Arteria Dahlan: "Perbuatan Pelaku Vaksin Palsu Sangat Biadab dan Tidak Berperikemanusiaan
Anggota fraksi PDI Perjuangan, Arteria Dahlan meminta pemerintah segera mengumumkan hasil investigasi peredaran vaksin palsu, sarana dan prasarana.
Penulis: Muhammad Zulfikar
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota fraksi PDI Perjuangan, Arteria Dahlan meminta pemerintah segera mengumumkan hasil investigasi peredaran vaksin palsu.
Baik itu jenis vaksin, sarana dan prasarana pelayanan kesehatan masyarakat yang digunakan baik itu rumah sakit, klinik, dokter, tenaga kesehatan, petugas pengadaan, cakupan peredaran.
"Maupun korban yakni siapa saja yang telah menggunakan atau diberikan vaksin yang ternyata palsu tersebut untuk segera dan sedapat mungkin dilakukan upaya pemulihan," kata Arteria melalui pesan singkatnya, Senin (4/7/2016).
Arteria menuturkan, kita sudah melihat, perbuatan pelaku sangat biadab dan tidak berperikemanusiaan. Dikatakannya, pelaku seperti ini tidak pas dikenakan sanksi hukuman biasa karena perbuatan mereka sangat luar biasa, menghancurkan sumber daya manusia penerus masa depan bangsa.
"Tidak cukup hukumannya 20 tahun. Pertama, ini masalah daya rusak sumber daya manusia Indonesia bagaimana mungkin kita membangun manusia Indonesia seutuhnya kalau jiwa dan raganya bermasalah dimana kesehatan, kekebalan tubuh menjadi prasyarat utama," tuturnya.
Masalah ini lanjut Arteria tidak sederhana dengan hanya menyatakan ini pelanggaran terhadap UU kesehatan, UU perlindungan konsumen dan pencucian uang, ini serius and extra ordinary crime.
Ini merupakan persoalan kebangsaan dan ancaman serius bagi nasib bangsa ke depan, jadi hukumannya pun harus setimpal. Analoginya sederhana, pengedar narkoba yang pembelinya saja paham akan merusak jiwa raga dihukum mati, ini kan lebih jahat dari itu.
Kedua, kasus ini sudah menimbulkan keresahan dimasyarakat, yang mampu mendistrust pemerintah dlm konteks 'melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah indonesia'. Dirinya heran ada vaksin maupun obat yang harusnya berfungsi meningkatkan daya tahan tubuh, kekebalan maupun kesehatan justru sebaliknya.
"Ketiga, kasus ini bisa menggagalkan program pemerintah yang sudah berjalan dan disosialisasikan selama 60 tahun, nanti orang tua akan enggan membawa anak-anaknya ke fasilitas pelayanan kesehatan karena terbukkti vaksinnya palsu. Bayangkan kalau kejadian ini terjadi, tradisi baik dengan perjuangan puluhan tahun ini bisa sia-sia dan kedepan kita bermasalah dengan sumber daya manusia," tandasnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.