Perjuangan Jemaah Haji Lansia Melintasi Terowongan Mina untuk Melempar Jamrah
Sekira 4 kilometer yang harus dilalui jemaah haji dari berbagai penjuru dunia melintasi terowongan Mina untuk sampai di tempat melempar jamrah.
Penulis: Rachmat Hidayat
Editor: Adi Suhendi
TRIBUNNEWS.COM, MAKKAH - Sekira 4 kilometer yang harus dilalui jemaah haji dari berbagai penjuru dunia melintasi terowongan Mina untuk kemudian sampai di tempat melempar jamrah.
Selain terowongan Mina ada satu lagi terowongan yang harus dilalui jemaah untuk bisa ke tempat pelemparan jamrah, tempat untuk melemparkan batu kecil yang diambil dari Muzdalifah oleh para jemaah.
Para jemaah haji melemparkan batu-batu kecil ke tiga tiang yang berada dalam satu tempat bernama kompleks Jembatan Jumrah, di kota Mina, terletak sebelah timur kota Makkah.
Segenggam kerikil terlihat dibawa Subhan, seorang jemaah lansia asal Kabupaten Bandung, Jawa Barat saat hendak melaksanakan Nafar Awal.
Berada di barisan rombongan, keringat terlihat bercucuran dan jalannya agak terseok seok.
Baca juga: Komisi VIII DPR Minta Petugas Haji Bersiaga Antisipasi Pergerakan Jemaah Saat Lempar Jumrah
Meskipun begitu, pria paruh baya ini semangat menuju tempat pelemparan jamrah.
Kondisi terowongan menuju tempat pelemparan jamrah yang lumayan sesak, tak mambuat Subhan dan jemaah haji Indonesia lainnya terutama yang sepuh, termasuk para jemaah dari berbagai negara kehilangan tenaga untuk berjalan beriringan menuju tempat yang dituju.
Terowongan Mina atau biasa disebut Terowongan Haratul Lisan merupakan akses pejalan kaki yang membentang di bawah pegunungan.
Terowongan ini dibangun sepanjang 550 meter dengan lebar lebih kurang delapan belas meter.
Baca juga: Impian Umat Islam Tunaikan Ibadah Haji Terhalang Biaya yang Kian Meroket
Jemaah haji asal Indonesia melaksanakan lempar jamrah sebagai rangkaian dari ibadah haji sebelum para jemaah kembali ke kota Makkah.
Melempar jamrah dilakukan pada tanggal 10, 11, dan 12 Dzulhijjah. Kemudian, jemaah haji kembali ke hotel di Makkah.
Semangat juga ditunjukkan Paito, jemaah haji lansia asal Kabupaten Purworejo Jawa Tengah.
Jalannya cepat, berbekal beberapa botol air minum di dalam tas yang ia bawa untuk melempar jumroh.
Terselip cerita dari Paito yang saat ditemui usai melempar jamrah terlihat kebingungan karena kehilangan rombongan saat keluar dari area pelemparan jamrah.
Beruntung, Paito ditemukan kemudian bisa diantar ke tenda penginapan di Mina, berkumpul dengan rombongannya.
Fisiknya kecil, sudah agak membungkuk, namun saat berjalan cepat sekali.
"Ke Terowongan Mina menuju tempat melempar jamrah seperti naik gunung, kebiasaan saya di kampung," ujarnya dengan dialek Jawa, sesekali dicampur bahasa Indonesia.
"Di kampung masih suka bertani, macul. Jadi modal fisik pergi haji," sepenggal cerita Paito yang mengaku sempat khawatir tak tahu arah ke tempat penginapan di Mina sebelum akhirnya berhasil ditemui.