Fadli Zon: Integritas Sebagai Kunci Pemberantasan Korupsi
Ketua BKSAP DPR RI, menekankan pentingnya peran parlemen dalam meningkatkan budaya integritas sebagai faktor kunci pemberantasn korupsi
Editor: Content Writer
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Global Organization of Parliamentarians Against Corruption (GOPAC) Fadli Zon, yang juga Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI, menekankan pentingnya peran parlemen dalam meningkatkan budaya integritas sebagai faktor kunci pemberantasan korupsi.
Integritas adalah antitesa dari korupsi. Itu sebabnya, budaya integritas menjadi elan vital bagi setiap penyelenggara pemerintahan, dalam mendukung tercapainya agenda pembangunan berkelanjutan.
Pandangan tersebut menjadi pembuka The 7th Global Conference of Parliamentarians Against Corruption di Doha, Qatar, 9 Desember 2019.
Baca: Kota Surakarta Siap Laksanakan Pilkada 2020
“Selama ini, pendekatan tradisional yang bertumpu pada pembentukan undang-undang dan penegakkan hukum, tidak lagi memadai untuk membangun mekanisme yang efektif dalam pemberantasan korupsi. Karena itu tidak heran, meski setiap negara berhasil memproduksi ratusan regulasi setiap tahunnya, namun corruption perception index tidak mengalami peningkatan yang signifikan. Bahkan banyak yang menurun.”
“Ini menandakan, pendekatan tradisional yang selama ini dijalankan dalam pemberatasan korupsi, mengandung keterbatasan. Dan hal tersebut hanya bisa dijawab dengan menghadirkan budaya integritas di setiap institusi publik.”
“Korupsi adalah ancaman serius bagi pembangunan berkelanjutan. Dan bahayanya, ancaman itu hadir di dalam tubuh penyelenggara pemerintahan dan negara. Baik eksekutif maupun legislatif. Di tingkat nasional-regional- dan bahkan global.”
"Karena itu, pemerintahan yang berintegritas, menjadi faktor kunci pemberantasan korupsi. Selama praktik korupsi masih masif, maka pemerintahan akan selalu dalam kondisi lemah untuk merealisasikan pembangunan kepada rakyatnya.”
Dalam forum yang dihadiri Deputy Emir Qatar, Shaikh Abdullah bin Hamad Khalifah Al-Thani, dan sejumlah pimpinan parlemen dunia, Fadli Zon, menyerukan tiga rekomendasi bagi parlemen dunia untuk mewujudkan pemerintahan yang berintegritas.
“Pertama, adanya kepemimpinan politik yang mampu menunjukkan komitmen kuat dalam upaya mengimplementasikan pemantauan aset yang komprehensif. Kedua, adanya keterlibatan dan partisipasi publik baik dari organisasi profesional maupun para pemuka agama. Dan ketiga, adanya kerjasama antarparlemen dalam pemberantasan korupsi pada satu platform bersama. Dan dalam konteks ini, GOPAC membuka diri kepada setiap anggota parlemen, mantan anggota parlemen negara G20, dan organisasi-organisasi internasional untuk berkolaborasi.”
“Ketiga rekomendasi tersebut, menjadi kunci untuk membentuk suatu pemerintahan yang tidak hanya berintegritas, namun juga responsif terhadap berbagai permasalahan.”
Baca: Fadli Zon Foto Bareng Youtuber yang Posting Ini, Jerome Polin: Mending Gak Terkenal Tapi Berkualitas
Penyelenggaraan the 7th Global Conference of Parliamentarians Against Corruption, yang bertepatan dengan peringatan hari anti korupsi sedunia, menandai berakhirnya tanggung jawab Fadli Zon sebagai Presiden GOPAC.
“Sejak saya dilantik sebagai Presiden GOPAC periode 2015-2017, dan terpilih kembali untuk periode 2017-2019, saat ini keanggotaan GOPAC telah hadir di 65 negara yang terbagi ke dalam 5 regional chapter; Arab, Afrika, Amerika Latin, Asia Tenggara, dan Oseania.”
“Selama dua periode tersebut, GOPAC berhasil memberikan kontribusi yang luas pada tiga isu utama; Sustainable Development Goals (SDGs), implementasi UNCAC, dan Open Government.”
“Untuk mendorong implementasi SDGs, misalnya, pada 2016 GOPAC bekerjasama dengan United Nation Development Program (UNDP), Islamic Development Bank (IsDB), dan Westminister Foundation for Democracy (WFD), berkolaborasi menghasilkan “Handbook on the Role of Parliament in achieving the Sustainable Development Goals (SDGs).”