Mentan Undang Pengusaha Singapura Investasi Agribisnis di Indonesia
Saat ini Indonesia hanya memainkan peran kecil dalam di pasar buah-buahan dan sayuran di Singapura.
Editor: Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM, SINGAPURA – Saat ini Indonesia hanya memainkan peran kecil dalam di pasar buah-buahan dan sayuran di Singapura.
Padahal di era 80-an Indonesia merupakan pemasok utama kebutuhan buah-buahan dan sayuran ke Singapura.
Karenanya pada tahun 2010 Indonesia dan Singapura menyetujui pembentukan kelompok kerja agibisnis (agribussines working group) untuk mengakselerasi ekspor buah-buahan dan sayuran dari Indonesia ke Singapura.
“Tahun 2010 saya datang sediri ke Singapura untuk mengajukan kerjasama bisnis yang saling menguntungkan antar kedua negara,” kata Menteri Pertanian RI Suswono dalam Rountable Meeting on Indonesian Agriculture di Singapura, Jumat (23/5) petang.
Lebih lanjut Mentan mengatakan, hingga kini belum terlihat implementasi dari pembentukan kelompok kerja agribisnis itu. Sehingga perlu dilakukan upaya-upaya ekstra agar implementasi dari kelompok kerja itu dapat segera menguntungkan kedua belah pihak.
Dalam pertemuan yang dihadiri para investor yang berbasis di Singapura itu, Mentan mengungkapkan berbagai peluang investasi dalam bidang agribisnis yang tersedia di Indonesia.
Menurut Mentan, banyak peluang bisnis dalam bidang pertanian yang belum termanfaatkan. Dan peluang tersebut tidak melulu harus on farm (di lahan pertanian), tetapi juga peluang investasi di sektor-sektor pendukung pertanian, seperti perbankan, alat-alat dan mesin pertanian, serta riset dan pengembangan.
Peluang di industri pertanian, baik hulu maupun hilir juga terbuka. Di industri hulu yang sangat terbuka untuk dimasuki di antaranya produksi benih, pestisida, pupuk, makanan hewan.
Sserta vaksin dan obat-obatan hewan. Sementara di hilir terbuka peluang untuk investasi di industri pengolahan produk pertanian dan perkebunan.
Mentan menjelaskan, Indonesia melimpah dengan produksi bahan baku pertanian. Lebih dari 50 persen dari bahan baku itu diekspor dalam bentuk mentah atau belum diolah, seperti coklat, miyak kelapa sawit, jagung, serta buah-buahan.
“Jadi ini peluang untuk industri pengolahan pertanian dan perkebunan sangat menjanjikan,” urai Mentan.
Dari sisi pasar, imbuh Mentan, tahun 2013 jumlah penduduk Indonesia mencapai 250 juta jiwa. Jumlah itu menjadi Indonesia sebagai negara keempat di bawah China, India, dan AS sebagai negara dengan populasi penduduk terbanyak di dunia.
“Besarya jumlah penduduk serta makin meningkatnya pendidikan dan daya beli masyarakat menjadi jaminan pasar bagi produk-produk yang dihasilkan,” imbuh Mentan.
Mentan mengungkapkan sepanjang tahun 2013 ivestasi dalam bidang petanian di dominasi oleh investasi industri minyak sawit.
Pada kesempatan tersebut Mentan mengundang sektor lain untuk berinvestasi di Indonesia, seperti pembangunan kawasan industri terpadu untuk pangan, peternakan, juga hortikultura.