Arkeolog Klaim Temukan Puing MH370 di Perairan Vietnam
Harian Daily Mail edisi 1 Mei 2014 memuat Arkers berkeyakinan puing pesawat itu ada di perairan Vietnam.
Editor: Rendy Sadikin
TRIBUNNEWS.COM, LONDON - Arkeolog kelautan Inggris, Tim Akers, mengklaim telah menemukan pesawat MH370 milik Malaysia Airlines. Harian Daily Mail edisi 1 Mei 2014 memuat Arkers berkeyakinan puing pesawat itu ada di perairan Vietnam.
Sebagai pendukung klaimnya, Akers memperlihatkan gambar satelit yang menurut dia membentuk potongan ekor pesawat itu, dua jendela kabin, dan puing lain. Lokasi penemuan tersebut berada di Laut China Selatan.
Pernyataan Akers menguatkan klaim lain yang lebih awal datang tentang temuan puing-puing pesawat di pesisir perairan Vietnam, wilayah yang berada di bawah rute terbang pesawat tersebut saat hilang kontak. Sebelumnya keyakinan soal puing di kawasan tersebut diungkap pilot asal Amerika, Michael Hoebel.
Di antara foto-foto yang diklaim sebagai bahan analisis Akers itu, terpotret pula lokasi penemuan puing yang diduga MH370 itu berdekatan dengan kilang minyak lepas pantai dan berada pada jalur yang dilintasi kapal cepat.
Akers pun berpendapat pencarian di Samudra Hindia yang saat ini masih berlangsung dengan melibatkan multinegara, tak akan mendapatkan apa pun dari pesawat Boeing 777-ER tersebut.
Citra satelit yang menjadi dasar pencarian di Samudra Hindia, menurut Akers hanya mengarahkan tim pencari pada "sampah" laut dari puing sisa tsunami 2004 yang menerpa Aceh hingga Asia Selatan pada saat itu.
Sebagai pembanding, Akers pun menuturkan puing sampah serupa dari gempa dan tsunami Jepang saat ini masih bertebaran pula di Samudera Pasifik. "Itu kenapa (di kedua samudera) ada banyak puing dengan beragam spektrum," kata dia seperti dikutip Daily Mail.
Akers adalah arkeolog kelautan yang juga berpengalaman menelisik perairan Samudra Hindia selama bertahun-tahun. Dia pernah terlibat dalam pencarian sisa kapal perang HMAS Sydney yang karam pada Perang Dunia II.
Sementara itu, upaya pencarian di kawasan Samudra Hindia sudah bergeser lagi ke wilayah Teluk Benggala. Pergeseran ini berdasarkan analisis dari perusahaan teknologi, yang mencocokkan bahan logam komponen pesawat dengan analisis reaksi cahaya terhadap logam-logam itu.