Alasan Mengejutkan di Balik Keputusan RRQ Tak Ikut Liga Esports Nasional
Presiden RRQ, Pak AP akhirnya buka suara soal alasan timnya tak mengikuti Liga Esports Nasional (LEN).
Penulis: Muhammad Ali Yakub
Editor: Dwi Setiawan
TRIBUNNEWS.COM - Presiden RRQ, Pak AP akhirnya buka suara soal alasan timnya tak mengikuti Liga Esports Nasional (LEN).
Seperti diketahui, Liga Esports Nasional merupakan turnamen resmi yang dikelola langsung oleh Pengurus Besar Esports Indonesia (PBESI).
Artinya, Liga Esports Nasional didukung penuh oleh pemerintah Indonesia.
Sama halnya kompetisi sepak bola, Liga Esports Nasional juga menjadi 3 kasta, Liga 1, Liga 2, dan Liga 3.
Liga Esports Nasional juga ada sistem promosi dan degradasi setiap tahunnya.
Sejauh ini, Liga Esports Nasional sudah berjalan selama dua musim dengan juara pertamanya adalah Pajajaran Esports.
Hadiah Liga Esports Nasional pun juga tak main-main.
Pajajaran Esports berhasil meraup uang sebesar Rp380 juta untuk juara pertama dan Rp225 juta untuk prize pool babak playoff.
Artinya, total hadiah Pajajaran Esports pada musim lalu sekitar Rp605 juta.
Baca juga: Liga Esports Nasional 2024 Siap Digelar, Sajikan Hadiah Rp 3,2 Miliar
Meski mendapatkan nominal yang cukup meyakinkan ternyata tak membuat Team RRQ tertarik.
Pak AP alias Andrian Pauline selaku CEO RRQ akhirnya menjelaskan alasannya.
Menurutnya, banyaknya divisi di Team RRQ menjadi penyebab salah satu alasannya.
Seperti diketahui Team RRQ memiliku banyak divisi, mulai dari Mobile Legends, PUBG Mobile, Free Fire, Valorant, Honor of Kings.
Dari Mobile Legends saja Team RRQ tersebar menjadi 4 tim. Seperti RRQ Kaito di Filipina, RRQ Kaira di Brasil, dan RRQ Sena serta RRQ Hoshi di Indonesia. Tak ayal, dengan banyaknya divisi membuat Pak AP kepusingan.
“Kenapa RRQ nggak buat tim di Lignas (Liga Esports Nasional)? Aduh, (RRQ) terlalu banyak divisinya, kalau menurut saya," jelas Pak AP dikutip dari GGWP.
Tak hanya itu, Pak AP menyebut bahwa Liga Esports Nasional hanya bersifat sementara.
Menurut Pak AP, Liga Esports Nasional tak tahu akan bertahan hingga kapan.
Berbeda dengan MPL Indonesia yang bersifat franchise.
Artinya, MPL Indonesia yang menggunakan sistem franchise akan menguntungkan bagi tim yang berkompetisi di dalamnya.
Terlebih, MPL Indonesia saat ini sudah memasuki Season 14.
"Terus, timing-nya kurang tepat buat bikin tim Lignas, karena benar-benar temporary banget,” jelas Pak AP.
Lebih lanjut, Pak AP menjelaskan Liga Esports Nasional yang hanya berkompetisi sebanyak sekali dalam setahun terlalu membuatnya risiko.
Pasalnya, pengoperasian satu tim itu membutuhkan biaya yang tidak murah.
“Liganya ada satu tahun sekali, kan? Jadi, rada gimana gitu. Terus, biaya operasi satu tim itu, juga tidak murah. Banyak pertimbangan lah,” pungkasnya.
(Tribunnews.com/Ali)