Ingkar Janji Saat Kampanye Abbott Dianggap Sebagai Pembohong Besar
Abbott dianggap sebagai pembohong besar karena dinilai telah melanggar janji-janjinya saat kampanye
Editor: Budi Prasetyo
Laporan Wartawan Tribun Bali, Ni Ketut Sudiani dari Melbourne, Australia
TRIBUNNEWS.COM.MELBOURNE- Ribuan orang berkumpul di depan Victoria State Library, 328 Swanston Street, Melbourne, Jumat (30/5/2014) melakukan protes besar-besaran terhadap kebijakan Perdana Menteri Australia, Tony Abbott , yang meniadakan medicare (jaminan kesehatan) untuk warga Australia.
Tepat di depan patung Sir Redmond Barry, seorang perempuan memegang papan bertuliskan, ‘Abbott you are a bloody liar’, sementara pria yang berdiri di sebelahnya, dalam raut wajah yang tampak sangat kesal, mengacungkan tulisan, ‘Medicare co-payments making us sick’. Abbott dianggap sebagai pembohong besar karena dinilai telah melanggar janji-janjinya saat kampanye dulu. Ia terpilih sebagai Perdana Menteri pada September 2013.
“He is really not popular now, even since he was elected (dia benar-benar tidak popular sekarang, bahkan sejak ia terpilih),” ucap seorang penulis yang ditemui Tribun Bali disela-sela Emerging Writers Festival, Sabtu (31/5/2014).
Masyarakat marah atas kebijakan Abbott karena sebelumnya mereka mendapatkan akses pengobatan gratis, namun kini harus membayar. Sebagaimana selebaran yang disebarkan para demonstrans yang terdiri dari aktifist, masyarakat umum, mahasiswa, dan organisasi terkait itu, disampaikan bahwa Abbott dan Hockey ingin menetapkan adanya biaya sebesar $ 7 AUD untuk GP dan rumah sakit berhak menentukan sendiri biaya pengobatan.
Selain itu, pemerintah juga akan meningkatkan biaya pharmaceuticals untuk setiap warga, termasuk para pensiun dan mereka yang telah memiliki kartu kesehatan. Tidak hanya itu, biaya untuk perawatan radiologi dan patologi juga akan meningkat. Sekitar triliunan dollar anggaran negara untuk rumah sakit akan dipangkas.
“Apalagi yang bisa kami lakukan selain protes untuk mengakhiri kebijakan yang brutal ini. Tidak akan ada masyarakat yang datang ke rumah sakit karena biayanya menjadi sangat mahal. Bagaimanapun, hal ini tidak bisa dibiarkan terjadi,” ucap Shearne Wilkie (22), mahasiswi kedokteran Universitas Monash.
Shearne menambahkan, ia dan seluruh mahasiswa kedokteran baik yang tergabung dalam asosiasi maupun yang tidak, akan berkumpul dan bersama melakukan aksi untuk menghentikan kebijakan tersebut. Menurutnya, apa yang diputuskan Abbott sama sekali tidak membantu warga. Para demonstran berusaha untuk mengumpulkan sebanyak-banyaknya tanda tangan dalam petisi yang akan diserahkan ke Abbott.
Caitlin Oatley (25) yang juga mahasiswi kedokteran Universitas Monash mengamini pernyataan kawannya. Ia sangat geram dengan apa yang dilakukan Abbott mengingat ke depannya akan banyak masyarakat yang kesulitan mendapatkan akses kesehatan. “Biaya kesehatan sangat mahal di sini. Setiap orang berhak mendapat akses kesehatan gratis,” ucapnya.
Para penganut Partai Sosialis yang ikut ambil bagian dalam protes itu menyebarkan pernyataan mereka dalam selembar kertas. Disampaikan jutaan masyarakat marah dengan cara penganggaran yang dilakukan pemerintah. Kebijakan itu akan membuat para pekerja, murid, pengangguran, pensiunan, pasien dan penyandang cacat akan menderita. Dalam waktu bersamaan, para pengusaha akan meraup keuntungan yang lebih besar dengan adanya sudsidi dan pemotongan pajak.
Seorang demonstran berulang meneriakkan bahwa keputusan ini hanyalah akan memperkaya yang sudah kaya. ‘This is the budget for the one percent (anggaran ini hanya untuk kaum elitis). Healthcare for all, not just the rich (jaminan kesehatan untuk semua, bukan hanya orang kaya),’ begitu teriak mereka.
Annette Xiberras, orang Aborigin dari suku Wurundjeri juga turut menyuarakan kekecewaannya. Ia mengatakan keputusan ini sangat mempengaruhi kehidupan setiap warga aborigin. Seorang perempuan yang merupakan pimpinan kaum Aborigin menegaskan keputusan Abbott merupakan kebijakan kesehatan yang sangat buruk untuk kesejahteraan semua warga Australia, terlebih kaum Aborigin yang sebelumnya selalu mendapatkan pelayanan yang kurang daripada yang lain.
Dikatakan tercatat ada sekitar 50 ribu warga Aborigin di Australia. “Tujuh dollar bukan jumlah yang sedikit, tapi bagaimanapun itu uang yang harus kita keluarkan. Kita tidak akan membayar untuk kebohongan Abbott,” ujarnya.
Dalam sebuah siaran berita yang dirilis Sky News National, Sabtu (31/5/2014), sekitar pukul 16.00 waktu setempat, Tony Abbott mengatakan bahwa apa yang dilakukannya adalah untuk kepentingan masyarakat luas, untuk sesuatu yang lebih baik. Warga diharapkan bisa menerima perubahan ini.
Para demonstran memandang bahwa meskipun Tony Abbott terkesan mendapatkan kemenangan mutlak pada September lalu, namun kini pemerintahannya dipandang tidak kuat dan tidak stabil. Bahkan dipandang masyarakat yang saat itu memilih partai Liberal karena mereka kecewa atau sebagai cara menghukum pemerintahan sebelumnya.
Saking marahnya atas kebijakan pemerintah, seorang perempuan bahkan memajang baju kaos hitam bertuliskan ‘FUCK TONY ABBOTT’. Seorang pria yang ikut protes, memasangkan baju itu di kedua anjing yang dibawanya. Tidak hanya anak muda dan orang dewasa yang ikut dalam protes, anak-anakpun turut ambil bagian.
Guna memastikan tidak terjadi aksi kekerasan, polisi terlah berjaga sedari sore hari. Mereka berdiri berderet di setiap ruas jalan. (*) sud