DPD RI: MOS Harus Menyenangkan Karena Itulah Esensi Pendidikan
Wakil Komite III DPD RI Fahira Idris mengungkapkan MOS sebaiknya diisi kegiatan positif yang menyenangkan. Kegiatan berbau plonco harus dihapuskan.
Penulis: Sponsored Content
TRIBUNNEWS.COM – Kegiatan Masa Orientasi Siswa (MOS) di sekolah sebaiknya diisi berbagai kegiatan positif yang bertujuan membentuk karakter murid.
Nilai-nilai seperti kejujuran, sportifitas, kompetitif, disiplin dan penuh inisiatif sudah sepantasnya ditanamkan kepada para calon penerus bangsa sejak dini. Sebab, hal tersebut nantinya akan bermuara pada sumber daya manusia yang berkualitas.
Namun, hal tersebut terganjal satu permasalahan klasik yang telah mendarah daging dalam sistem pendidikan Indonesia, yakni senioritas yang hanya mengedepankan perendahan diri para peserta didik baru.
Hal itu masih pula diperburuk oleh keluhan yang kerap dilontarkan para orangtua murid. Mereka menyatakan MOS sering kali memberatkan, karena pihak orangtua menjadi harus ikut mempersiapkan berbagai macam atribut, logistik, dan peralatan yang diperintahkan senior.
Atas dasar itu, tidak heran jika DPD RI melontarkan argumen bahwa MOS sebaiknya diisi kegiatan-kegiatan yang bermanfaat. Segala kegiatan yang mengandung unsur perploncoan sudah seharusnya dilarang pihak sekolah.
Wakil Ketua Komite III DPD RI Fahira Idris mengatakan, sebaiknya semua sekolah di Indonesia mempunyai acuan resmi panduan kegiatan MOS pada tahun depan.
Itu semua dilakukan agar kegiatan MOS berlangsung dengan nuansa yang penuh apresiasi positif.
“Beberapa sekolah memang punya kreativitas membuat kegiatan MOS yang mendidik, tapi sangat banyak sekolah yang kegiatan MOS-nya tidak jelas. Para kepala sekolah dan guru hanya diam saja,” tutur Fahira di Jakarta, Jumat 31 Juli 2015 lalu.
Dengan demikian, Fahira menyatakan panduan teknis tentang tema, materi, dan kegiatan selama MOS harus dibuat serinci mungkin agar jelas duduk perkaranya. Meski hal tersebut terkesan terlalu mendikte, tapi ia menegaskan hal tersebut perlu dilakukan.
Pasalnya, hingga kini Fahira masih mendapat laporan masyarakat yang menyatakan kegiatan MOS masih mempermainkan peserta didik baru, seperti datang terlalu pagi, membawa barang-barang yang aneh, atau diperintahkan memakai atribut yang tidak pantas.
“Tahun depan tidak boleh lagi ada kegiatan MOS seperti itu. MOS harus menyenangkan karena itulah esensi pendidikan,” tegasnya.
Lebih jauh, Fahira berpendapat, MOS merupakan momen tepat untuk pembentukan karakter para siswa. Oleh karena itu, ia mengharapkan materi dan kegiatan MOS dapat berupa games atau pelatihan yang bertujuan menambah ilmu dan pembentukan karakter.
“Kenapa tidak diisi dengan sosialisasi bahaya narkoba atau miras? Kenapa tidak diisi dengan materi antikorupsi yang jadi penyakit besar bangsa ini?” ucap Fahira mencontohkan.
Sebagai tindak lanjut, Wakil Ketua Komite III DPD RI yang mengurusi bidang pendidikan itu pun mengharapkan kementerian terkait dapat mendesain kegiatan baku MOS.
Segala bentuk perploncoan dan kegiatan lain yang merendahkan peserta didik baru harus dihapuskan dari sistem pendidikan Indonesia.
Selain itu, peraturan dan surat edaran yang melarang segala bentuk perploncoan pun harus diikuti langkah teknis yang nyata di lapangan.
Dengan demikian, MOS adalah kegiatan pengenalan yang beratmosfer menyenangkan dan tidak menyusahkan banyak pihak, baik sekolah, murid, maupun para orangtua siswa. (advertorial)