Rafli Attar Rico, Wakil Indonesia di Kejuaraan Dunia Pokemon, Main Kartu 12 Jam Sehari
Attar mewakili Indonesia tampil pada Kejuaraan Dunia Pokemon 2022 yang berlangsung di London, Inggris, Kamis-Minggu (18-21/8).
Penulis: Alfarizy Ajie Fadhillah
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
Rafli Attar Rico, Wakil Indonesia di Kejuaraan Dunia Pokemon, Main Kartu 12 Jam Sehari
TRIBUNNEWS.COM - Nama Rafli Attar Ricco mungkin asing buat kebanyakan orang namun tidak untuk pecinta kartu Pokemon di Tanah Air.
Attar langganan juara dan sudah berkecimpung di dunia permainan ini sejak tahun 2013. Pria yang berdomisili di Bekasi, Jawa Barat itu kini tengah membela Merah Putih di panggung dunia.
Attar mewakili Indonesia tampil pada Kejuaraan Dunia Pokemon 2022 yang berlangsung di London, Inggris, Kamis-Minggu (18-21/8).
Ia tampil di sana setelah menjadi juara nasional. Mahasiswa jurusan ilmu hukum semester lima ini mengalahkan 31 trainer lain pada babak grand final, Juni lalu.
Tribunnews.com, berkesempatan mewawancarai Attar sebelum ia terbang ke London, Inggris. Berikut hasil wawancara eksklusif dengan Attar yang berlangsung di kawasan Setiabudi, Jakarta Selatan, Senin (16/8) lalu:
Baca juga: Pokemon Unite Rilis dalam Versi Mobile: Berikut Link Download, serta 5 Roles yang Bisa Dimainkan
Kapan Anda pertama kali mengenal permainan kartu Pokemon?
Saya pertama kali kenal Pokemon itu diajak kawan. Awalnya cuma buat senang-senang, mengisi waktu luang, kalau enggak salah di tahun 2013. Dulu pertama kali main itu antara kelas 6 SD atau kelas 1 SMP. Saya coba main kurang lebih dua bulan pertama dan ternyata seru ya. Teman lalu ajak untuk ikut lomba tingkat nasional dan pertama kali ikut ya kalah. Di tahun 2014 atau 2015, saya menembus semifinal. Kemudian pada beberapa lomba, saya pernah juara. Saya pikir ternyata ada potensi juga untuk juara.
Akhirnya tahun 2016 itu saya lolos ke Kejuaraan Dunia Pokemon (di San Francisco, Amerika Serikat) untuk pertama kali. Itu saya main di level senior (usia 13-18 tahun), saya peringkat tiga dunia. Tahun depannya, 2017, saya naik (level) master karena umur sudah 19 tahun tepatnya di bulan Desember di London, sama tempatnya dengan kejuaraan dunia tahun ini. Waktu itu tingkatnya regional dan saya sampai babak perempat final. Dari situlah teman-teman mengapresiasi pencapaian saya karena pertama kali menyentuh level master, bisa melangkah sejauh itu.
Apa tanggapan orangtua saat pertama kali Anda menekuni dunia ini?
Sebenarnya orangtua memperbolehkan untuk bermain seperti di weekend dan saya dikasih uang jajan. Akhirnya saya menabung untuk membeli kartu Pokemon. Semenjak pertama kali (ikut kejuaraan) di dunia, dan dapat hadiah yang lumayan besar, ratusan juta, mama mulai setuju. Dia (mama) bilang kalau ini hobi kamu, ya lanjutkan, karena waktu itu kan saya sudah mulai besar ya, usia SMP dan SMA.
Terkait kejuaraan di London, bisa diceritakan proses awalnya?
Karena tahun ini masih pandemi Covid-19, jadi enggak bisa mengadakan lomba dengan kapasitas besar. Biasanya lomba nasional itu ratusan orang main di satu ballroom atau venue mal gitu. Namun karena pandemi, kami harus penyisihan di kota-kota. Nah saya kan kuliah di Solo, jadi waktu itu ikut kualitikasi di Semarang karena di Solo waktu itu enggak ada. Main di Semarang, juara dan akhirnya lolos regional dan lolos tingkat nasional. Di nasional itu ada 32 (trainer) terbaik dari setiap kota. Saya main 4 sampai 5 kali hingga akhirnya juara. Pas juara, saya pakai "deck Mew VMEX", itu update terbaru tapi daftarnya deck-nya saya buat sendiri.
Bagaimana perkembangan dunia kartu Pokemon di Indonesia?
Dulu pertama kali beli royal deck itu harganya Rp 200.000 sampai 300.000. Sekarang kan royal deck ada yang harganya Rp 80.000 yang versi bahasa Indonesia. Sekarang perkembangannya jauh (lebih mudah), harga kartu juga mudah dijangkau karena dulu kan kartunya bahasa Inggris, dan Pokemon baru cetak kartu versi Bahasa Indonesia itu tahun 2019. Dulu waktu kartu Pokemon bahasa Inggris, itu pemainnya jago-jago banget, tapi itu komunitasnya kecil, di nasional aja cuma 30-40 orang, kurang kompetitif. Padahal di Amerika Serikat atau Eropa sudah jadi suatu pekerjaan juga. Kalau di Indonesia mungkin kurang perhatian saja sih, karena belum menentu nominal hadiahnya, jadi seperti pekerjaan sampingan. Yang jelas perkembangannya sekarang ini drastis ya, mungkin karena faktor kemudahan menjangkau kartu Pokemonnya. Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi) itu paling ramai komunitasnya. Permainan ini seperti catur, yang butuh strategi dan mental, jadi walaupun sudah mau menang tapi enggak fokus, malah bisa blunder, makanya harus punya mental yang stabil juga. Butuh jam terbang yang artinya harus rutin diselenggarakan turnamen.
Tips Anda untuk pemula yang ingin bermain kartu Pokemon?
Coba dulu main Pokemon, tonton kompetisinya karena saya pun dari situ belajarnya. Kemudian mulai coba ikut perlombaan, pasti suasananya beda kan, nanti setelah sudah merasakan vibes-nya, dan sudah melihat ada potensi pasti lanjut main. Terkait pembagian waktu, karena saya sudah punya dasarnya, cuma ketika mau ada event besar, 1-2 minggu sebelumnya itu saya latihan dulu, online. Tapi kalau lagi libur, dulu saya bisa main 12 jam dalam sehari. (m39/eko)