Sebenarnya, Agama Apa yang Dianut Warga di Jepang?
Apakah orang Jepang punya agama? Itulah pertanyaan yang sering kita dengar. Jawabannya, punya
Editor: Widiyabuana Slay
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo, Jepang
TRIBUNNEWS.COM - Apakah orang Jepang punya agama? Itulah pertanyaan yang sering kita dengar. Jawabannya, punya dan tidak. Mengapa? Menikah umumnya pakai kristen, diberkati di gereja, tetapi meninggal umumnya pakai Budha dan dibakar diperabukan. Demikian dilaporkan koresponden Tribunnews.com dari Tokyo, Jepang, Kamis (27/12/2012).
Lalu Shinto itu sendiri bagian dari kebudayaan Jepang dan sejenis aliran kepercayaan, bukan agama. Kalau di Indonesia ada yang disebut kejawen.
Mengapa saat Natal gereja di Jepang dipenuhi banyak orang Jepang? Satu kecenderungan menarik memang saat ini semakin banyak orang Jepang ke gereja meskipun mereka belum dipermandikan. Ada pula yang ikut-ikutan temannya ke gereja, pacarnya ke gereja dan sebagainya.
Latarbelakang mereka ke gereja karena orang Jepang berbasis perdamaian. Dengan kejadian bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, umumnya orang Jepang saat ini pencinta damai yang sangat kuat. Mereka merasakan kedamaian setelah berada di dalam gereja, ungkap Hiroshi Kumagai, seorang warga Okinawa saat berada di gereja Katolik di Yotsuya Tokyo.
“Suasana gereja yang tenang, penuh dengan doa-doa dan musik yang indah membuat jiwa saya terasa damai dan tenang. Mungkin inilah yang membuat orang Jepang senang ke gereja. Soal kepercayaan kepada Tuhan, kami rasa orang Jepang tahu dan mengerti ada sesuatu yang lebih tinggi dari manusia seperti julukan Tuhan bagi orang yang percaya dan beragama. Namun yang terpenting adalah kita sendiri sebagai manusia agar bisa melaksanakan kehidupan ini dengan baik, damai, tidak menyusahkan orang lain. Apabila hal itu dijalankan dengan baik saya yakin dunia ini akan tenang tenteram dan damai, indah bagi kita semua,” paparnya lagi yang mengaku belum dpermandikan, hanya ke gereja karena merasa dirinya menjadi tenang, nyaman dan terasa damai.
Suasana natal di Jepang terutama di kota besar seperti Tokyo dimulai dengan pemasangan hiasan natal sejak awal November lalu. Terutama pohon natal akan hilang atau lenyap habis per tanggal 26 Desember. Inilah hal menarik di Jepang. Apabila di Inodonesia kita merayakan natal kedua tanggal 26 Desember, di Jepang semua pajangan natal terutama pohon natal, illumination natal, hanya sampai dengan 25 Desember . Lalu sehari kemudian semua langsung hilang dan berubah menjadi hiasan tahun baru.
Sex di Hotel
Bagi banyak anak muda di kota besar di Jepang, peringatan natal memiliki citra tersendiri. Dirinya sebagai manusia, hari natal itu sebagai saat mereka berkasih-kasihan, bercinta sehabisnya sampai kepada hubungan seksual.
Jangan heran bookingan kamar hotel penuh di saat malam natal, 24 Desember. Pergi ke hotel, menginap semalam dan melakukan hubungan seks sebagai tanda cinta mereka satu sama lain. Inilah sebagian citra natal terutama di banyak kota besar di Jepang.
Mengapa demikian? Ada kemungkinan natal menjadi titik tolak cinta mereka yang abadi tak akan dapat dilupakan sampai kapan pun oleh keduanya bahwa mereka bercinta habis saat peringatan natal. Hanya mengetahui natal, yang kata orang kristen, sebagai hari lahir Yesus Kristus. Lalu siapa Yesus Kristus, tidak tahu lagi dan tak mau memikirkan lebih lanjut, kankeinai, tidak ada hubungan, itulah pikiran banyak anak muda Jepang saat ini.
Bagi banyak manusia Jepang mungkin dapat kita sebut sebagai pikiran rasionalis, hanya percaya sesuai apa daya pikir yang ada dan tercakup di otak kita saja, tak mau mempersoalkan hal lain yang dianggap tak jelas. Apalagi kalau sudah soal agama, mendokusai, merepotkan, begitulah pola pikirnya.
Puncak dari perayaan natal justru dianggap hura-hura, kesenangan karena adanya kelahiran seorang putra manusia “khusus” tanpa mengetahui arti “khusus” tersebut dan bagi banyak anak muda Jepang mereka mengintegrasikan pacarnya sebagai hal yang khusus pula sehingga hubungan seks supaya tetap selamanya diingat dilakukan pertama kali saat natal, sebagai bukti curahan cinta tertingginya.
Memang tidak semua anak muda Jepang demikian. Namun citra kuat seks di waktu natal kenyataan tak bisa dilepaskan lagi saat ini dan hal itu terbukti dengan pasti, hotel di Jepang penuh khususnya di kota besar per tanggal 24 Desember malam. Pasang lilin supaya romantis, makan yang enak, minum wine atau bir, pulang ke hotel melakukan hubungan seks.