Permintaan Terakhir Martin: Tidak Ada Lagi Orang Tersakiti
Hampir setahun yang lalu, Martin Richard (8), menulis sebuah pesan sederhana di sekolahnya.
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, BOSTON - Hampir setahun yang lalu, Martin Richard (8), menulis sebuah pesan sederhana di sekolahnya. "Tidak ada lagi orang tersakiti."
Namun seakan dunia tidak mendengar, dan anak tak berdosa itu tewas dalam peristiwa ledakan bom di perlombaan Maraton Boston. Tragis memang, tetapi itulah kenyataaan, yang harus diterima keluarga Richard.
Belum air mata mengering di pelupuk mata keluarga Richard, mereka kembali bergumul, karena kedua anggota keluarga mereka, yaitu Denise Richard, yang merupakan ibunda Martin, dan saudara perempuan Martin, yang masih berusia enam tahun ikut terluka dalam ledakan itu.
Menurut William Richard, istrinya menderita luka di bagian otaknya, sementara putrinya, harus kehilangan kakinya lantaran pecahan bom.
"Anaku tersayang Martin telah meninggal dunia karena luka yang diderita dalam serangan di Boston, iIstri dan putri saya telah pulih dari luka-luka mereka, saya meminta agar anda mau mendoakan keluarga kami, dan terus meningat Martin. Kami juga meminta privasi untuk berduka dan memulihkan luka hati kami," ujarnya, seperti dikutip dari CNN,Rabu (17/4/2013).
Seorang kerabat dari keluarga Richard sebelumnya mengatakan, Marty, bersama dengan ibu dan adiknya, berada di lokasi ledakan, karena ingin menonton perhelatan olahraga bergengsi itu.
Martin menimba ilmu di Neighborhood House Charter School, dimana ia seorang yang energik, cerdas, dan memiliki impian setinggi langit.
"Dia adalah anak yang energik, cerdas dan memiliki impian besar dan harapan yang tinggi untuk masa depannya. Kami sedih harus kehilangannya," ujar pihak sekolah dalam sebuah pernyataan.
"Kami juga berdoa untuk ibunya Denise, pustakawan sekolah kami dan adiknya Jane," lanjut pihak sekolah. (cnn)