Kisah Cinta Mbah Minten dan Ahmadupo, Jemaah Haji Asal Magelang Tetap Romantis Hingga Tanah Suci
Kisah cinta kakek-nenek Jemaah Calon Haji (JCH) lansia Indonesia asal Jambean Menayu, Magelang, Jawa Tengah membuat haru.
Editor: Adi Suhendi
Laporan wartawan Khalidin Umar Barat dari Arab Saudi
TRIBUNNEWS.COM, MADINAH – Kisah cinta kakek-nenek Jemaah Calon Haji lanjut usia atau lansia Indonesia asal Jambean Menayu, Magelang, Jawa Tengah membuat haru.
Di usia pernikahannya yang mencapai 60 tahun, pasangan Mbah Minten, 78 tahun dan suaminya Ahmadupo, 84 tahun terus menunjukkan sikap romantis hingga berada di tanah suci, Arab Saudi.
Pasangan lansia ini melaksanakan ibadah haji hanya berdua.
Keduanya berangkat ke tanah suci setelah menunggu sepuluh tahun antrean.
Di pintu gerbang Masjid Nabawi No 326, kakek Ahmadupo tampak begitu setia mendorong kursi roda sang istri, Mbah Minten yang tidak dapat berjalan karena usia.
Melihat pemandangan itu, tim MCH pun langsung menghampiri guna menggantikan posisi Ahmadupo mendorong dan mendampingi Mbah Minten salat maghrib di Masjid Nabawi
Ahmadup mengaku selalu setia mendorong sang istri untuk dapat bersama-sama melaksanakan salat berjamaah di Masjid Nabawi.
Baca juga: Petugas Haji Harus Peka Permasalahan Jemaah di Tanah Suci
Hal itu dia lakukan sejak tiba di Madinah Almunawarah Minggu (12/5/2024) malam.
Syukurnya, hotel Abraj Taba yang merupakan lokasi pemondokan kedua lansia ini berjarak dekat dengan masjid Nabai sehingga mereka tidak terlalu kesulitan untuk berjalan melaksanakan Ibadah di sana.
Jalan yang mereka lalui pun mulus dan ramah terhadap lansia.
Saat ditawari untuk digantikan tim MCH, Ahmadupo yang usianya lebih tua enam tahun dari istrinya menyambut baik tawaran mendorongkan kursi roda.
Baca juga: Termasuk Jemaah yang Wafat Sebelum Wukuf Tetap Bergelar Haji, Ini 3 Kelompok yang Bisa Dibadalhaji
Dia menunjukkan lokasi yang selalu menjadi tempat istrinya salat yaitu di pelataran masjid, tidak jauh dari pintu gerbang nomor 327.
"Di sini saja. Biar gampang saya jemput, " kata Mbah Ahmadupo.
Tim MCH yang membantu jemaah lansia ini pun dengan sabar mengikuti instruskinya seperti mengatur kursi roda di sisi karpet.
Walaupun sang nenek itu tidak keberatan jika ditinggalkan, namun tim MCH tetap setia menemani hingga Mbah Minten dapat mengikuti salat maghrib dan isya berjemaah.
Hal ini dilakukan tim MCH lantaran merasa jika momen tersebut tidak dapat terulang kedua kalinya.
“Besok belum tentu kami bertemu mereka karena jemaah Indonesia makin banyak yang akan memasuki Madinah. Berarti pula, makin banyak tugas yang harus ditunaikan dan kami mungkin berada di lokasi berbeda,” kata Erniwati, seorang petugas MCH Daker Madinah.
Di sela kegiatan ibadah, Mbah Minten bercerita banyak terkait rumah tangganya dengan sang suami.
Dikatakan, dalam perjalanan 60 tahun menjalin keluarga, pasangan ini telah dikaruniai delapan orang anak.
Empat laki-laki dan empat perempuan dan semuanya sudah menikah.
Dua di antaranya bertempat tinggal di luar Magelang. Cucu 15 dan buyut dua orang. Keduanya bekerja sebagai petani.
Tetapi sejak Mbah Minten sakit, dia tidak lagi mampu membantu suaminya menggarap sawah.
"Sekarang bapak kerja sendiri. Saya sudah tidak mampu membantu," kata Mbak Minten lirih.
Sawah yang digarap kata dia, milik sendiri. Dulu luas, sekarang sisa sedikit karena sudah dibagikan ke anak-anak.
Saat masih sehat, Mbak Minten bukan hanya membantu suami menggarap sawah. Dia juga berjualan dengan membuka warung kelontong di rumahnya.
Warungnya pun sudah tutup karena tidak sanggup lagi mengurusnya.
Kini, Ahmadupo hanya mengurus sepetak sawah. Berhaji bagi mereka adalah mimpi yang sudah lama diidamkan.
Tahun ini, mereka memenuhi panggilan Allah SWT. Meski salah satu dari mereka hanya mampu beribadah di atas kursi roda.