Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Duet Engkong Senior Saat Berhaji, Kakek Ahmad Setia Dorong Kursi Roda Mahrum Sahabat yang Lebih Muda

Berniat haji belasan tahun lalu hingga ditakdirkan bersama  menjalankan ibadah haji ke tanah suci dialami dua jemaah haji lansia ini. 

Editor: Anita K Wardhani
zoom-in Duet Engkong Senior Saat Berhaji, Kakek Ahmad Setia Dorong Kursi Roda Mahrum Sahabat yang Lebih Muda
TRIBUNNEWS.COM/THAMZIL THAHIR
DUET LANSIA BETAWI - Amad (82) mendorong kursi roda sahabatnya, Mahrum (77) di pelataran timur Masjid Nabawi, Madinah, Kamis (7/6/2023). Amad dan Mahrum adalah jemaah kloter 23 Jakarta Pondok Gede. 

TRIBUNNEWS.COM, MADINAH - Berniat haji belasan tahun lalu hingga ditakdirkan bersama  menjalankan ibadah haji ke tanah suci dialami dua jemaah haji lansia ini. 

Mahrum bin Mustar dan Amad Samaun Sada pun berduet menjalani takdir pergi haji bersamaan.

Mereka ditakdirkan berhaji bersama, meski tak ada pertalian darah. 

Baca juga: Jemaah Haji Diminta Mewaspadai Heat Stroke saat Melaksanakan Salat Jumat di Tanah Suci

Mereka bersahabat, dipersatukan saat niatnya ke tanah suci belasan tahun silam. 

Persahabatan tulus ini terjalin saat   ini semakin terjalin indah saat niat itu terwujud pada musim haji 2023 ini.

Ya, dua pria kelahiran Betawi dan Banten ini tercatat sebagai jemaah kloter 23 Jakarta Pondok Gede.

Mahrum yang berusia 78 tahun  mengaku ditakdirkan berkursi roda, dua tahun terakhir.

Berita Rekomendasi

Sedangkan si pria Banten, Amad Samaun Sada, setuju jadi pendorong Mahrum dan kursi rodanya.
Umur Amad, 82. Tua empat tahun dari Mahrum.

Mereka dua dari sekitar 67 ribu calon jamaah haji Indonesia berkategori resmi "lanjut usia".

Mereka adalah dua "tamu Allah dan Rasulullah" dengan status lansia mandiri dan bahagia.

Baca juga: Sektor Khusus Masjid Nabawi Prioritaskan Jemaah Haji Lansia dan Disabilitas Agar Bisa Masuk Raudhah

Sebelas tahun lalu, niat berhaji mempertemukan mereka.

Tidak kencan, pertemuan awal mereka di selasae kantor bank penerima setoran haji di kecamatan Pasar Kemis, Tangerang, Banten.

Sejak itu, mereka akrab.

Ternyata, dulu mereka se'profesi', "sama-sama pensiunan pedagang Pasar Tanah Abang.

"Sejak awal jaman PKI, Pak Harto hingga Habibie. Saye jualan karung goni, naik sepeda keliling Jakarta, Mahrum dagang kain." kata Amad, dalam kelakar.

Seperti orang Betawi, kebanyakan, pembicaraan mereka ceplos, polos, dan tak boros kalimat.

Kisah-kisah serius, dikemas dalam nada canda.

"Itu, jamu awet mudanye Orang Betawi kan Mad," kata Mahrum akrab.

Keakraban mereka tak dibuat-buat.

Emosi persahabatan mereka tularkan ke bini, anak, mantu, kerabat, hingga tetangga.

Mereka menyebut dirinya, "duet engkong senior".

"Babe itu kalau baru punya anak. Kalau "engkong" baru bercucu. Kalo engkong senior sudah bercicit."

Mahrum punya 1 cicit, 16 cucu dari "setengah lusin anak." katanya.

Sedangkan Amad, lebih senior lagi. Dia sudah punya 4 cicit, 21 cucu dari 10 anak dan 1 istri.

Belum lagi, Amad menyebut nama istrinya, Mahrum menimpali.

"Mad, jangan bohong Lu. Ini Tanah Haram. Kamu punya 1 istri tapi dua kali nikah, kan..!

Amad pun tertawa membenarkan. "Betul, saya punya satu istri. Tapi dua kali saya nikahi. Cerai lalu rujuk lagi."

Baik Amad dan Mahrum, masih ingat nama lengkap anaknya, namun tak hapal satu persatu nama cucu dan cicit mereka.

"Kalau nama generasi kami cuma satu kata. Nama anak kami beri dua kata. Tapi cucu kami sudah tiga ampe empat kata, susah ngapalnya." ujar Amad.

Amas pun terbata-bata menyebut 10 nama anaknya. Si Sulung, Haji Rohadi, Suryana, Suryani, Nurdin, Aping, Rohim, Juhariah, dan Mahmuhudin anak kedelapan.

Saat akan menyebut anak ke-9, Amad mulai lupa. Dia langsung pada anak ke10, Siti Bahiroh.

Namun, tiga menit kemudian, setelah Mahrum melafalkan nama lengkap enam anaknya, Amad spontan memotong; "yang kesembilan namanya Siti Rohmah."

Enam anak Muharam adalah, Siti Mabruroh Faqiyah, berurut Arwan Holidin, Qulyatun Hibtiyah, Ahmad Qoyubi, Imam Tantowi dan si bungsu Nurul Amaliah.

Keduanya bersyukur masih bisa menyaksikan cucu mereka menikah dan Tuhan memberi kesempatan "menimang" cicit-cicit mereka.

Sebelum ke Tanah Suci, saban bertemu di Tanah Air, pokok cerita dimulai dan diakhiri update berita haji, manasik haji, dan rencana mereka kala dan sesudah berhaji.

"Pulang haji, saya mau ajak anak bini. ke rumah Haji Amad," ujar Mahrum berseloroh.

Tujuh Juni, hari Rabu, 2023, di Kota Nabi Madinah, niat haji mabrur mereka kian kuat.

Sejak meninggalkan Tanah Air, 29 Mei 2023 lalu, mereka bersama. Keduanya tergabung di kloter JKG 23, embarkasi haji Pondok Gede, Jakarta Timur.

Di Madinah, mereka seregu, serobongan, sehotel, dan sekamar.

"Bini saya kamar sebelah. Bini Aman belum dapat panggilan ke Tamah Suci," ujar Mahrum.

"Ini takdir saya juga, kate si Mahrum, kursi roda ini untuk haji mabrur Saye," kata Amad di halaman timur Masjid Nabawi. (TRIBUNNEWS.COM/THAMZIL THAHIR)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas