The Australian Ungkap Peran Ani Yudoyono
Media Australia, The Australian, dalam situs webnya, Sabtu (14/12/2013) mengungkap sebuah telegram 17 Oktober 2007
Editor: Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Media Australia, The Australian, dalam situs webnya, Sabtu (14/12/2013) mengungkap sebuah telegram 17 Oktober 2007. Sebuah telegram rahasia yang dikirim Kedutaan Besar AS di Jakarta untuk para diplomat Amerika di Canberra, Australia, dan CIA.
Isinya yang terungkap enam tahun kemudian, menjadi aspek paling kontroversial dari skandal mata-mata Australia terhadap Indonesia karena sasarannya adalah ibu negara Indonesia, Ani Yudhoyono.
Telegram yang dimaksud membahas dinamika baru dalam keseimbangan kekuasaan di pentas politik Indonesia dengan munculnya seorang pemain yang menjadi penasihat paling berpengaruh bagi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Seorang pemain yang dimaksudkan tak lain adalah Kristiani Herawati, atau dikenal sebagai Ibu Ani Yudhoyono.
"Menurut sejumlah kontak, ibu negara Indonesia telah menancapkan pengaruhnya ke Istana dan muncul sebagai penasihat tak terbantahkan bagi Presiden SBY," kata telegram itu.
"Naiknya Kristiani Herawati rupanya mengorbankan para penasihat penting lainnya. Ibu negara diduga telah memanfaatkan aksesnya ke Presiden demi membantu teman-temannya dan meremehkan para musuhnya, termasuk Wakil Presiden (Jusuf) Kalla," tulis laporan itu.
Telegram itu mengatakan, Ibu Ani membatasi akses para penasihat lain ke Presiden dan bahwa "dengan memperkuat perannya sebagai gatekeeper, ibu negara mampu menyediakan bagi Presiden pandangan dan perspektif kebijakan yang dipilihnya sendiri."
Pandangan yang termuat dalam telegram pihak Amerika itu dibagikan badan-badan intelijen Australia, yang juga mencatat pengaruh Ibu Ani tersebut.
Di kalangan intelijen Barat, Ibu Ani diketahui tidak punya minat untuk jadi presiden, tetapi telah menjadi broker kekuasaan di dalam pemerintahan negara tetangga terbesar dan terpenting bagi Australia.
Bagi lembaga intelijen Australia Defence Signals Directorate (DSD) dan sejumlah badan mata-mata lain di Canberra, mereka secara alamiah penasaran untuk tahu lebih banyak tentang dinamika baru di Jakarta tersebut.
Mereka mempertimbangkan apakah peran kekuasaan Ibu Ani merupakan bagian dari rencana yang dicurigai untuk membuat dinasti keluarga yang berpuncak anak sulungnya akhirnya akan menjadi presiden. Dan, apa dinamika antara Ibu Ani dan kelompok-kelompok Islam yang dia rayu untuk menopang dukungan politik buat suaminya?
Menurut The Australian, ketika keputusan diambil pihak DSD untuk memantau telepon Presiden Yudhoyono dan rekan-rekan paling senior dalam kepemimpinannya, diyakini bahwa ada alasan kuat untuk juga menyasar ponsel milik Ibu Ani.
"Memantau pemikiran dan koneksi penasihat politik terdekat Presiden sangat berguna," kata salah satu orang dalam di operasi itu yang meminta tidak disebutkan namanya.
"Dengan siapa dia berurusan secara keuangan, siapa berperan sebagai apa dalam partai, bagaimana struktur dan apa basis kekuatan yang sedang bergeser di Indonesia? Setiap badan intelijen akan senang untuk memiliki informasi tersebut."