Naib Amirul Hajj: Mabit dengan Skema Murur untuk Keselamatan Jemaah
Naib Amirul Hajj, Anwar Abbas menyarankan jemaah haji lansia dan risti mengikuti mabit di Muzdalifah dengan skema murur.
Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Whiesa Daniswara
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang juga Naib Amirul Hajj, Anwar Abbas menyarankan jemaah haji lansia dan risti mengikuti mabit di Muzdalifah dengan skema murur.
Anwar Abbas menilai skema tersebut dapat diambil demi memberikan keselamatan bagi jemaah.
"Saya tahun 2008 haji, tahun 2019 haji, tempat di sini (Muzdalifah) masih luas, sehingga kalau mobil (bus) parkir di sini meskipun sempit-sempit tapi mampulah menampung. Tapi sekarang banyak bangunan, di sini ada dibangun toilet," kata Anwar Abbas melalui keterangan tertulis, Rabu (12/6/2024).
"Kesimpulan saya, impossible mobil yang datang dari Arafah berhenti di sini semua, tidak akan tertampung. Sehingga diperlukan ijtihad ulama, dan Majelis Ulama Indonesia sudah membuat fatwa."
"Artinya, jemaah tertentu yang sakit dan berisiko tinggi, untuk keselamatan mereka, lebih baik lanjut ke Mina, dan berangkat jam 19.00 malam,” tambah Anwar.
Menurutnya, pilihan mabit di Muzdalifah dengan skema murur patut menjadi pilihan karena bertujuan menjaga keselamatan diri.
"Itu ada alasannya, masyaqqah, kesulitan. Dalam maqashid syariah kan, ada hifdzunnafs ya, ada pertimbangan keselamatan jemaah,” tutur Anwar.
Buya Anwar mengaku sepakat dengan program murur yang disiapkan pemerintah.
Melalui skema ini jemaah lansia dan jemaah dengan risiko tinggi serta pendampingnya akan mulai diberangkatkan dari Arafah langsung menuju Mina dimulai sejak pukul 19.00 malam.
“Itu, kan, artinya sudah melewati malam, ya. Saya kira sah. Malam kan dimulai dari terbenamnya matahari. Memang ada ulama menyatakan lewat jam 12 malam, tapi situasi dan kondisinya tidak memungkinkan."
Baca juga: Pneumonia Jadi Penyakit Jemaah Haji Paling Banyak yang Ditangani di KKHI Mekkah
"Melihat space sekarang ini, saya punya kesimpulan memang tidak mungkin,” ungkap Anwar.
Sebelumnya, Kementerian Agama (Kemenag) telah menggulirkan rencana pola mabit di Muzdalifah dengan skema murur.
Hal ini menjadi bagian dari mitigasi karena makin sempitnya kawasan Muzdalifah, khususnya setelah terbangunnya toilet yang memakan lahan seluas dua hektar.