Tradisi Unik Jemaah Haji Madura, Ganti Nama Setelah Pulang Dari Makkah
Ada tradisi unik yang dilakukan jemaah haji asal Madura.Mereka mengubah nama usai pulang dari Tanah Suci.
Penulis: Husein Sanusi
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Muhammad Husain Sanusi Dari Makkah
TRIBUNNEWS.COM, MAKKAH - Ada tradisi unik yang dilakukan jemaah haji asal Madura.Mereka mengubah nama usai pulang dari Tanah Suci.
Mistiya (58) jemaah haji asal Pamekasan, Madura, sepulang dari Tanah Suci usai menunaikan ibadah haji namanya berubah menjadi, Hj Siti Solihah. Sementara suaminya, Sapari (63) berubah menjadi H Syamsuddin.
Itulah tradisi unik jemaah haji asal Madura, mereka mengubah nama mereka setelah menunaikan ibadah haji di Makkah Al Mukarromah.
Nama baru tersebut ternyata tidak asal berubah tapi ada Kyai atau pembimbing haji yang memberikan nama tersebut.
Mistiya menunjukkan nama barunya lewat secarik kertas yang ditulis dengan tulisan Arab.
“Saya mendapatkan nama baru ini dari KH Muhammad Hariri. Kita semua yang meminta diberi nama baru lalu ditulis dalam sebuah kertas putih,” kata Mistiya di Hotel Arkan Bakkah, Makkah.
Jemaah haji asal Madura yang menginap di Hotel Arkan Bakkah memang baru selesai berkumpul dengan pembimbing hajinya.
Pertemuan ini untuk meminta nama baru.
“Tidak dipungut biaya saat meminta nama dari Kyai kami,” ujar Mistiya.
Setelah mendapatkan nama baru, Mistiya lalu mengabari nama barunya tersebut kepada keluarganya terutama anak-anaknya yang ada di Madura.
“Saya akan kabari anak saya lewat sms untuk memberitau nama baru setelah haji sekaligus ngirim foto saya dan suami di Makkah. Foto dan nama barunya akan dicetak lalu dipigura dan ditempel di atas tembok buat hiasan dinding sekaligus mengumumkan kepada para tetangga nama baru kami setelah haji,” ujar Mistiya.
Sementara Sapari menjelaskan nama baru ini biasanya ditanyakan oleh para tetangga setelah pulang haji.
Bahkan nama baru ini menjadi panggilan sehari- hari menggantikan nama sebelumnya.
“Seperti saya ini mendapatkan nama baru Haji Syamsuddin, nanti di kampung orang-orang tidak lagi memanggil Sapari tapi Haji Syamsuddin. Dan nanti nama baru itu akan lebih terkenal dibandingkan nama lamanya,” ujar Sapari bersemangat.
Meski demikian, perubahan nama tersebut tidak akan mengubah data-data pada dokumen kependudukan atau dokumen-dokumen penting lainnya seperti KTP, KK atau Ijazah lulusan lembaga sekolah.
“Di dokumen akan tetap menggunakan nama lama, nama baru ini hanya nama dan gelar setelah haji tapi akan menjadi nama panggilan populer di masyarakat,” ujar Sapari.
Bagaimana Hukumnya Dalam Islam? Bertentangan atau Tidak dengan Syariat?
Apakah tradisi orang Madura mengubah nama ini bertentangan dengan Syariat?
Konsultan Ibadah, KH Ahmad Wazir, menjelaskan dari sisi sejarah dan syariat terkait dengan hal tersebut.
“Tentang ganti nama itu terjadi ketika haji zaman dulu diurus oleh maktab dari para syekh yang menjadi pemandu jemaah haji. Dari sisi agama, literatur belum saya jumpai, itu hanya aspek tradisi maksudnya ya untuk tabarruk, ngalap berkah,” kata KH Ahmad Wazir.
KH Ahmad Wazir menambahkan, jika nama asli jelek, memang seharusnya di ganti yang lebih bagus, atau tradisi Jawa, istilahnya kabotan jeneng, atau seseorang sering sakit sakitan juga.
“Sebagian Kyai ada yang menyarankan ganti nama, kalau yang terakhir ini ada penjelasannya dalam sebagian kitab, ini banyak benarnya. Contoh seseorang yang namanya ada fa' nya biasanya kecilnya sakit sakitan terus, fa' itu karakternya bawa penyakit, maka Ummul Kita itu hurufnya gak ada fa' nya, sebab Qur'an itu jika di peras jadi fatihah,sedangkan sebutannya adalah "Syifa" sebagai obat penyembuh, biar tidak kontradiktif Allah memilihkan huruf dalam Ummul Kitab tidak ada fa'nya,” jelas KH Ahmad Wazir.