Ini Kisah Hatta Rajasa Mencoba Shabu-shabu Buatan Istri
Setelah pembicaraan bilateral antara Indonesia-Jepang di salah satu ruangan di Keidanren, Tokyo, Menko
Editor: Widiyabuana Slay
TRIBUNNEWS.COM - Setelah pembicaraan bilateral antara Indonesia-Jepang di salah satu ruangan di Keidanren, Tokyo, Menko Perekonomian Hatta Rajasa dan Minister of Economy, Trade dan Industry (Menteri Ekonomi, Perdagangan dan Industri) Jepang H.E. Yukio Edano melakukan joint press conference. Setelah acara press conference, Hatta dijamu makan siang oleh Edano. Demikian rilis yang dikirim ke redaksi Tribunnews.com, Senin (8/10/2012).
Dalam acara makan siang yang berlangsung santai tersebut, Hatta diminta untuk menyampaikan kesan terhadap budaya Jepang. Hatta mengawali kesannya terhadap budaya Jepang dengan istilah the power of culture. Dia menceritakan pengalaman pribadinya, ketika masih menjadi pengusaha muda pada tahun 1984-1985.
Salah satu makanan khas Jepang kesukaan Hatta, ketika pada masa masih menjadi pengusaha muda adalah shabu-shabu. Suatu hari, Hatta makan shabu-shabu di Restoran Kobe, Jalan Jenderal Sudirman Jakarta. Setelah beberapa kali makan shabu-shabu, Hatta pun mengajak istrinya, Okke Rajasa untuk ikut makan shabu-shabu.
Setelah beberapa makan shabu-shabu bersama, istri Hatta mengatakan ingin memasakkan shabu-shabu untuknya. “Ah... ini kan hanya sayuran direbus,” kata Hatta menirukan perkataan sang istri pada saat itu. Dan, mulailah Okke Rajasa memasak shabu-shabu untuk Hatta. Bersama sang anak yang pada saat itu masih berusia 4 tahunan, Hatta dan istri makan shabu-shabu buatan sendiri.
Dalam cerita Hatta, sebagai seorang istri, Okke Rajasa pun bertanya, “Enak?” Karena tidak mau mengecewakan, Hatta pun menjawab enak. “Padahal tersiksa,” canda Hatta, disambut tepuk tangan para undangan yang mengikuti makan siang bersama delegasi dari Jepang. Untuk membuat shabu-shabu lebih enak, Hatta menerangkan bahwa sang istri berimprovasi sangat luar biasa agar apa yang dibuatnya bisa dinikmati dalam suasana apa pun.
Selanjutnya Hatta mengatakan, bukan soal bagaimana cara Okke Rajasa membuat shabu-shabu. Tapi karena power of culture. Shabu-shabu adalah makanan khas Jepang dan merupakan bagian dari budaya Negeri Matahari Terbit. Bagaimana pun orang menirunya, shabu-shabu asli Jepang lebih enak, karena memiliki kekuatan budaya. “The power of culture dan the power of people,” kata Hatta.
Menurut Hatta, dalam bisnis, kita bisa berbicara untung rugi. Namun dalam budaya, tidak ada istilah untung atau rugi. “Dalam budaya, kita bicara soal kekuatan,” tutur Hatta. Indonesia dan Jepang sama-sama memiliki kekuatan budaya dan bisa bersinergi. “Kita tidak bisa bayangkan bagaimana kalau tidak ada resto Jepang di Indonesia,” katanya. “Namun saya pastikan, pasti akan selalu ada, karena kekuatan itu bagian dari sebuah kegiatan,” tambahnya.
Pada akhir ceritanya, Hatta mengungkapkan bahwa Indonesia adalah memiliki konsumsi terbaik dan terbesar di kawasan. Dia menambahkan ada 1,8 triliun dollar AS purchasing power di Indonesia. Dan kerjasama dengan Jepang akan menjadi kekuatan yang luar biasa di dunia.
INTERNASIONAL POPULER