Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ketua Komisi IV DPR RI Edhy Prabowo Dorong Pemerintah Wujudkan Kedaulatan Pangan

Namun, sayangnya, sistem pengelolaan pangan di Indonesia masih tidak berubah

zoom-in Ketua Komisi IV DPR RI Edhy Prabowo Dorong Pemerintah Wujudkan Kedaulatan Pangan
Istimewa
Edhy Prabowo 

TRIBUNNEWS.COM - Ketua Komisi IV DPR RI, Edhy Prabowo mendorong pemerintah untuk bisa mewujudkan kedaulatan pangan. Hal tersebut diungkapkannya usai sidang paripurna DPR, Senayan, Selasa (17/5).

“Indonesia sangat mungkin mencapai kedaulatan pangan, pertama karena mayoritas penduduk Indonesia mata pencariannya di sektor pertanian. Kedua iklim di Indonesia hanya mengenal dua musim, yakni hujan dan kering, hal ini memungkinkan untuk bisa ditanami sepanjang tahun. Ketiga enam puluh persen cadangan pangan di Khatulistiwa itu ada di Indonesia. Hal Ini menandakan bahwa Indonesia memang tempat yang strategis di sektor pangan, bisa ditanami sepanjang musim selama masih ada tanah, matahari dan hujan. Kita memiliki tanah yang sangat subur. Kondisi-kondisi demikian merupakan peluang besar bagi negara kita,”papar Edhy.

Sayangnya, lanjut politisi dari Fraksi Partai Gerinda ini, dari tahun ke tahun system pengelolaan pangan di Indonesia masih tidak berubah. Setiap Ramadhan, Idul Fitri, tahun baru dan hari-hari besar lainnya terjadi kelangkaan pangan. Ia melihat ada yang salah dari semua itu, yakni lebih kepada tata kelola yang kurang baik.

“Kalau penekanan masalahnya hanya pada produksi, saya melihat tidak juga. Karena cadangan beras kita di Bulog itu ada lebih dari dua juta ton, artinya kita punya kemampuan. Ada peningkatan tanam. Ada empat ratus ribu hektar pertambahan tanaman baru, dan ini bisa ditingkatkan lagi.  Sehingga jika bicara tentang produksi pangan kita bagus, tidak ada masalah,”ungkapnya.

Oleh karena itu Edhy mendorong Menteri Pertanian dan Menteri Perdagangan sebagai pengelola distribusi pangan untuk berkordinasi dan bekerjasama dengan baik. Sektor perdagangan jangan merasa karena memiliki hak impor maka mindsetnya selalu impor.

Hanya karena satu kota yang mengalami kelangkaan maka menganggap hal itu juga berlaku bagi kota lain. Sehingga langsung mengambil langkah impor. Padahal kondisi satu daerah berbeda dengan daerah lainnya.  

“Misalnya saja beberapa waktu lalu, di Bandung hanya cabai mencapai 45 ribu per kilo, ketika pemerintah akan impor cabai ternyata di Cianjur harga cabai berkisar 20-15 ribu per kilo, cabai dalam negeri malah surplus. Untungnya impor bisa digagalkan, kalau tidak petani semakin menjerit karena harga semakin jatuh. Oleh karena itu perlu kerjasama dan kordinasi yang baik antara Menteri pertanian dan perdagangan, agar semuanya berjalan dengan baik, masyarakat dan petani dalam negeri pun tercukupi, dan Indonesia bisa mewujudkan kedaulatan pangan,”pungkasnya. (Ayu)

Berita Rekomendasi
Admin: Sponsored Content
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas