemicu kenaikan Covid-19 dalam beberapa pekan terakhir.

Gejala dari varian ini antara lain mata merah terutama pada anak-anak, demam atau menggigil, batuk, sesak napas atau kesulitan bernapas, kelelahan, nyeri otot atau tubuh, sakit kepala, kehilangan rasa atau bau, sakit tenggorokan, hidung tersumbat atau pilek, mual atau muntah, dan diare.

“Kita wajib menjaga kelompok lanjut usia sebagai kelompok yang rentan tertular dan masuk rumah sakit,” ujar Syahril.

Sub varian Arcturus banyak ditemukan di India. Jika ditilik dari sejarah naik dan turunnya kasus Covid-19, Indonesia selalu mengikuti pola yang terjadi di India. India mengalami lonjakan kasus hingga 20 persen dalam sehari dengan kasus per hari mencapai lebih dari 12.500.

“Sejarah juga menunjukan di Indonesia kasus Covid-19 melonjak bukan karena perjalanan dan hari libur tapi karena adanya varian baru. Untuk itu masyarakat jangan lengah. Ayo kita pakai masker lagi dan hidup sehat,” kata Syahril.(Tribun Network/ais/rin/wly)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas